[Met Reading]
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
★•w•★3 hari setelah kejadian 1 malam di kota Keraton, 22 anak yang sempat hilang malam itu dan 19 anak itu ditemukan saat fajar tiba. Hampir seluruh dari seluruhnya meninggal dengan cara yang mengenaskan namun beruntung masih ada 6 anak yang selamat dan hanya mengalami luka sedang dan mereka kini dalam keadaan koma, 3 sisanya masih belum diketahui keberadaannya
Tubuh lelaki yang begitu tenang itu terbaring lemas di ranjang rumah sakit, enggan membuka matanya dan terbangun dari mimpinya. Terlihat seorang pria paruh baya menerobos banyaknya manusia yang masih mengantri untuk melihat daftar nama korban yang menjadi pasien disana. Melangkah lebih pelan meski tetap menabrak beberapa orang, membuka satu persatu pintu kamar untuk mencari keberadaan putranya. Hingga di bilik pertama, kedua, ketiga, dan sampai di bilik terakhir ia mendapati putranya. Taufan tengah terbaring tak sadarkan diri disana
Pria itu menghela nafas berat lalu perlahan ia menghampiri Taufan dan duduk disisi ranjangnya, mengelus lembut pucuk rambut lelaki itu. Entah seperti apa yang anak itu lakukan sehingga membuatnya tertidur begitu lama, luka goresan serta beberapa luka bakar disekitar pergelangan tangannya menunjukkan betapa sulitnya bertahan pada malam itu
Ia juga sudah mendengar kalau Taufan sudah koma selama 3 hari begitupun lainnya, Istrinya yang meninggal juga di malam itu
“Taufan, maafkan ayah karena tak berada di sampingmu saat kamu memerlukan peran ayah” Ucap pria itu yang tak lain dan tak bukan adalah ayah dari Taufan, Henry
Seolah mendengar perkataan Henry barusan, tangan yang semula ia genggam kini digenggam balik oleh sang empu. Perlahan Taufan membuka matanya, memperlihatkan Netra Sapphire yang dirindukan Henry selama ini
“A-ayah…” Lirih Taufan yang nyaris tak terdengar, Taufan berusaha duduk berniat untuk memeluk sosok ayah yang ia rindukan
Mengerti apa yang ingin Taufan lakukan ia lalu segera memeluk anaknya itu, sebuah pelukan hangat yang membuat siapa pun nyaman. Beberapa orang yang lalu Lalang didepan bilik pintu yang terbuat dari kaca tersebut ikut menyaksikan momen itu
“Ya Allah Taufan… Anak ayah”
Henry mengusap lembut pucuk rambut Taufan, air mata yang tak kuasa ia tahan perlahan akhirnya jatuh membasahi pipinya. Tak ada jawaban dari mulut Taufan, laki-laki itu enggan melepaskan pelukannya dari sang Ayah. Taufan gemetar, takut, gelisah, khawatir memikirkan dan mengingat betapa mengerikannya malam itu
Hali, Gempa, Blaze, Ice, Duri, Solar, yang masih memenuhi isi kepalanya. Ia berharap kalau mereka semua masih hidup dan malam itu adalah mimpi terburuk yang pernah terjadi. Taufan ikut menangis sejadi-jadinya di pelukan Henry, menuntut penjelasan darinya bagaimana keadaan mereka sekarang
“Nggak apa-apa, ada Ayah disini. Tak usah takut” Ucap Henry berusaha menenangkan putranya itu
“Teman-teman Taufan dimana, Yah?” pemuda itu mendongak menatap mata Henry, meminta jawaban atas pertanyaan nya barusan
“Alin… Dimana? Gempa? Blaze? Ice? Duri? Solar?” Suaranya serak nyaris tak dapat didengar oleh Henry, ia tetap diam tak menjawab pertanyaan Taufan
“DIMANA SEMUANYA, YAH!?” Air mata Taufan semakin deras, Henry mati-matian untuk tidak menangis dihadapan Taufan. Ia lalu mengusap dadanya merasakan perasaan sesak yang semakin menjadi-jadi
Henry Kembali mengelus surai lembut Taufan sambil membuang pandangannya ke segala arah, Henry tau kalau Taufan masih tak terima dengan takdir ini namun lambat laun Taufan harus tahu dan menerima ini semua. Taufan harus mengikhlaskan, meskipun sulit. Henry perlahan bersuara, berusaha memberitahu Taufan walau sebenarnya Taufan juga sudah tahu
KAMU SEDANG MEMBACA
Keraton City [✔️]
Mystery / Thriller[ Boboiboy Fanfiction!! ] Cerita yg berawal saat seorang pemuda bernama Taufan pindah rumah ke wilayah Keraton yg masih Asri nan Segar. bersenang-senang itu pasti disana ia Banyak melakukan hal menyenangkan bersama tapi kebahagiaan ini harus berakhi...