"James?"
Bahkan Grace sendiri tak tahu dari mana nama itu berasal. Nama itu langsung keluar begitu saja dari mulutnya.
Harry menatapnya, kaget. "James? Maksumu, James Potter, ayahku?"
Ayahnya? Pap'? Ah, iya. Bukankah James Potter adalah ayahnya dan Harry?
Tapi Grace merasa kalau dia tak memanggilnya karena alasan sesimpel itu. Sesuatu pasti ada yang salah. Dia sendiri bahkan tak tahu bagaimana wajah James dan dia langsung menyebut nama ayahnya sendiri ketika melihat Harry?
Ada sesuatu yang salah.
"Ah, ya," Grace mengangguk dengan canggungnya, tak mau meningkatkan kecurigaan Harry. Lagipula, mereka seharusnya tidak terlihat berhubungan darah. "Aku Grace. Grace—"
Dia berhenti sejenak dan kembali menatap mata hijau Harry. Terlihat sangat, sangat familiar baginya. Tatapannya masih tak bisa lepas dari mata hijau emerald Harry. "Evans. Grace Evans."
"Harry Potter," senyum anak itu sambil menyalami tangan Grace. Dia memiringkan kepalanya sedikit. Rupanya, bukan hanya Grace sendiri yang mengalami perasaan déjà vu. "Ka-Kau terlihat sangat familiar bagiku, Grace. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
Aku juga, jawab Grace dalam hati tapi memutuskan untuk menjawab kebalikannya. Lagipula, tak ada seorangpun yang boleh tahu hubungan apapun di antara mereka. "Ah, aku rasa tidak," senyumnya kecut. "Senang bertemu denganmu,"
Dan Grace menyadari bahwa tepat di belakangnya, duduk anak berambut merah dengan bintik-bintik di wajahnya, menyembulkan kepalanya. Pipinya penuh dengan makanan yang masih belum dikunyah. "Weasley. Ron Weasley," ucapnya dan Grace membalas salaman tangannya.
"Adik dari George dan Fred, 'kan?" tebak Grace ketika melihat kemiripan yang sangat terlihat di antara mereka, membuat Ron cemberut.
"Jangan samakan aku dengan pembuat onar itu," Ron menggerutu. "Aku yakin aku tak akan bermasalah seperti mereka."
Grace tertawa sebelum dia menyadari anak yang terlihat malu-malu dan mengajaknya berkenalan. Wajahnya terlihat polos dengan mata yang besar.
"Neville—Neville Longbottom," dia sedikit terkejut ketika Grace memberikan, membuat Grace terkekeh.
Pestanya berlangsung cukup meriah dan mereka diperbolehkan untuk menyantap makanan ketika Profesor Dumbledore sudah menyelesaikan pidato singkatnya di depan umum.
Makanan yang dihidangkan di Hogwarts memang selalu enak, tapi kali ini, makanannya entah kenapa terasa lebih spesial.
"Hermione Granger." ucap anak perempuan yang berambut ikal panjang itu dengan nada yang terdengar intelektual. Grace tengah mengunyah makanannya dan dia langsung menelannya dengan cepat.
"Grace Evans," senyumnya, hampir tersedak.
Gadis itu memberi Grace sebuah anggukan kecil lalu mereka melanjutkan kegiatan mereka masing-masing. Hermione dengan Percy, anggota keluarga Weasley yang lain, yang kali ini adalah murid teladan, membahas tentang materi pelajaran yang akan datang dan Grace memutuskan untuk melahap kembali makanannya.
Semua itu membuatnya lupa akan Snape, walaupun hanya berlangsung sebentar.
"Aw!" seru Harry yang membuat perhatian Grace dan Percy teralih padanya.
"Ada apa, Harry?" tanya Percy khawatir dan Harry menggelengkan kepalanya. Pandangannya tetap menuju ke arah Snape.
"Siapa yang duduk disamping Profesor Quirell?" Harry tiba-tiba bertanya dan membuat mereka berdua melirik ke arah para profesor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always.
FanfictionMungkin, bagi Severus Snape, kepergian Lily dari dunia ini sama rasanya dengan kepergian nyawanya sendiri. Kosong. Hampa. Yang tertinggal dari dirinya sekarang hanya tipikal profesor yang dibenci oleh semua orang, kecuali satu, Grace Potter. Ya, tak...