Bab 126

10 1 0
                                    

Bab 126

Senyuman yang muncul secara alami saat aku menemukan Dylan.

Situasinya tiba-tiba, tapi senang melihatnya seperti ini, tapi perasaan itu hilang.

"Bukankah itu agak aneh, Dylan?"

"......"

"Kamu biasanya mengatakan hal-hal seperti 'Kamu masih hidup' di saat seperti ini."

"......."

Dylan menatapku seperti itu. Sikap yang terasa berbeda dari biasanya itu bermakna.

"Kenapa kamu kembali?"

"......"

"Bukankah kamu kembali ke duniamu, Rose?"

"... Apakah kamu mengetahui sesuatu?"

Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan baik karena tertutup kegelapan, tapi entah kenapa aku merasa dia menangis dan tersenyum.

"Kalau dipikir-pikir, kamu bilang kamu akan membantuku kembali ke Korea, kan?"

"...Mawar."

"Melihatmu membantu, kamu tahu sesuatu, kan?"

Kenapa aku tidak mengetahuinya sampai sekarang?

Saya hanya berpikir itu adalah hal yang baik.

"Katakan padaku, Dylan. Apakah kamu tahu sesuatu? Bagaimana aku bisa kembali ke Korea?"

"......"

"Kenapa kamu tidak mengatakan apa-apa? Hah?"

Aku bangkit dari peti mati dan terhuyung ke arah Dylan.

Rasanya beban yang menopang tubuhku lenyap saat ia bergerak seperti sebutir pasir yang keluar dari tanganku.

Tapi aku dengan ceroboh berlari ke arah Dylan dan meraih dadanya.

"Bagaimana aku bisa kembali ke sana?"

"......."

"Kenapa kamu tidak mengatakan apa pun!"

Kenapa aku tidak terpikir ingin kembali ke Korea selama 3 tahun terakhir tinggal di sini?

Mengapa kamu menghilangkan semua kenangan itu?

Semua pertanyaan yang telah ditutup selama tiga tahun meletus dari tempat ini seperti gunung berapi yang meletus.

Saya ingin kembali.

Ke duniaku.

Ke rumah saya.

Ini adalah ruang sempit, tapi itu satu-satunya ruang saya.

Emosi yang telah terpendam selama ini di dalam kotak hitam yang diblokir bocor dalam sekejap.

Mataku menjadi panas.

"Aku punya segalanya di sana, Dylan."

Mengapa selama ini aku tinggal jauh dari mereka? Mengapa?

Kenapa kamu tidak pernah mengeluarkannya dan merenungkannya?

Kenapa aku melupakan semuanya?

"Dylan, kumohon."

Aku berpegangan pada lengan Dylan seolah-olah dialah yang mempunyai semua jawabannya.

Saat aku semakin dekat dengan Dylan, wajahnya, yang tersembunyi di kegelapan, dan ekspresinya muncul.

OBSESI DUA COGAN BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang