Ruang gelap nan hampa membuat Sherren kebingungan sekaligus ketakutan, lantaran ia tak bisa berbuat apa-apa.
"aku dimana?" ucap Sherren pelan dan melihat sekelilingnya yang masih sama.
terakhir kali ia ingat hanyalah saat ia melihat Elang datang menolongnya dengan raut wajah penuh ke khawatiran, dan setelah itu pandangan Sherren gelap, Sherren pingsan.
namun saat ia membuka matanya yang pertama kali menyambut nya bukanlah Elang atau ruangan putih dengan bau khas obat-obatan, melainkan ruangan gelap nan hampa tanpa pencahayaan sedikitpun, dan hanya ada dirinya sendiri.
"Elang.." ucap Sherren takut karena ia tak bisa melihat apapun, semuanya gelap.
"Arga" panggil Sherren sekali lagi karena tak ada yang menyahuti saat nama Elang ia panggil.
nihil, tetap tak ada balasan dari panggilan nya itu, Sherren takut gelap ia paling tak bisa dalam ruangan gelap apalagi pengap.
"TOLONG!!"
sama saja, Sherren menangis tak paham akan apa yang sedang ia alami saat ini, namun tak lama kemudian secerah cahaya putih kecil mulai muncul dari arah belakang.
Sherren menghapus air mata nya dengan cepat, sedikit harapan muncul dalam dirinya akan cahaya tersebut yang semakin lama semakin membesar.
Sherren menutup matanya dengan kedua tangan menghalangi pandangan karena cahayanya semakin silau.
setelah cukup lama, cahaya tersebut mulai meredup bersamaan dengan ruangan yang semula gelap menjadi terang.
Sherren membuka kedua matanya dan dapat ia lihat di hadapannya bahkan sekeliling nya terdapat sebuah layar seperti bioskop berukuran sedang.
dalam layar tersebut terdapat sebuah gambar atau mungkin video(?) yang satu-persatu berputar seperti sebuah kaset.
Sherren bingung, namun saat memfokuskan pandangan nya, Sherren mengerutkan keningnya saat layar tersebut menayangkan seorang anak perempuan berserta seorang anak laki-laki yang saling berpelukan.
mereka berdua memakai seragam sekolah dasar, dan dapat Sherren tebak bahwa keduanya kelas 6 SD.
"Eri... janji, jangan pernah ninggalin Vier.."
suara dan ucapan anak laki-laki itu, membuat Sherren semakin terkejut, Vier? itu kan Xavier, dan Eri? siapa dia?, itu yang tengah Sherren pikirkan.
"Eri janji gak akan pernah ninggalin Vier.."
balas anak perempuan itu yang berbicara dengan riang, dan masih dalam posisi berpelukan nya, namun yang Sherren sayangkan wajah anak perempuan itu tak terlihat, karena layar tersebut hanya menyorot Xavier, sedangkan anak perempuan itu hanya bagian belakangnya saja yang tersorot.
hanya sebentar, layar tersebut gelap, namun tergantikan dengan layar yang lain, dan kini Sherren melihat kedua anak tersebut tengah bercanda dan tertawa bersama dengan seragam putih biru yang terpasang di tubuh mereka.
"Vier.. gak boleh nakal, nanti kalau mama Vier tau, Vier bakal di hukum" ucap anak perempuan itu dengan lembut.
"kamu tenang aja, lagian kata ayah aku, aku bebas mau ngelakuin apapun itu yang penting aku bahagia" ucap Xavier SMP dengan wajah tampan namun terkesan sombong.
"tapi aku gak suka..., aku gak mau Vier ganggu temen aku" ucap anak perempuan itu lembut.
"aku gak peduli!!, kamu cuman boleh temenan dan deket sama aku!! aku gak suka kalau kamu sama yang lain!!" ucap Xavier SMP dengan nada yang tinggi, tak lupa kedua tangannya terkepal.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not perfect Woman's!! {END} [TERBIT]
Acak[TERBIT + PART TIDAK LENGKAP DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN!!!] {BUKU MASIH BISA DI PESAN!!} Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang sedikit terlibat dalam scene novel tersebut. ia bahkan sangat bersyukur bahwa tubuhnya di dunia novel masih lah...