Twenty-nine

377 15 1
                                    





======

Aura duduk dengan gugup dikursi pesawat----seperti yang Jade katakan, pria itu benar-benar membawanya menuju Barcelona. Mengingat janji yang pria itu berikan untuknya, secara mengejutkan benar-benar ia tepati, sejujurnya Aura tidak begitu yakin dengan apa yang dikatakan Jade di mansionnya beberapa jam yang lalu, tapi dengan keberadaannya di sini. Didalam jet pribadi milik pria bersurai pirang itu, Aura mulai menaruh kepercayaan kembali untuk pria itu.

Aura menarik napas panjang ketika merasakan guncangan dari dalam pesawat yang saat ini tengah mengalami turbulensi, matanya terpejam mengurung ketakutan yang kian mengusiknya, tak henti-hentinya gadis itu merapalkan doa supaya turbulensi cepat berlalu. Namun, hal itu masih belum cukup untuk mengurangi rasa takutnya. Perlahan matanya terbuka kala merasakan usapan lembut dipunggung tangannya---Aura menoleh kesamping tempat dimana Jade duduk dengan amat tenang padahal pesawat sedang mengalami turbulensi yang lumayan besar.

"Relax, everything will be fine." Ucap Jade menenangkan. Aura mengangguk pasrah."Berapa lama lagi kita sampai?" Tanyanya.

"Sekitar tiga jam lagi. Lebih baik kau istirahat dulu, jika sudah tiba aku akan memberitahu-mu." Balas Jade."Ayo, aku antar ke kamar." Ajaknya.

Aura diam seraya mengikuti kemana pria itu akan membawanya. Yang Aura tahu pesawat pribadi ini memang memiliki fasilitas yang lumayan lengkap agar sang pemilik merasa nyaman dalam perjalanannya, selain kamar pribadi---di dalamnya juga disediakan mini bar, dapur, living room, cinema dan masih banyak lagi. Tak heran jika Jade sekaya itu, mengingat ia adalah putra kedua keluarga Leonardo yang terkenal dengan banyaknya harta yang mereka miliki.

"Tidurlah, aku akan membangunkan-mu tiga jam lagi." Titah Jade seraya membawa Aura berbaring diatas tempat tidur."Terimakasih." Kata Aura sebelum Jade meninggalkannya.

Kini Jade sedang duduk dikursi bar sendiri dengan hanya ditemani sebotol bir, dalam diamnya ia menuangkan bir itu kedalam gelas kaca berkaki panjang. Dihadapannya terdapat sebuah pad yang menampilkan gambar Aura yang tengah tertidur dengan nyamannya. Sudut bibirnya melengkung menunjukkan senyum simpul, Jade melanjutkan aktivitasnya---dengan perlahan ia meneguk birnya dengan pandangan yang tidak lepas dari layar pad-nya.

Jade menaruh gelas yang tak berisi diatas meja bar, senyumannya yang semula manis entah kenapa kini berubah menjadi seringai tipis. Pria itu menatap sosok gadis cantik yang tengah tertidur itu dengan tatapan memuja, guratan obsesi kembali terlihat dari netra gelapnya."Shit! Seharusnya kau menjadi milikku, honey." Geramnya.

Jade menatap tajam gambar didalam pad-nya, ia meremas kuat gelas yang masih ia genggam. Napasnya mulai memburu, tawa miris pria itu serukan. Dengan sorot yang sepenuhnya dikuasai amarah, Jade melempar gelas kaca itu hingga pecah menjadi berkeping-keping.

"Arrggh...... Sial! Kau benar-benar membuatku hampir gila, Aura." Jade memukul kepalanya frustasi."Hahahaha. You're driving me crazy, honey."

Suara tawa Jade mendominasi ruangan bar tersebut memberikan suasana gelap nan mengerikan secara bersamaan.

"Kenapa? Disisi lain aku ingin memilikimu, tapi secara bersamaan akal sehatku tidak mengizinkannya. Aku tidak sepenuhnya ingin melepaskanmu. Beritahu aku, apa yang harus kulakukan, Aura?" Monolognya.

Suasana kembali hening. Jade bangkit dari tempat duduknya, berjalan menuju kamar yang ditempati Aura. Masih dengan tatapan gelapnya pria itu membuka pintu dengan hati-hati enggan menimbulkan suara yang dapat membangunkan sang empu yang sedang beristirahat. Jade duduk disamping ranjang sembari menatap penuh binar pada Aura yang belum sadar akan kehadirannya---ia menyingkirkan sehelai anak rambut yang menutupi wajah damai Aura. Jemarinya mulai bermain liar diatas permukaan wajah gadis itu, mengusap pipinya yang lembut, tak lupa bibir manis yang membuatnya ingin merasakannya setiap saat.

FALLING Into DARK Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang