"Hagrid, tolong." Madam Pomfrey mengisyaratkan pria bertubuh besar itu untuk menempatkan Grace ke salah satu kasur disana. "Dan, kalau bisa, aku harap kau melakukannya dengan sangat pelan. Kau bisa membangunkan semua pasien disini, kau tahu Hagrid?"
Hagrid mengangguk dan berhasil menempatkan Grace di kasurnya tanpa membuat suara apapun. Pandangannya masih tak lepas dari Grace.
Dia benar-benar khawatir.
"Hagrid, tinggalkan kami sekarang," ucap Madam Pomfrey sambil mencari-cari sesuatu di ruangannya itu. "Aku ingin mengganti bajunya sebelum aku membiarkannya tidur."
Hagrid hampir tersedak ludahnya sendiri ketika mendengar perkataan Madam Pomfrey, membuatnya mendapatkan tatapan tajam khas wanita itu.
"Aku rasa tak ada yang lucu, Hagrid."
"Maaf, Madam." gumam Hagrid, dengan canggungnya menepuk-nepuk kakinya. "Aku akan pergi. Sekarang."
Hagrid kemudian melangkah keluar, tapi sebelum dia benar-benar keluar, dia berhenti sebentar, membalikkan badannya. "Madam?" Hagrid kembali membuka mulutnya.
"Ya?" Madam Pomfrey tak bisa menahan senyum keibuannya ketika dia mata Hagrid yang mulai memerah. Hagrid sejenak memainkan tangannya, seakan-akan mempersiapkan dirinya sendiri.
"Pa-Pastikan... kalau dia selamat," Hagrid langsung mengusap air matanya. "Aku tak mau dia mati."
Tatapan Madam Pomfrey melembut. "Semuanya akan baik-baik saja," Madam Pomfrey menepuk punggung Hagrid yang jauh lebih besar dari ukuran tubuhnya itu, "Yang dia butuhkan hanya istirahat yang cukup. Kau bisa memercayakan Grace padaku, Hagrid."
...
Ketika Grace bangun, Madam Pomfrey duduk tepat di hadapannya, menatapnya dengan hangat. "Merasa lebih baik, Sayang?"
Suara lembut Madam Pomfrey membuat Grace setidaknya tersenyum kecil dan mengangguk. Ada sesuatu di dalam suara Madam, yang membuatnya merasa seperti anak yang dimanja ibunya.
"Madam," suara Grace masih serak dan hanya sekedar bisikkan. "Hagrid... dimana dia?"
"Hagrid sudah kembali ke tempatnya," Madam Pomfrey mengusap kepala Grace. "Aku menyuruhnya pergi ketika aku menggantikan pakaian kotormu. Dia benar-benar khawatir padamu, Sayang. Kau beruntung memiliki Hagrid dalam hidupmu."
Madam Pomfrey terdiam sebentar, menatapi Grace dengan tatapan bangga, namun cemas. "Kau benar-benar berani, Evans. Seorang Gryffindor sejati. Harus kuakui, ya, aku bangga dengan aksimu... tapi apa kau perlu membahayakan dirimu sendiri seperti ini? Bahkan Severus yang kukenal sebagai pria yang datar, berekspresi. Blimey! Kau tak tahu betapa mengejutkannya itu!"
"Profesor Snape... dia membenciku, bukankah begitu?" tanya Grace tiba-tiba, membuat Madam Pomfrey tertegun sebelum dia memaksakan tawanya untuk keluar dari mulutnya.
"Oh, sayang. Aku bisa melihat itu. Kalau dia tak begitu menyukaimu."
Hati Grace seakan-akan terpukul. Sesak.
Jawaban Madam Pomfrey sama sekali tak bisa membantunya untuk meredakan sakit di hatinya itu. Bahkan, dari awal, demi Merlin, apa yang membuat Grace menyempatkan dirinya untuk menanyakan hal itu—ketika dia sendiri tahu jelas akan jawaban dari pertanyaannya itu?
Tidak. Snape sekalipun tak pernah menyukai dirinya.
Tak susah untuk menyadari hal sejelas itu dan Grace sadar, kalau selama ini dialah yang menolak untuk menerimanya. Menolak untuk percaya. Tetapi, walaupun begitu, ini terlalu menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always.
FanfictionMungkin, bagi Severus Snape, kepergian Lily dari dunia ini sama rasanya dengan kepergian nyawanya sendiri. Kosong. Hampa. Yang tertinggal dari dirinya sekarang hanya tipikal profesor yang dibenci oleh semua orang, kecuali satu, Grace Potter. Ya, tak...