======
Lean duduk tenang di atas sofa kamarnya dengan kaki bersila, kacamata baca yang bertengger di hidung mancungnya--membuat pria itu semakin terlihat menawan, serta laptop berwarna abu-abu yang berada di pangkuannya. Jari-jemarinya bergerak lincah diatas papan keyboard. Kini pria itu tengah berkutat dengan pekerjaan kantornya namun, bukannya fokus dengan apa yang ia kerjakan. Lean justru mencuri-curi pandang pada seorang gadis yang kini terlelap diatas kasurnya dengan posisi sedang memeluk guling. Terlihat imut untuknya.
Sekilas senyuman terukir dalam bibir tebalnya, Lean kembali teringat akan kejadian pagi tadi. Ia tampak geli sendiri karena mengingat kejadian dimana Lean yang notabenenya pria kaku dan tak tersentuh wanita manapun kecuali ibunya dengan berani dan lancang mencium bibir seorang gadis yang menjamah seluruh dunianya tanpa seizinnya namun, ialah satu-satunya gadis yang mampu membuat seorang pria tirani itu tergila-gila dan akan melakukan segala hal agar dapat memiliki gadisnya hanya untuknya seorang.
Aura menggeliat dalam tidurnya, matanya mulai terbuka perlahan ia mengerjap menetralkan cahaya yang masuk ke kornea matanya, Aura menyingkirkan guling dalam pelukannya kesamping kasur yang kosong. Sekali lagi gadis itu mengerjapkan matanya, ia bangun dan duduk dengan wajah khas bangun tidur. Matanya beralih pada seorang pria yang saat ini sangat ia benci, ia tak menatap pria itu lama-lama. Segera Aura memalingkan wajahnya dari pria itu.
Gadis itu turun dari ranjang dan berjalan kearah kamar mandi, ia memasuki ruangan itu dalam diam. Didalam sana Aura, menatap pantulan dirinya dari dalam cermin, tangannya bergerak menyentuh bibirnya yang sedikit bengkak. Ia meringis, bayangan menyebalkan beberapa jam yang lalu--membuatnya mendengus. Aura sungguh membenci pria bernama Lean itu yang seenaknya mengambil ciuman pertamanya. Aura menunduk sendu, kali ini ia sungguh lelah menghadapi Lean yang dengan terang-terangan menyatakan bahwa pria itu akan mengurungnya dalam jeruji emasnya.
Setelah dengan kasar pria itu mencium bibirnya tadi pagi, Aura menangis tersedu-sedu namun, seakan tuli--Lean justru mengabaikannya, tapi gadis seperti Aura tak akan tinggal diam. Meski Lean, dengan tegas telah menyatakan akan mengurungnya ditempat bak istana namun serasa seperti dineraka ini. Aura juga akan membuat rencana untuk melarikan diri, bagaimanapun caranya ia harus keluar dan pergi jauh-jauh dari pria itu.
"Apa yang kau lakukan didalam kamar mandi selama ini, sweetie. Merencanakan pelarian hm?" Ujar Lean yang tiba-tiba sudah ada dibelakang Aura. Gadis itu spontan memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan pria itu. Aura menatap sengit pria itu, ia benar-benar muak melihat wajahnya--setelah apa yang Lean lakukan padanya tadi pagi.
"Apa yang kau lakukan disini?. Keluar aku mau mandi" usir Aura. Lean tak bergeming, pria itu menatap Aura dingin."Kau mengusirku?. Jangan lupa bahwa ini kamar mandiku, jadi aku sebagai pemiliknya berhak atas tempat ini. Mau kau mandi atau tidak, jika aku ingin berada disini kau-tidak bisa mengusirku" katanya.
"Kalau begitu biarkan aku pergi dari sini, jika kau tidak suka aku berada ditempat mu" Balas Aura.
"Siapa bilang aku tidak suka kau berada disini, justru aku sangat menyukainya. Tapi, aku lebih suka jika kau mandi bersamaku, bagaimana-kau mau mandi bukan?"
"Jauhkan pikiran mesummu itu, sekarang keluarlah" Aura mendengus kesal, bisa-bisanya pria ini memintanya untuk mandi bersama. Mimpi saja, karena itu tidak akan pernah terjadi."Baiklah, aku keluar" ucap Lean kemudian, keluar meninggalkan Aura hanya sendiri didalam kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING Into DARK Love [END]
Teen FictionAura Salvatore mengira kepindahannya dari apartemen lamanya membuat gadis Spanyol itu bisa menjalani hari-harinya dengan mulus. Namun kenyataannya, ia kini harus berurusan dengan mafia kejam bernama Lean Paul Leonardo, yang terkenal akan kekejamanny...