Bab 38 - Papa

561 69 3
                                    

Tubuh Rossie terasa ringan ketika angin malam menerbangkan beberapa helai rambut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tubuh Rossie terasa ringan ketika angin malam menerbangkan beberapa helai rambut. Deburan ombak yang menghantam tubuhnya seolah memanggil nama Rossie. Dingin air laut itu seolah tidak terasa si permukaan kulit. Rossie sudah mati rasa.

Langkah Rossie mendadak terasa berat ketika ombak semakin menggulung ke arahnya. Namun ia tetap memaksa untuk berjalan ke tengah lautan. Rossie sudah lelah dengan semua drama yang terjadi dalam hidup. Mengapa takdir yang digariskan untuk Rossie Olena terlampau pahit? Bahkan seolah enggan membiarkan Rossie mencicipi setitik kebahagiaan saja.

Pertanyaan besar lantas muncul di benak Rossie. Untuk apa ia diciptakan di dunia? Apa hanya untuk menyerap segala hal buruk dan menjadi penonton kisah bahagia manusia lain?

Ia sudah lelah untuk bertahan. Lagipula jika menghilang, tidak akan ada yang sadar. Sejak awal Rossie tidak diharapkan kehadirannya. Sehingga jika pergi tidak akan ada yang kehilangan.

Jika memang nenek Rossie ingin menghilangkan jejak dosa sang putra yang ada pada diri Rossie, maka hal itu akan diwujudkan oleh Rossie sendiri. Sekarang, detik ini juga.

Saat ombak menghantam tubuh dengan sangat keras, sebuah tangan menarik Rossie dan membawanya ke tepian.

Rossie jatuh tersungkur di pasir putih sambil terbatuk-batuk, sebab sempat meminum beberapa teguk air laut.

"Rossie!" Jeffry yang sebelumnya ikut ambruk di samping lalu memeriksa keadaan Rossie. "Kamu nggak apa-apa?"

"Jef," sebut Rossie.

"Syukurlah." Mendengar Rossie menyebutkan namanya, Jeffry lantas memeluk dengan erat. Hampir saja ia terlambat menyelamatkan sang kekasih.

"Jef, aku mau mewujudkan keinginan mereka," ucap Rossie dengan suara yang kelewat lirih.

"Apa maksud kamu?" Jeffry melepaskan pelukannya lalu menangkup wajah Rossie. Napas pria dengan rambut setengah basah itu masih tersengal.

Buliran bening seketika menetes dari sudut mata Rossie. Bibir merah jambu itu bergetar lalu disusul isakan. "Mereka ingin aku hilang, Jef. Maka aku akan hilang."

"Ros, apa yang kamu bicarakan!" Jeffry tidak menyukai kalimat yang baru saja terucap dari bibir Rossie.

"Mereka tidak membutuhkanku, mereka ingin aku hilang dari dunia ini, Jef." Tangis Rossie pecah, hatinya kembali porak-poranda. Sekarang ia tahu jika hal yang paling menyakitkan bukan kehilangan, melainkan tidak diinginkan oleh orang tua sendiri.

"Jangan, jangan bicara seperti itu." Jeffry cepat-cepat memeluk Rossie sambil mengusap puncak kepalanya. Mereka masih terduduk di tepi pantai dengan ombak yang sesekali menyambar pinggiran. "Dengarkan aku." Jeffry melepaskan pelukannya lalu meraup wajah Rossie. "Aku butuh kamu. Banyak yang membutuhkan kamu di dunia ini."

Rossie masih terkulai lemas dengan air mata yang enggan mereda. Matanya yang sayu menatap Jeffry tanpa daya.

"Kamu tahu, hidup Oma Clara dan Dong Wayan terselamatkan setelah bertemu dengan kamu. Anak-anak house of Iris bahagia ada kamu. Lalu Jiana dan Amber, dua sahabat kamu juga bahagia kamu ada." Jeffry berucap tanpa jeda untuk menyelamatkan jiwa Rossie yang enggan bertahan di dunia. "Lalu aku, aku butuh kamu Ros. Aku butuh kamu."

My Boss' Secret Baby (SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA DAN BESTORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang