Bab 15 : Nightmare

115 11 2
                                    

[Met Reading]






















★•w•★

Adu mekanik antara dua Abang Taufan inipun berhenti saat bundanya Taufan kembali dari tempat kerjanya, Taufan segera menyambut hangat bundanya serta memberi tahu bahwa ada tamu yang tak lain dan tak bukan adalah Beliung dan Rimba

Mereka berdua segera bersalaman lalu sedikit basa-basi sebelum akhirnya bundanya pergi ke kamarnya, saat Beliung dan Rimba bersalaman sudah terukir raut wajah tak suka dengan mereka tanda ia ingin mereka cepat-cepat pergi dari sini

Seketika membuat mereka menjadi sedikit sedih dan berniat untuk segera pulang saja "Fan kami pulang dulu,ya?" Lirih Beliung sambil berdiri dan berjalan menuju pintu depan diikuti oleh Rimba dari belakang

"Eh!? Mau kemana bang!? Baru juga sampai masa mau pulang aja?" Tegur Taufan mencegah pintu depan, Beliung dan Rimba tak menjawab hanya berdiri diam disana

Dari dalam kamar bundanya mengintip dan menatap Taufan, ia memberikan kode agar Taufan membiarkan Beliung dan Rimba pergi. Mendapatkan kode itu Taufan hanya bisa pasrah dan membiarkan mereka pulang, setelah itu Taufan segera mendatangi bundanya didepan pintu kamarnya untuk menanyakan hal itu tadi

"Bunda kenapa? Mereka ada salah?"

"Taufan...lebih baik kau diam nak...,ya mereka salah begitu juga dengan dirimu"

"M-maksud bunda apa? Ufan nggak faham"

Perlahan Bundanya keluar dari kamar dan mendekati Taufan yang sedang mematung disana. Ia menatap dalam manik biru lapiz itu sambil mengelus lembut pipi Taufan sembari berkata

"wajahmu, wajah kalian begitu mirip dengan ayahmu. Aku masih tak bisa memaafkannya maka dari itu jangan biarkan mereka masuk kerumah ini, melihat wajahmu saja aku sudah muak Taufan" bisiknya yang tentu saja menyakitkan hati kecil Taufan

Ia kembali masuk kedalam kamarnya dan mengunci kamar. Taufan masih mematung disana tanpa bisa berbuat apapun, perlahan Air matanya jatuh berlinang dan semakin deras sedikit demi sedikit. Taufan segera berdiri dan berlari menuju kamarnya untuk melampiaskan semua dengan menangis sekencang-kencangnya, tak lama hpnya berdering

Taufan mengambilnya dan melihat siapa yang meneleponnya malam-malam begini, ah itu Hali kira-kira kenapa dia menelfon duluan ya biasanya Taufan duluan. Taufan mengangkat telfon itu dan dari situlah Taufan mendengar suara Hali yang sepertinya sedang menangis?

"Alin Lo kenapa? Ada masalah?"

"Nggak ada Fan, cuma butuh teman ngobrol aja...yahh kayak biasa lah Lo tau kenapa"

"Ohh, umm Alin aku boleh cerita nggak?"

"Hmm? Cerita aja"

Dengan sedikit beberapa air mata yang masih berjatuhan Taufan menceritakan semuanya yang ia dengar dari mulut bundanya langsung, ia tahu kalau nasibnya masih lebih baik daripada dengan Hali tapi apa salahnya cerita kan? Setelah mendengar itu tentu Hali kaget karena yang dia tahu bundanya Taufan itu adalah sosok yang lembut dan mustahil untuk menyakiti seseorang baik dalam perilaku atau perkataan

Hali hanya bisa menyemangati Taufan karena nasib mereka sama-sama malang, sebaliknya Hali juga menceritakan masalah yang dia dapat barusan dan kembali saling menyemangati satu sama lain. Memang sih teman sehidup semati seperjuangan ini nggak kek mereka:)

Cukup lama mereka mengobrol sampai tak terasa waktu semakin malam sehingga memaksa mereka untuk mengakhiri semua ini dan kembali tidur karena besok sekolah

Jam menunjukkan pukul 00:34AM, Taufan terbangun karena merasa haus dan hendak mengambil air di dapur. Saat Taufan mengambil air pandangannya teralihkan kepada sebuah piring yang tiba-tiba jatuh dan pecah membuat Taufan kaget, tak ada angin tak ada apapun piring itu jatuh dan pecah dengan sendirinya seperti ada seseorang yang sengaja menjatuhkan piring itu

Taufan segera membersihkan pecahan piring itu,namun saat ia hendak jongkok untuk membersihkan pecahan piring itu tiba-tiba seperti ada yang lewat begitu cepat dihadapan nya membuat Taufan menoleh kearah luar dapur. Tak ada apapun disana

Taufan menghiraukan nya dan berfikir bahwa itu hanya halusinasinya saja. Selesai membereskan pecahan piring tadi Taufan kembali ke kamar untuk melanjutkan tidurnya namun entah mengapa langkahnya berjalan menuju pintu depan kamar bundanya seakan ingin Taufan membuka pintu kamar bundanya, yahh Taufan mengikuti instingnya dan membuka pintu kamar bundanya

DEG!!!

