Thirteen

581 17 0
                                    




======

Diruang gelap berdirilah seorang pria dengan pakaian compang-campingnya, wajahnya yang memerah berkesan penuh kemarahan netra hazelnya yang berkilau penuh kekosongan, menambah kesan yang begitu mencekam. Rahangnya mengeras, urat-urat tangannya terlihat kala ia menggenggam jemarinya kuat, sudut bibirnya menyeringai kesenangan saat suara erang kesakitan menyeruak ke seluruh ruangan gelap tersebut.

Pria bertubuh atletis itu berjalan pelan menghampiri seorang pria tua yang hampir mati. Disekujur tubuh senjanya tergores bekas benda tajam, matanya mulai berkaca-kaca saat pria muda dihadapannya itu mulai melangkah mendekatinya---pria tua itu meringis kala sosok berwajah dingin itu kembali menggoresnya dengan belati tajam ditangannya.

"Emosiku sedang tidak bagus hari ini, kuharap kau bisa menghiburku dengan kematianmu. Pak tua...." Ujar pria berwajah dingin itu seraya menusukkan belatinya diperut pria paruh baya tersebut. Suara rintihan kesakitan menggema diruangan itu, jeritan derita terdengar pilu disusul dengan kematian yang mengenaskan oleh pria tua tak berdosa itu.

Sosok lelaki penyebab kematiannya mengulas senyum miringnya---ia berjalan menuju sebuah wastafel yang ada diruangan tersebut, tangannya yang berlumuran darah ia bilas dengan kasar menggunakan air. Sorot matanya menajam kala pikirannya kembali mengingat sang pujaan hati yang menolak cintanya mentah-mentah ia berjalan keluar ruangan tanpa mengubah sorotnya yang kian menajam.

"Bersihkan mayatnya" titahnya pada seorang pria dengan pakaian serba hitamnya yang sedari tadi berdiri diluar ruangan menunggu perintah darinya."Baik tuan" ujarnya cepat lalu, memasuki ruangan bekas pembunuhan itu bersama orang-orang berpakaian sama sepertinya.

Lean---pria itu membuka bajunya yang basah oleh keringat dan darah segar ia melemparnya kesembarang arah kemudian, ia berjalan memasuki mobilnya tanpa menggunakan baju, mobil Ferrari berwarna hitam itu melaju kencang meninggalkan tempat---diikuti dengan mobil-mobil lain dibelakangnya. Lean meremas setir mobilnya kala bayangan Aura yang dengan berani menolak cintanya melayang diatas kepalanya. Sampai matipun ia tidak akan melepaskan Aura, bahkan jika Aura tidak mencintainya ia akan melakukan segala cara agar gadis itu tetap disisinya dan menjadi miliknya.

"Aku akan membunuhmu jika aku tidak bisa mendapatkan cintamu, sweetie" gumamnya seraya menunjukkan seringai menyeramkan. Lean berdecak ia mengambil ponselnya yang berdering.

"Aku akan datang, mom" katanya lalu memutuskan sambungan telepon sepihak, ia lupa jika hari ini adalah hari penyambutan sang ayah yang sudah lama tidak pulang. Lean sudah berjanji pada  Sofie---ibunya untuk datang ke acara tersebut nanti malam.

Lean menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan, ia membuka pintu mobilnya kemudian, berjalan memasuki mansion pribadinya. Untuk hari ini pria itu tidak ingin bertemu langsung dengan Aura---bukan apa ia hanya tak ingin terpancing emosi yang dibuat gadis itu seperti sebelumnya. Ia tahu jika Aura sengaja memancing emosinya supaya ia kesal dan melepaskan Aura, tapi rencana konyol gadis itu tidak akan berhasil karena Lean akan melakukan apapun untuk mendapatkan sesuatu dan jika ia sudah mendapatkan apa yang dia mau---ia tidak akan membiarkan sesuatu tersebut lepas darinya. Termasuk Auranya!.

=======

10:00 am, LIU, Barcelona.

Jade, mengusap peluh yang membasahi dahinya. Hari ini kampusnya mengadakan turnamen olahraga tingkat mahasiswa guna mencari pemain olahraga terbaik untuk mengikuti perlombaan antar kampus yang akan diadakan tiga bulan lagi dan Jade memilih untuk mengikuti salah satu cabang lomba yaitu, Basketball match---Jade sudah sangat handal bermain permainan bola besar itu bahkan pria itu sangat sering mengikuti ajang perlombaan bola basket sejak ia duduk dibangku Junior high school.

FALLING Into DARK Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang