Bab 88

28 6 0
                                    

Saya berbaring di tempat tidur tanpa melakukan apa pun, beristirahat setelah waktu yang lama. Saya sangat menyukai betapa tenang dan damainya tempat itu.

Itu dulu.

"Ajudan Shabrina! Tolong aku!" Pelayan kecil itu bergegas ke arahku.

Brengsek. Saya kira tidak lagi. Ini dia lagi.

"Baron—!"

"Apakah Baron melakukan kejahatan lagi?"

"E, jahat—"

Pelayan itu menatapku dengan heran. Lalu aku tersenyum dan menjawab dengan santai. "Melempar sesuatu dan membuat keributan adalah sesuatu yang jahat, lalu apa yang akan kamu katakan?"

"...I, itu benar, tapi."

Pelayan itu mencari sesuatu untuk dibantah, tapi sepertinya dia sudah setuju denganku.

"Aku, jika Shabrina menghentikannya—"

"Baiklah, aku akan pergi menemui Baron." Jawabku sambil menghela nafas panjang. Kata-kataku tampak mencerahkan pelayan yang gelisah itu.

"Baron mendengarkan apa pun yang kamu katakan, Shabrina!"

"Itu adalah perkataan yang arogan."

"...Ah."

Pelayan itu memutar matanya karena malu.

"Jangan kemana-mana dan bicara seperti itu."

"Tapi Shabrina bilang Baron sedang melakukan sesuatu yang jahat...."

"Ssst. Itu rahasia di antara kita."

"...Ah iya."

Pelayan itu tampak tercengang tapi dengan cepat menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu, pada Nona—tidak, aku akan menemui Baron."

Ah, aku sudah merasa lelah. Tetap saja, sudah tiga tahun sejak aku melarikan diri dari Marquis of Evantes dan menetap di sini, jadi aku sudah terbiasa sekarang. Aku menghela nafas dan berjalan perlahan ke kamar Michelle. Lalu aku teringat perkataan Michelle beberapa hari lalu.

<Pasti sulit selama ini. Kamu bisa istirahat dengan baik, Rina.>

Sampai saat ini, saya sibuk dengan bisnis Michelle. Dan sekarang aku hampir tidak istirahat—.

'Kau menyuruhku istirahat, brengsek.'

Bagaimana saya bisa istirahat ketika pekerjaan saya terus bertambah?

"Kyaa! Yang mulia! Mohon maafkan saya!"

"Tolong ampuni aku, Tuhan!"

Ketika saya sampai di kamar Michelle, saya bisa mendengar teriakan para pelayan melalui pintu.

"Pembantu!"

"Ya, ini aku."

Para pelayan yang gelisah berdiri di depan pintu tampak lega melihatku. Saya merasa seolah-olah saya adalah penyelamat mereka.

"Baron, aku masuk."

Meninggalkan kata-kata itu, aku membuka pintu tanpa izin. Itu adalah tindakan yang tidak berani dilakukan orang lain.

Bahkan tidak berani membuka pintu tanpa izin pemiliknya saja sudah cukup bagi Michelle untuk langsung melempar vas itu.

Namun, saya sedikit berbeda. Karena hanya akulah satu-satunya orang yang Michelle bermurah hati.

OBSESI DUA COGAN BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang