Bab 142

12 1 0
                                    

"Mawar."

Sebuah suara ramah memanggil gadis yang berjongkok di sudut.

Gadis itu perlahan mengangkat kepalanya.

Mawar masih muda. Namun wajahnya muram, tidak seperti anak seusianya.

"Kenapa kamu depresi lagi?"

Wanita itu merasa kasihan pada Rose.

Anakku yang telah berubah dari satu momen ke momen lainnya.

Rose, wanita itu tahu, hanyalah seorang anak biasa yang meronta, menggerutu, dan menangis.

"Rose, maukah kamu menjawab pertanyaan ibumu?"

"Jangan bicara padaku."

"... Kamu tidak seharusnya mengatakan itu pada ibumu. Itu menyakiti ibumu."

"... Apa yang Anda tahu?"

Rose berjongkok di sudut dan menoleh.

Itu berarti jeda dalam percakapan. Wanita itu tidak tahan dan itu menghancurkan hatinya.

"Kenapa kamu cemberut lagi, putriku? Hah? Beri tahu saya."

"... Anak perempuanku?"

Saat itu, bibir Rose berkerut.

Wanita itu dikejutkan oleh raut wajahnya yang tidak cocok dengan putri yang dikenalnya, namun tak lama kemudian ia tersenyum ramah.

Banyak hal yang disembunyikan putrinya pada saat tertentu. Dia terkadang seperti orang yang berbeda, anakku...

Ya. Pada usia ini, anak sering mengalami masa pubertas dan menjadi pemberontak.

Jadi tidak aneh.

"Apakah kamu benci menjadi putri ibu?"

"... Menurutku justru sebaliknya."

"Sebaliknya?"

"Kamu benci kalau aku putrimu."

Itu adalah sesuatu yang wanita tidak pernah bisa mengerti.

Melihat ekspresi bingung wanita itu, Rose menyembunyikan perasaannya.

Aku bukan putri kandungmu. Jika ada, dia seharusnya membenciku, bukan dirinya sendiri.

"Tidak mungkin. Ibu sangat bahagia karena Rose adalah putriku. Oh ya, Mawar. Apakah kamu ingin aku memberimu hadiah?"

"... Hadiah?"

Mata anak itu, yang biasanya berbinar ketika mendengar sebuah hadiah, menjadi layu.

Wanita itu memaksakan senyum untuk menyembunyikan wajah sedihnya dan mengulurkan benda itu di depan putrinya.

"Ini dia. Gemerlapan sekali, bukan?"

Bentuknya yang bulat dengan tali berkilauan dalam dekorasi yang indah.

"... Itu sebuah liontin."

"Putriku pintar. Bagaimana kamu tahu itu liontin?"

"Kamu pikir saya bodoh?"

"Ya saya tahu. Putriku pintar."

Rose memasang ekspresi tidak tertarik dan menerima barang yang diberikannya.

Wanita itu sangat gembira karenanya.

"Ini bukan liontin biasa. Ibu memesan."

"... Memesan?"

"Jika Rose menginginkannya dengan sungguh-sungguh, itu mungkin menjadi kenyataan."

"......."

Mawar tercengang.

OBSESI DUA COGAN BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang