Twenty

459 15 0
                                    





======

Sudah dua Minggu, Aura berada didalam kamar itu. Kamar yang sama seperti pertama kali Lean menyekapnya, kamar yang telah menjadi penjara baginya, tempat Lean melakukan apapun sesuka pria itu, Aura sangat lelah untuk memberontak dan berusaha membebaskan dirinya. Dua Minggu ini pun gadis itu hanya duduk dan berbaring di kasurnya dengan tangan yang terikat, ia jenuh, ingin bebas---tapi bagaimana? Aura berharap ia mendapatkan sedikit kesempatan agar bisa melarikan diri dari Lean untuk yang kesekian kalinya.

Jujur Aura merasa ketakutan setiap pria itu didekatnya, Lean adalah sosok yang pemaksa dan tempramental---Aura ingat betul hari dimana Lean menguncinya didalam kamar mandi yang dingin tanpa makan dan minum selama semalaman penuh hanya karena ia membentak dan berusaha melawannya ketika Lean ingin menciumnya. Selain itu, pria bernetra hazel dan wajah datar tersebut juga pernah mencekik Aura saat ia berusaha lompat dari atas balkon untuk pergi dari kediaman Lean. Sejak kejadian-kejadian itu pun Aura tak berani menatap ataupun berbicara dengan Lean sampai saat ini.

Jika pun pria itu datang menemuinya, Aura akan menunduk dan tak mengucapkan apapun sebelum Lean sendiri yang bertanya padanya. Lagipula Aura juga tak ingin berbicara padanya, kalau bisa Aura lebih senang jika pria gila itu enyah dari hidupnya.

Kini Aura duduk dengan diam didalam mobil yang dikendarai oleh lelaki gila itu, beberapa jam yang lalu Lean memaksanya untuk ikut bersama pria itu entah kemana---Aura sudah berkali-kali menolak namun, sikap Lean yang tak mau dibantah membuatnya terpaksa ikut. Aura menundukkan kepalanya dalam-dalam enggan menatap jalanan kota Barcelona yang sedikit senggang karena hari sudah larut.

Mobil yang dibawa Lean berhenti disebuah gedung tak terlalu tinggi, pria itu turun dari dalam mobil lalu, menuntun Aura agar mengikutinya. Gadis itu menurut tanpa banyak basa-basi, Lean merangkul pinggang Aura mesra memasuki gedung tersebut. Tak terlalu banyak orang yang ada didalam gedung itu, suasana disana cukup mencekam dengan hanya dihiasi ruangan-ruangan yang tertutup dan lampu-lampu yang nyalanya tak terlalu terang.

Lean memasuki sebuah ruangan dengan Aura disisinya, pria itu duduk dikursi kebesarannya dan membawa Aura duduk diatas pahanya. Aura diam, ia terlalu lelah untuk mengelak. Didalam ruangan tersebut terdapat meja rapat yang setiap kursinya diisi oleh para pria. Hanya beberapa tak banyak.

Lean menatap datar orang-orang disana."Cepat mulai rapatnya!" Titahnya dengan suara lantang.

Salah satu pria berdiri kemudian, berjalan menuju layar LSD yang tersedia diruangan tersebut. Tanpa membuang waktu lagi, pria yang tak diketahui namannya itu segera memulai rapat dengan lancar.

Rapat sudah berjalan lebih dari tiga puluh menit lamanya. Bukannya mendengar rapat yang ada, Lean justru sedang asik melingkarkan tangannya pada pinggang Aura. Tangan nakal Lean menyelinap masuk kedalam dress yang dipakai oleh Aura, ia mengusap lembut punggung polos gadisnya. Aura mengigit bibir bawahnya, menahan gejolak panas yang menjalari tubuhnya, gadis itu menatap lekat wajah Lean yang berada dekat dengannya. Aura ingin menghentikan aksi tak senonoh pria itu.

Lean melirik sekilas Auranya yang nampak menggemaskan dengan raut cemberut itu, tanpa disadari oleh orang-orang yang ada diruangan tersebut Lean tersenyum tipis. Pria itu mulai menginginkan lebih dari mengusap punggung gadisnya, Lean mendekatkan wajahnya kesamping telinga Aura---ia menggigit cuping telinga gadis itu hingga membuat Aura memekik kecil. Lean kembali tersenyum namun, lebih seperti seringaian.

FALLING Into DARK Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang