Three

1.5K 55 2
                                    


======

Leonardo Internasional University, 07:30 am.

Jade turun dari mobil sportnya, ia berjalan memutari mobil hingga tiba disamping pintu penumpang. Dibukanya pintu mobil tersebut olehnya, dan keluarlah seorang gadis dengan dress selututnya, rambut panjang yang tergerai--tak luput pula make up tipis-tipis yang menghiasi wajah cantik gadis itu. Gadis bernetra abu itu tersenyum tipis kala Jade--membukakan pintu dan membantunya untuk keluar dari kendaraan bernilai miliaran tersebut.

"Thank you, Jade" ucapnya saat netranya bertubrukan dengan tatapan dalam laki-laki itu.

Jade tersenyum simpul."You're welcome." Ucapnya disertai tawa kecil yang mampu membuat degup jantung gadis itu berdesir entah kenapa, mungkin ia terpesona akan sosok tampan nan baik dihadapannya itu.

Jade meraih pergelangan tangan gadis itu, ia menuntunnya berjalan memasuki bangunan kampus. Gadis itu menurut seraya mengikuti langkah besar pria itu."Hi bro" sapa Zen yang tiba-tiba saja sudah ada dibelakang Jade.

Jade berdehem menanggapi laki-laki itu, bahkan ia tak berbalik menyapa ataupun menatap Zen yang kini berjalan berdampingan dengannya. Zen tak peduli dengan pria bersurai blonde itu, pandangannya kini tertuju pada sosok cantik yang berjalan disamping Jade dengan pria itu yang menggandeng lengannya. Akan Zen tebak, mungkin saja gadis itu adalah salah satu kekasih sahabatnya itu. Ya, sudah dipastikan Jade memanglah lelaki playboy yang memiliki banyak kekasih dimana-mana.

"Ekhem, siapa gadis disampingmu, Jade?" Tanya Zen dengan pandangan lurus kedepan.

Jade menoleh kearah pria itu, lalu membisikkannya sesuatu yang mampu membuat Zen melotot."What the hell, are you serious" kata Zen tak percaya dengan apa yang baru saja dibisikkan Jade untuknya.

"Tidak bisa dipercaya, aku akan memberitakan hal ini pada yang lainnya" ujar Zen seraya berlari meninggalkan Jade yang memutar bola matanya malas--terhadap reaksi pria itu.

"Ada apa?. Apa yang tidak bisa dipercaya, Jade?" Tanya gadis itu penasaran.

"Tidak usah dipikirkan-Aura, dia hanya terkejut" jawab pria itu--menyunggingkan senyum manisnya.

Aura mengangguk, meskipun ia sangat ingin tahu apa yang terjadi pada pria yang tak ia kenali tadi, tapi yang jelas gadis itu tahu--bahwa lelaki tadi adalah teman Jade. Aura berhenti kala Jade juga menghentikan langkahnya, ia menoleh menatap pria itu tak mengerti. Ia belum sampai ditempat tujuannya tapi Jade sudah berhenti. Dan lihat, pria itu berhenti tepat didepan lift, entahlah mungkin Jade ingin menaiki benda kotak itu, namun tidak untuknya, ruang kelasnya hanya tinggal beberapa langkah dari lift tersebut.

"Ada apa, Jade?. Kenapa kau berhenti disini?. Oh, apa kau mau naik lift, jika iya-kalau begitu aku akan ke kelasku sendiri" ujar Aura.

Jade tersenyum seraya menatap gadis itu, ia gemas dengan cara bicaranya yang terdengar seperti anak kecil, dan lihat ekspresi gadis itu--apa itu. Wajahnya terlihat seperti anak kucing yang meminta jawaban akan semua pertanyaannya. Tangan Jade terulur untuk mencubit pipi gembul gadis itu, Aura cemberut tak suka dengan tindakannya. Ah, hal itu lebih membuat Jade gemas. Ingin sekali pria itu meraup bibir merah itu sekarang.

"Jade" pekik Aura tak terima pipinya dicubit oleh pria itu, Jade tak menggubrisnya. Pria itu justru tersenyum jail seakan suka jika dirinya merengek seperti tadi.

FALLING Into DARK Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang