Bab 109

27 3 0
                                    

Bab 109


Aku bergegas ke jendela.

"Mengapa kamu di sini?"

Dari Yurtha hingga Dylan. Ini hampir mencengangkan.

Dylan bergumam seolah mencoba mengatakan sesuatu kepadaku, tapi terhalang oleh jendela.

Saya tidak tahu apa yang Anda bicarakan. Dylan mengerutkan kening saat aku menggelengkan kepalaku.

Lalu dia melambaikan tangannya.

Apakah kamu akan kembali?

Apa yang akan kamu lakukan...

Dylan membenarkan bahwa saya telah mundur, mengepalkan tinjunya dan merentangkannya kembali.

Dia menarik napas dalam-dalam, menarik napas, dan mengepalkan tinjunya.

Retakan!

Kaca tebal itu pecah dengan satu pukulan dari Dylan. Mungkin itu saja, bahkan jerujinya terbang tak berdaya.

Sejenak aku tertegun.

Saat aku baru dipenjara disini, aku mencoba menampar kaca itu tanpa Yurtha sadari, dan itu sangat sulit.

'Kupikir aku tidak akan pernah bisa mematahkannya dengan tinju...'

Apakah itu mungkin?

"Hai Putri."

"......."

"Putri, kemarilah."

Putri?

Apakah kamu meneleponku sekarang?

Tapi tidak ada waktu untuk tercengang.

Bang! Para ksatria yang menunggu di luar segera membuka pintu dan masuk.

"Suara apa itu... Siapa kamu?"

Para ksatria memandang Dylan dan berteriak.

Tapi Dylan hanya menatapku, seolah dia tidak peduli.

"Ayo, kemari. Kamu ingin melarikan diri, kan?"

Dia berbisik seolah dia mengetahui isi hatiku dengan sangat baik.

"Merindukan! Ayo, menjauh dari bajingan itu!"

Anda bodoh.

Dia adalah master pertama Hertas. Tapi ksatria itu tidak mengenal Dylan.

Aku tersenyum lebar dan menoleh untuk melihat ke arah para ksatria.

Para ksatria tersenyum canggung dan menunjuk ke arahku.

"Cepat menjauh darinya..."

"TIDAK."

Aku berlari ke Dylan tanpa menoleh ke belakang.

Para ksatria berlari seolah-olah mereka mencoba menangkapku, tapi mereka terlambat satu langkah.

Dylan melingkari pinggangku dan menertawakan para ksatria.

"Katakan pada bajingan itu, Yurtha."

"Omong kosong! Lepaskan dia sekarang juga...!"

"Putrimu diculik olehku."

Dengan kata-kata itu, Dylan meraihku erat-erat dan melompat.

*****

Bilah tajamnya mengarah ke leher dan menyerbu dengan cepat. Namun, Yurtha mengayunkan pedangnya tanpa kesulitan.

OBSESI DUA COGAN BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang