Thirty: THE END

805 19 0
                                    





======

Disinilah Aura sekarang, duduk saling berhadapan dengan kedua pasangan suami-istri paruh baya yang tak kehilangan kecantikan maupun ketampanan mereka. Di mansion sebesar ini yang dapar Aura rasakan hanyalah ketegangan antar anggota keluarga---gelap dan sunyi terpancar jelas dari setiap anggota keluarga yang ada di ruangan bercorak putih tulang itu. Aura lagi-lagi menghela napas panjang guna menetralkan detak jantungnya yang berdegup kencang saat ini, terlebih lagi ketika ia menatap sosok pria bermanik hazel dengan surai hitamnya diujung sofa sana.

Aura menundukkan kepalanya tak berani berlama-lama beradu tatapan dengan Lean yang sejak kedatangannya sama sekali tidak bersuara, apalagi menyambutnya. Aura pikir saat tiba di mansion pria itu akan menyambut kedatangannya dengan suara yang amat gadis itu rindukan, tapi nyatanya---bicara padanya saja tidak. Aura menutup matanya menahan tangis yang sedikit lagi akan pecah, entahlah ia hanya sangat merindukan kehadiran Lean. suaranya, sifat posesifnya, dan beberapa tingkah mengejutkannya yang berhasil membuat Aura jatuh cinta pada suaminya itu.

Sedangkan Sofie dan Ello yang juga berada di sana saling bertatapan. Kini Ello sang kepala keluarga, menatap putra keduanya itu dengan sorot tegas."Jade, kita harus bicara" Ucapnya kemudian beranjak pergi disusul Jade dibelakangnya.

Aura lagi-lagi dibuat gugup dengan situasi saat ini. Sofie mendekati gadis itu perlahan, pandangan mereka saling bertemu, wanita paruh baya itu memeluk sang menantu erat."Apa kau baik-baik saja, sayang? Jade tidak melakukan apapun padamu, 'kan?" Tanyanya penuh kekhawatiran.

"A-aku baik, bibi." Balas Aura dengan gugup. Sofie melepaskan pelukannya, ia menatap Aura layaknya seorang ibu yang merindukan anaknya. Hangat."Jangan panggil aku bibi, sayang. Panggil aku mommy saja, karena sekarang aku ibumu juga" Katanya penuh ketulusan.

Aura tersenyum senang. Sejak kedua orangtuanya meninggal ia sama sekali tak mendapatkan kasih sayang seorang ibu sebelumnya, tapi hari ini dia bersyukur pada Tuhan karena telah mengirimkannya seorang ibu mertua sebaik dan setulus Sofie untuknya---Aura merasa lega hubungannya dengan wanita itu amat baik meskipun mereka baru mengenal satu sama lain belum lama ini."Baik bi, euum maksudku. Mommy" Balas Aura tersenyum kikuk.

Tiba-tiba Sofie bangkit dari tempatnya, ia tersenyum sekilas pada Aura kemudian turut beranjak pergi dari sana menyisakan Aura dan...... Lean.

Sial! Canggung.

Meski gugup dan canggung Aura memberanikan diri untuk mencuri-curi pandang pada pria itu, yang tak bergeming ditempatnya. Lean menyambut tatapan gadis itu dengan netra hazelnya yang tajam,memindai gadis yang telah menyandang status sebagai istrinya itu dari atas sampai bawah. Cantik, selalu cantik. Perlahan Lean berdiri dan duduk disamping Aura. Gadis itu hanya diam dengan kepala yang menunduk dalam, aroma mint bercampur maskulin menyeruak di indera penciumannya. Sebuah lengan kekar perlahan melingkar di pinggangnya yang ramping---Aura sontak mendongak dan mendapati tatapan tenang Lean yang seakan menghipnotisnya.

"Do you miss me, sweetie?" Bisiknya dengan suara seksi yang mampu membuat bulu kuduk Aura meremang. Gadis itu mencoba mundur menghindari Lean, namun rengkuhan pria itu terlalu erat sehingga menyulitkan pergerakannya.

"L--Lean."

"Yes, sweetie. You want to say something, hm?"

Aura memalingkan wajahnya ke arah lain, wajahnya terasa panas sekarang---situasi ini membuatnya hampir gila. Sebuah sapuan halus menyentuh pipinya yang mungkin sekarang ini sudah semerah tomat, dengan lembut Lean mengecup pipi itu singkat hingga membuat Aura mau tak mau kembali menatapnya."I fucking miss you, sweetie!" Ujar Lean semakin mengeratkan rengkuhannya pada pinggang gadis itu.

FALLING Into DARK Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang