Seekor kucing hitam muncul, dengan mata hijau yang menyala. Lorong asrama yang sepi tersebut sesekali menggemakan bunyi suara lonceng di kalung kucing tersebut. Grace tersenyum tipis.
"Kau datang untuk menjemputku?" Tangan Grace mengelus lembut kepala kucing yang mengitari kakinya. Grace kemudian mengangkat kucing tersebut dengan kedua tangannya, menatap mata hijau kucingnya dalam-dalam. "Aku tahu, waktuku sudah tak lama lagi. Tapi kumohon, sebentar lagi."
Untuk beberapa saat, mata cokelat Grace menyala sedikit. Kekuatan James dan Lily dari dalam dirinya melemah. Sacrificial protection. Ada pepatah yang mengatakan bahwa kasih ibu pada anaknya adalah kasih tertinggi yang dapat mematahkan sihir manapun, dan Lily membuktikan hal tersebut. Sebelas tahun yang lalu, Lily mengorbankan nyawanya untuk Harry, menggunakan sacrificial protection untuk menangkis serangan sihir Voldemort. Saking kuatnya, fragmen Lily dalam sacrificial protection tersebut tersisa dalam jejak sihir Voldemort.
Lily menjadi salah satu hocrux dari Voldemort itu sendiri. Kehadiran Lily sebagai Grace muncul beriringan dengan kebangkitan Voldemort. Kekuatan Voldemort yang masih tidak stabil membuat Grace muncul dalam bentuk fisik remaja dengan kesadaran kosong.
Namun, seperti segala sesuatu yang ada di dunia, sudah waktunya untuk Grace kembali.
Grace melangkah ke arah luar kastil. Di luar masih malam dan gelap. Sedikit mengerikan memang, tapi entah kenapa semuanya lebih terasa menyedihkan. Grace menatap jendela kastil dalam-dalam.
"Blimey!" Hagrid menggelagar. Tangannya memegang jantungnya yang berdegup kencang, sementara salah satu tangannya memegangi lentera yang dia bawa. "Aku kira ada binatang yang terluka, namun ternyata itu dirimu, Grace."
Grace tersenyum. Di bawah cahaya bulan, Hagrid bersumpah dia samar-samar melihat tubuh Grace yang mulai tembus pandang. Hagrid mengernyitkan matanya, berusaha mencerna apa yang ada di hadapannya. Sepengetahuannya, Grace masih sakit dan dirawat secara langsung oleh Snape. Namun, kalau begitu, siapa yang sedang berdiri di hadapannya?
"Hagrid," panggil Grace lembut, "kau adalah teman terbaik yang pernah ada. Aku harap kau tidak pernah kehilangan kehangatan dalam dirimu."
"Astaga Grace, jangan bilang seperti itu," Hagrid tergopoh-gopoh, berusaha menghampiri Grace. "Sini, biar aku mengantarmu ke Prof' Snape. Kau masih harus beristirahat kau tahu? Kau terlihat—"
Sejenak Hagrid terdiam, bingung antara harus melanjutkan kata-katanya atau tidak. Terlihat tidak nyata? Seperti hantu? Dan ketakutan Hagrid terbukti ketika dia berusaha untuk menggenggam tangan Grace. Dingin.
"Tolong jaga Harry. Dan Severus." Bisik Grace, sebelum seluruh tubuhnya menghilang ke kegelapan. Di malam yang dingin tersebut, Grace menghilang begitu saja, sebagaimana dia pertama kali muncul ke dunia ini.
...
"Apa katamu, Albus?!" Snape menggeram, kepalan tangannya menguat. "Kau bilang, anak bocah itu hilang begitu saja? Dan kau memutuskan untuk diam saja?!"
"Severus, sahabatku, kau dan aku tahu jelas kalau ini di luar dari kuasa kita berdua." Jawab Albus dengan sendu. "Kalau saja diriku punya kuasa..."
Snape membanting seluruh tumpukan perkamen yang tergeletak di meja Dumbledore, membuatnya berserakkan di lantai. Dumbledore hanya terdiam, sama sekali tidak tertegun. Snape menatap Dumbledore dengan dalam. Dia bingung ke mana dia harus menumpahkan segala kemarahannya. Di satu sisi, Snape merasa bersalah karena dia membiarkan Grace untuk pergi dari supervisinya begitu saja. Selama ini gadis mungil itu selalu menemukan caranya sendiri untuk kembali, namun sepertinya tidak untuk saat ini.
Selama belasan tahun Snape mengabdi ke Dumbledore, ini pertama kalinya Snape kehilangan kendali atas emosinya sendiri. Snape bahkan tidak tahu apa yang dia inginkan. Kenapa kehadiran bocah itu, Grace, membuatnya merasa kesal dan bersalah? Yang membingungkannya lagi adalah, kenapa ketidakhadiran bocah itu membuat dadanya merasa sesak?
![](https://img.wattpad.com/cover/93018123-288-k643761.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Always.
FanfictionMungkin, bagi Severus Snape, kepergian Lily dari dunia ini sama rasanya dengan kepergian nyawanya sendiri. Kosong. Hampa. Yang tertinggal dari dirinya sekarang hanya tipikal profesor yang dibenci oleh semua orang, kecuali satu, Grace Potter. Ya, tak...