OBSESI DUA COGAN BL

Bab 119

Melihat dia langsung mengubah postur tubuhnya, sepertinya dia tidak berniat menyembunyikannya dengan baik sejak awal.

Aku mengatupkan gigiku.

Lucu sekali saya berpikir sejenak bahwa dia mungkin tidak melakukannya karena berpura-pura berakting.

"Apa yang kamu pikirkan untuk melakukan ini?"

"Kamu tahu apa?"

"Apa."

"Saya merasa senang ketika Anda berbicara informal."

Dia bergumam.

"Saya tidak ingin bercanda. Ada apa tiba-tiba ini?"

"Bukankah aku sudah memberitahumu sebelumnya? Anda tidak bisa pergi ke mana pun tanpa izin saya.

Bagaimana saya bisa melupakan itu

<Sekarang giliranmu.>

<Sekarang kamu tidak bisa pergi ke mana pun tanpa izinku.>

Bahkan memikirkannya lagi membuatku merasa ngeri.

"Pada saat itu, Anda telah mencapai apa yang Anda inginkan."

Sebuah suara yang dipenuhi amarah mengalir keluar dari diriku.

"Tidak cukup, Rosie."

"... Apakah alasan aku mengkhianatimu tiga tahun lalu dimaksudkan untuk membalas dendam?"

"Aku tidak membalas dendam padamu."

"Kemudian?"

"Aku ingin memilikimu."

"......."

"Aku menginginkanmu untuk diriku sendiri, apapun aromanya."

Matanya berbinar seperti anak kecil yang menemukan mainan incarannya.

"Tidak ada pria di dunia ini yang mau menikahi wanita yang mencoba membunuh pahlawan perang."

"......"

"Tidak akan ada orang lain selain aku."

Dia bergumam dengan keyakinan.

Tapi tak lama kemudian dia mengerutkan kening pada apa yang dia pikirkan.

"TIDAK. Kamu cantik, tapi pasti banyak yang mendambakanmu."

"......"

"Kuharap kamu hanya cantik di mataku, tapi kamu sangat cantik."

Dia bergumam dengan marah.

"Apa yang bisa kulakukan untuk memastikan tidak ada yang melihatmu, Rosie?"

"Itukah sebabnya kamu melakukan ini?"

Richard tidak menyangkalnya.

"Cukup menjelaskannya. Lagi pula, papan yang Anda buat penuh dengan celah. Kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan cepat."

"Isi kekosongannya, Rosie."

"Apakah pada akhirnya kamu akan mencoba menjadikanku penjahat?"

Dia diam.

"Richard."

Saat namanya dipanggil, dia perlahan berdiri.

Lalu dia meraih tangan yang mendorongnya menjauh lagi.

"Jangan bertunangan."

"......."

"Maka tidak akan terjadi apa-apa."