"...B-bunda..."

Taufan dibuat mematung diam disana setelah melihat kondisi bundanya sekarang, tak bernyawa. Ia gantung diri didalam kamarnya seperti mayat yang sudah lama mati, tubuhnya sudah dikelilingi lalat dan belatung serta dengan ekspresi wajah yang sangat mengerikan,mulutnya ternganga dengan mata yang memandang kosong entah kemana

Taufan tak bisa berbuat apa-apa sekarang dan hanya bisa lemas melihat bundanya sekarang, saking lemas nya Taufan sampai terjatuh dengan posisi duduk berlutut menunduk kebawah. Air mata yang tak kuasa ia tahan kini perlahan jatuh berlinang, Taufan menangis sejadi jadinya tak percaya bahwa bundanya akan berbuat sejauh ini

"BUNDAA!!! KENAPA!? KENAPA!? Bunda bilang akan nemenin Ufan sampai berhasil,MANA JANJI BUNDA MANA!!!?? ARKK SIALAN KEPARAT!!!" Pekik Taufan dengan perasaan campur aduk sambil memukulkan tangannya kelantai sebagai bentuk amarahnya

Menangis,Marah,kecewa,itulah yang Taufan rasakan sekarang tak ada yang bisa dia lakukan lagi sekarang selain menangis dan menangis tak kuat untuk berdiri dan mencari bantuan. Pandangan Taufan kini mulai menjadi gelap, Taufan kehilangan kesadarannya namun ia masih bisa merasakan keadaan disekitarnya

Seperti ada yang mengelus lembut surai hitam miliknya,persis seperti tangan sang ibunda. Apakah ini mimpi? Apakah Taufan hanya berhalusinasi saja? Pertanyaan itu terngiang-ngiang di kepala Taufan

"Upan! Hey Taufan! Bangunlah!"

"Upan hiks sumpah Lo bikin khawatir aja tau!"

"Dih cengeng Lo!"

Perlahan Taufan membuka matanya,apa yang terjadi? Ia berada dimana sekarang? Semuanya putih apakah ia menyusul sang ibunda? Taufan langsung kaget dan terbangun dari tempat ia tidur, keringat dingin dan perasaan yang berantakan

"Apa yang? Dimana aku!? Dimana Bunda!? Bunda nggak pergi kan?" Tanya Taufan tak karuan, yah sekarang ia sedang berada di tengah jalan dengan banyak orang mengelilingi atu tempat seperti ada kecelakaan

"Ada apa ini? Ada yang kecelakaan? Siapa?" Tanya Taufan bersamaan, semuanya diam saling tatap menatap lalu kembali menatap Taufan

Frostfire menghela nafas lalu berkata "kita yang kecelakaan Fan, dan kamu tadi nggak sadarkan diri" jelas Frostfire

Hey tunggu, kecelakaan? Apa itu berarti yang terjadi kepada Taufan tadi adalah mimpi? Taufan menampar pipinya dan terasa sakit, benar ini dunia nyata dan tadi hanyalah bunga tidur Taufan saja yang mungkin terlalu kelelahan dan pusing

Taufan sedikit lega namun bagaimana mobil mereka bisa kecelakaan "kok bisa kecelakaan ini gimana?" Tanya Taufan kepo

Frostfire menyenggol lengan kiri Hali memberikan kode agar dia yang memberikan penjelasan bagaimana kronologi ini terjadi

"Ck! Males ah Lo aja bang"

"Yelahtu, btw kertas yang Lo temuin tadi mana? Bacain dong kepo gw"

"Nggak ada yang spesial cuma tulisan "Urip Kutho Iki ngur karek sesuk"

Bersambung

Widih hari kehancuran kota Keraton niehhhh🗿

Bau calon mayat terdeteksi tapi nggak tega dan masih mikir endingnya pen ada banyak mayat apa dikit aja🗿

Javdidusiqujshsisnosbshsjsnjs

Auk ah bingung plot nya pasti jadi gaje banget😇

Dah lah bye bye jomblo🙂👊

Makan tuh 1094 kata!!!

Keraton City [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang