Ch. 13

1.3K 202 5
                                    


            Tak terduga, Harry menunjukkan dirinya dengan wajah yang ceria di meja makan malam mereka. Profesor McGonagal ternyata tak mengusirnya pergi atau memberinya detensi, malah ia menjadikan Harry sebagai Seeker—salah satu posisi terpenting di Quidditch—setelah melihat kemampuan absurdnya itu dan memujinya kalau dia seperti ayahnya, James, yang dulunya juga terkenal sebagai pemain Quidditch yang handal. Nampaknya bakat itu diturunkan pada anaknya, Harry.

Entah kenapa, mata Harry terlihat bersinar setiap kali dia mengungkit ayahnya itu.

Lalu Profesor McGonagal memperkenalkannya dengan Wood, kapten Quidditch untuk kedua kalinya dan mereka tak bisa lebih bahagia lagi, tahu kalau Harry tak jadi untuk dikeluarkan.

Semuanya terasa menyendangkan, sebelum Malfoy dengan kedua teman menyebalkannya itu menghampiri Harry. Malfoy masih tersenyum angkuh, dan itu benar-benar membuat Grace ingin memukulnya tepat di wajahnya.

"Malam ini. Wizard's duel—pertarungan antar penyihir. Bagaimana? Takut Potter?"

Harry setidaknya belajar cara tertawa remeh dari Malfoy. "Ha. Seperti aku akan takut dengan orang sepertimu, Malfoy."

Malfoy berdecak dan mengernyitkan sedikit dahinya. "Tengah malam, di ruang piala. Kita lihat siapa yang pengecut dsini."

Sesudah Malfoy pergi Harry langsung berbisik kepada Ron. Persetan! Dia bahkan tak tahu apa itu pertarungan antar penyihir. Yang dia tahu saat itu adalah, dia harus mengalahkan Malfoy, tak peduli apa akibatnya.

"Tenang, Harry." ucap Ron, tapi tak cukup untuk menenangkan dirinya. "Hanya perang menggunakan sihir, tak ada fisik, dan aku akan menjadi orang kedua."

"Orang kedua?"

"Kau tahu, menggantikanmu saat kau mati."

Grace bahkan bingung kenapa Ron bisa melahap kue pai dengan santainya saat mengatakan hal tersebut.

"Tapi tenang," tembah Ron lagi. "Kalian berdua saja bahkan tak tahu sihir cukup banyak untuk menyakiti satu sama lain. Aku yakin semua ucapan Malfoy hanya omong kosong belaka,"

"Bagaimana kalau aku menggunakan tongkat sihirku dan tak terjadi apa-apa. Maksudku, sama sekali tak terjadi apa-apa?" Harry bertanya lagi.

"Maka pukul hidungnya. Simpel."

Grace menganggukan kepalanya, bersemangat untuk melihat Malfoy yang dipukuli oleh Harry. Kali ini, baru Grace mengerti kenapa Ron bisa mengatakan hal itu dengan santainya.

"Permisi," sela Hermione di tengah-tengah pembicaraan mereka dan Ron langsung merasa jengkel. "Aku tak bisa tak mendengar pembicaraan di antara kalian, kau dan Malfoy."

"Aku rasa kau bisa." desis Ron, yang diabaikan oleh Hermione sendiri. "Kau tak boleh pergi tengah malam. Kalau kau ketahuan, kau bisa mengurangi poin kita—Gryffindor!" seru Hermione. "Itu sangat egois!"

Tapi mereka berdua, Harry dan Ron sama sekali tak memedulikan Hermione dan Grace mulai merasa tak enak dengan Hermione.

Walaupun dia terkadang menyebalkan, mengingat segala peraturan di Hogwarts, tapi Hermione sejujurnya cukup menyenangkan untuk diajak bicara. Hanya saja dia terlalu kaku terhadap peraturan. Hanya saja.

Lagipula, bukankah itu artinya kalau dia peduli dengan Harry dan Ron?

"Ron, Harry," Grace berhati-hati akan nadanya sendiri. "Kau tahu, Hermione benar. Setelah dipikir-pikir, bukankah itu gawat kalau kalian berdua tertangkap basah? Aku tak peduli dengan poin Gryffindor, asal kau tahu. Tapi kalian berdua yakin akan konsekuensinya?"

Always.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang