Twenty three

516 16 0
                                    





======

Aura duduk diujung ranjangnya, gadis itu baru saja selesai dengan ritual mandi paginya. Tangan kurusnya sibuk mengikat rambut panjang berwarna coklat itu agar tampak rapih, usai mengikat rambutnya Aura pun beranjak hendak pergi menuju ruang makan---ia ingin mengisi perutnya yang mulai meronta-ronta minta diisi. Saat gadis itu baru saja membuka pintu, ia sudah disuguhi pemandangan sosok pria tinggi berbadan tegap yang kini membawa sesuatu ditangannya.

Aura mengernyit."Lean." Katanya seraya memandang Lean bingung."Apa yang kau mau?' Lanjutnya.

"Ini..." Lean menyentuh bibir bagian bawah gadis itu sensual. Aura dibuat merinding olehnya, ia mundur satu langkah kebelakang."Ma-maksudmu?" Katanya takut-takut, gadis itu semakin memundurkan tubuhnya menjauh dari Lean yang juga semakin mendekat.

Sebuah kecupan mendarat tepat dibibir Aura, singkat namun mampu membuat sang empu mematung. Padahal ini bukanlah kali pertamanya mendapatkan kecupan dari Lean. Aura mengerjap beberapa kali, sedangkan Lean diam menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi, namun pria itu samar-samar tersenyum tipis.

"It's a morning kiss, sweetie" Ujar Lean seraya menarik Aura kembali memasuki kamar, Aura menurut tanpa kata.

Lean membawa gadis itu duduk disofa yang ada disudut dekat jendela, ia menarik gadis itu agar duduk lebih dekat dengannya. Kemudian, tangannya membuka kotak kecil yang ia bawa. Aura hanya menatap pria itu dalam diam, diam-diam terpesona akan ketampanan yang dimilikinya, lagipula siapa yang tak terkesima oleh ketampanan yang dimiliki putra pertama keluarga Leonardo itu, Aura adalah gadis normal yang juga akan kagum dengan wajah pria sesempurna Lean. Tidak ada yang menolak pernyataan mutlak itu.

"Sweetie?" Panggil Lean, menyadarkan lamunan Aura yang mulai liar. Aura menatap Lean lekat, entah apa yang terjadi padanya kini jantungnya berdegup dengan amat kencang ketika menatap manik hazel itu.

Lean tersenyum simpul lalu ia mengangkat tubuh Aura agar duduk di pangkuannya, dan gadis itu menurut tanpa pemberontakan. "This is for you" Gumam Lean sembari memakaikan sebuah kalung dileher jenjang Aura.

"Apa ini? Untuk apa kau memberikan ini untukku?" Tanya Aura.

"Kau lupa hari ini, hari apa?" Lean berucap dengan nada rendahnya. Aura menggeleng cepat."Apa?" Balasnya.

"It's your birthday, sweetie. And happy birthday to you, mine" Ungkap Lean yang seketika membuat Aura tersadar jika hari ini adalah hari yang spesial untuknya."Bagaimana kau tahu hari ulang tahunku?" Tanyanya penuh selidik.

"Aku tahu semua tentangmu, sweetie bahkan aku juga tahu merek bra favoritmu..." Ucap Lean disusul dengan senyum miringnya.

Aura terbelalak. Pipinya memerah malu."Mesum!" Sanggahnya.

Lean terkekeh pelan. Dengan perlahan ia mengusap pipi Aura yang menyemburkan warna kemerahan disana, hal itu menambah pesona manis yang menguar dari gadis itu. Lean mendekatkan wajahnya pada bibir Aura, sesaat ia tersenyum miring. Aura membeku ditempat, otaknya tiba-tiba kosong ketika jaraknya dengan pria itu kian terkikis, menyisakan jarak sempit yang mungkin saja sedikit lagi bibir mereka akan menempel sempurna.

Benar saja, Lean mencium lembut bibir manis itu---dengan perlahan tangannya yang kosong memegang tengkuk Aura, menahannya supaya memudahkannya untuk memperdalam ciumannya. Lean mengigit bibir bawah gadis itu hingga membuat sang pemilik mau tak mau membuka mulutnya, tak menyia-nyiakan kesempatan, Lean pun semakin gencar melumat bahkan mengigit kecil bibir itu. Aura tetap diam, namun seiring lumatan itu mampu membuatnya terlena, Aura perlahan memejamkan matanya menikmati sentuhan pria itu.

FALLING Into DARK Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang