Bab 6 : Hubungan

178 12 0
                                    

—★

Sementara Taufan tantrum nggak jelas Beliung melanjutkan makannya daripada ambil pusing dibikin dia sama kelakuan Taufan, tak lama setelah itu seseorang masuk kekamar. Itu adalah saudara tiri dari Beliung.

"Buset pantes kaga pulang ternyata kaki lo lagi sakaratul maut." ujar insan itu sambil memainkan kaki Beliung, tak terima kakinya dibuat mainan dan karena pas sekali wajah orang itu didepan kakinya maka langsung saja Beliung tendang wajahnya sampai ia terjatuh ke belakang.

"Rasain! Orang sakit tuh dikasih perhatian extra!" ejek Beliung sambil menertawakannya, insan itu segera bangun dan cengengesan sebelum kemudian meminta maaf. Matanya teralihkan oleh Taufan yg sedari tadi masih tantrum tak percaya Beliung mengajaknya bicara walau hanya satu dialog, saking lamanya lost contact Taufan menjadi gila.

"Eh dia siapa? Keknya orangnya seru." tanya insan itu sambil berbisik, Beliung yang tadinya hanya ingin fokus makan kini menghela nafasnya "Dia Taufan saudara kandung nggak waras gw, kalo mau kenalan sono." ucap Beliung sambil meletakkan piringnya di meja sebelumnya lalu kembali merebahkan dirinya sambil memejamkan matanya.

Insan itu lalu menghampiri Taufan dan menepuk pundak Taufan sembari berkata "Hai! Gw Rimba adek tiri dari abangmu Beliung, salam kenal ya." Rimba memang sok akrab dan tentu membuat seseorang didekat nya akan merasa tak nyaman tapi, percayalah setelah orang itu menjadi favorit person untuk Rimba orang itu akan merasakan kehangatan dari hati Rimba.

Yah, agak sakit hati Taufan setelah mendengar bahwa kakaknya punya adik selain dirinya sekarang walau tiri tapi tetap paksakan tersenyum tak apa kan? Ini sudah takdir yang tak bisa diubah.

"Hai juga bang Rimba, aku Taufan, salam kenal juga." balas Taufan sembari tersenyum tipis, Rimba lalu tertawa dan mengelus surai coklat kebiruan milik Taufan yang entah kenapa Taufan merasa nyaman seperti mendapatkan kehangatan dari seorang kakak. Taufan yang ketagihan pun segera ia berbaring di pangkuan Rimba, dan ia tak masalah sama sekali justru Rimba sangat senang dan gemas kepada Taufan karena sifat kekanak-kanakannya.

Tiba-tiba Gempa masuk kedalam lalu berkata "Maaf mengganggu tapi Taufan, Hali mengajakmu untuk pulang." ucap Gempa dengan Hali yg sudah ada di belakangnya.

Taufan mengerutkan keningnya "Memang bahumu sudah baikan, Lin?" tanya Taufan yg masih khawatir dengan kondisi Hali sekarang, Hali menggelengkan kepalanya "Nggak apa entar gw periksa ke dokter aja." jawab Hali yg sudah mulai lelah berdiri.

Taufan hanya mengiyakan ajakan Hali lalu segera ia berdiri dan berjalan keluar kamar, tak lupa sebelum pulang ia berpamitan dulu dengan abangnya dan Gempa sebelum akhirnya berjalan pergi dari pandangan.

Di perjalanan pulang keadaan desa seperti malam itu, sepi dan hanya ada para petani yg sedang mengurus sawahnya. Taufan mengerutkan keningnya "Aneh, kenapa desa sepi banget? Sekolah juga diliburkan sementara, kenapa ya Lin?" tanya Taufan kebingungan, ya mereka tak sekolah karena sekolah diliburkan sementara entah apa alasannya. Padahal Taufan baru saja masuk sekolah tapi, ia sudah sisambut dengan libur sementara yang entah sampai kapan. 

Kalau dilihat dari berita akhir-akhir ini banyak sekali pembunuhan tak masuk akal, seperti yg dikatakan Solar sebelumnya pembunuhan ini dilakukan dalam satu malam satu waktu beberapa korban dan dengan tempat yang berbeda. Dan hal yang paling mencolok dari kasus ini adalah kepala dari para korban, sebagian besar kehilangan kepalanya dan sisanya tinggal kepalanya saja.

Keraton City [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang