Bab 55

52 9 0
                                    

Saya tidak bisa berkata apa-apa karena saya terkejut.

Kamu sedang apa sekarang? Kenapa kamu tidak meludahkannya!

Aku hampir berteriak padanya karena terkejut.

Aku mundur selangkah, menyadari Argen di belakangku.

Kenapa dia menelannya? Aku bingung dengan tingkah aneh Richard.

Argen menatapku dengan mata penasaran.

"Jadi itu benar, Rosie."

Meski dia tidak mengatakannya, aku tahu maksudnya.

"...Batuk."

Kemudian Richard terbatuk. Dahinya sedikit berkerut.

"Batuk..."

Sekali lagi, dia terbatuk. Darah bocor dari batuk kedua.

Aku jadi gila, sungguh.

*****

"Kenapa kamu menelannya?"

Aku bertanya pada Richard seolah aku sedang berdebat ketika Argen pergi bersama para ksatria.

"Sudah kubilang padamu untuk meludahkannya. Apakah kamu tidak mendengarku?"

Bukannya menjawab, Richard diam-diam menutup matanya.

Bajunya basah oleh keringat. Itu bisa dimengerti.

Apa yang Argen berikan pada Richard adalah untuk menekan kekuatannya dan membuatnya menderita pada saat yang bersamaan.

Sungguh, kenapa dia menelannya begitu bodoh?

Dikatakan bahwa rasa sakit akan membaik ketika kita dekat, tapi kali ini sepertinya merupakan pengecualian.

"Jika hal seperti ini terjadi lain kali, jangan dimakan dan dimuntahkan."

Jika ingatanku benar, cairan yang dia makan hari ini bukan hanya untuk hari ini.

Dia akan memakannya sebulan sekali mulai sekarang.

Efek dari cairan tersebut hanya bertahan sekitar satu bulan, jadi saya ingat memberinya makan setiap bulan.

Aku menghela nafas dan membelai rambut perak Richard, yang basah oleh keringat dan menghalangi pandangannya.

Alis Richard melebar seolah dia sedang dalam suasana hati yang baik.

Mungkin karena poni yang menutupi dahinya tergerai, dahinya yang lurus dan cantik memperlihatkan fitur wajahnya yang berbeda.

Dia biasanya memiliki senyuman di wajahnya, tapi dia menunjukkan sisi mewah di wajahnya saat senyuman itu hilang.

Melihat penderitaan Richard, tiba-tiba aku merasa kesal.

Aku ingin berdebat, tapi di sisi lain, suasana hatinya sedang tidak baik. Jadi saya merasa rumit.

Jika Richard tidak menelannya, aku akan mendapat masalah— tapi tidak ada cara untuk mempertimbangkan hal seperti itu karena kepribadian Richard.

Lalu mengapa demikian?

Aku menghela nafas. Pertama-tama, apa yang harus saya lakukan terhadap orang yang sekarat itu?

"Tunggu sebentar."

Aku mengangkat tanganku dari Richard untuk meninggalkan ruang bawah tanah. Itu dulu.

Dia meraih tanganku erat-erat, terlepas dari kondisinya.

Mata biru yang dipenuhi panas menatapku.

OBSESI DUA COGAN BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang