Setelah hari di mana mereka pergi ke markas Alphareus, Dino dan juga Enita kembali bertemu. Dendra yang melihat Enita berpenampilan rapih itupun menanyakannya.
"Nit, lu mau ke mana? Kayaknya akhir-akhir ini lu selalu pergi, gue bukannya ngelarang lu atau apa. Gue ... gue cuman merasa lu kayak ngejaga jarak dari gue sama Shienna," ungkap Dendra dengan tertunduk seraya menggenggam tangan Enita. Enita sekejap terdiam dan melepaskan genggaman tangan itu dengan satu tangannya. Dirinya memalingkan mukanya dari Dendra. Dirinya berkata, "Lu gak perlu khawatir sama gue lagi. Satu hal yang harus lu tau, gue sama Dino udah pacaran, jangan ganggu kehidupan gue lagi, please gue gak butuh perhatian lu itu!"
"Lu kenapa berubah gini, Nit? Gue ngerasa semenjak lu kenal dan dekat sama Dino lu jadi kayak gini?" Dendra yang terus-menerus mendesak Enita untuk menjawab segala pertanyaannya itupun membuat dirinya muak. Tanpa Enita sadar dirinya meninggikan nada suaranya, katanya, "Udah berapa kali gue bilang, gue gak butuh sama sekali lu, dari dulu juga lo itu gak pernah ada buat gue! Gue bego, gue bego kenapa dulu gue bisa suka sama orang kayak lo, dan nyianyian orang baik kayak Devan. Asal lo tau Devan lebih baik dibanding lo, Dino lebih baik dari lo! Kenapa hati gue tetap ngerasa sakit setiap kali gue liat lo sama orang lain!"
Dendra mencoba menenangkannya dengan memegang tangannya Enita namun, pegangan itu ditepis olehnya. Enita menjaga jarak satu langkah dari Dendra dan lalu berkata, "Bahkan orang itu bukan orang lain! Dia saudara gue sendiri! Apa lo pernah ngertiin gimana perasaan gue saat itu, Den!? Enggak, kan?" Enita berjalan kembali meninggalkan Dendra dengan mendorong pundak Dendra untuk membuatnya menepi. "Gue gak butuh orang kayak lo!" lanjutnya.
Dendra mengerti kali ini mengapa Enita seperti ini padanya, ternyata selama ini perasaan mereka sama yaitu saling mencintai. Namun, dari mereka berdua tak ada yang dapat mengungkapkan karena terhalang kesalahpahaman terhadap saudara sendiri. Selama ini Dendra mengira Enita menyukai Devan oleh karena itu dia memendam semua rasa sukanya. Tetapi ternyata salah, selama ini Enita malah menilai dirinya yang suka terhadap adiknya sendiri yaitu Shienna.
"Nit, maafin gue, seharusnya gue tahu perasaan lu saat itu."
*****
Enita yang pergi naik motor bersama Dino itupun diajak pergi ke sebuah taman dengan dipenuhinya rerumputan hijau dan pohon-pohon yang membuat tempat itu merasa sejuk untuk dinikmati udaranya.
"Nit, lo kenapa? Lagi badmood? " tanya Dino yang melihat raut wajah cemberut Enita yang terlihat kesal.
"Ah, enggak! Aku, aku gak apa-apa, kok!" jawab Enita.
"Bohong! Lo udah berani bohong sama gue?" Tatapan Dino tajam menuju arah Enita, membuat Enita tertunduk takut akan tatapan itu. Setelah beberapa saat Dino sadar akan perlakuannya dan segera duduk di sebelah Enita. Dengan menyederkan kepala Enita ke dadanya yang bidang itu seraya berkata, "Maaf. Gue gak bermaksud buat takutin lo."
"Hmm ... aku tahu!"
"Yaudah kita beli makanan aja, yu!" ajak Dino dengan menggenggam tangan milik Enita itu.
Disaat sedang mengantri makanan, telepon genggam milik Dino yang sedang dipegang oleh Enita itupun berbunyi tanda adanya pesan masuk.
Enita yang penasaran akan hal itu mencoba membuka hp milik Dino itu. Namun, sayangnya layarnya dikunci menggunakan sandi membuat Enita tidak dapat membukanya.
Setelah beberapa menit Dino datang dengan makanan crepes yang tadi di belinya. Dino memberikan makanan itu pada Enita. Enita yang sejenak diam, memberanikan dirinya untuk menanyakan sandi hp-Nya itu dan memberitahukan bahwa ada pesan masuk.
"No, aku mau tanya boleh, gak?"
"Tanya apaan?"
"Password hp kamu apa?" tanya Enita dengan rasa takut di dalam lubuk hatinya.
"Buat apa?"
"Eh, itu ... aku. Aku, kan pacar kamu sekarang emangnya gak boleh?"
"Emang harus?"
"Enggak juga si, tapi kalau kamu gak mau kasih juga gak apa-apa! Aku gak maksa, kok!" ungkap Enita dengan tertunduk. Tiba-tiba Dino memberikan hp-Nya kepada Enita dengan mengatakan sandi untuk membukanya.
"Sandinya 160308!" Enita melihat wajah Dino sekejap lalu mengambil hp tersebut dan membukanya ternyata benar bisa dibuka. Enita merasa senang akan hal itu. Namun, tanpa sadar Enita menanyakan asal sandi hp-Nya itu.
"Horee bisa! Oh, ya, No! Ini sandinya tanggal lahir kamu atau gimana?" tanya Enita dengan senyuman mengarah ke Dino.
"Lu gak perlu tahu! Yaudah siniin hp-Nya!" Dengan merampas hp miliknya itupun membuat Enita terdiam kembali.
"No, aku mau nanya satu hal dong ke kamu, boleh, gak?" Dino terdiam menatap anak itu dengan tatapan yang sama seperti awal.
"Bawel nanya mulu! Yaudah mau tanya apaan?"
"Hehe, emm ... aku mau tanya soal Alana, katanya kamu pernah dekat sama perempuan yang namanya Alana, ya?"
"Kenapa lu tahu dia?"
"Emm ... aku tahu dari teman-teman kamu!" jawab Enita dengan perasaan campur aduk di dalam hatinya.
"Gak ada yang perlu gue ceritain! Berhenti bahas orang yang udah mati!" cetus Dino dengan nada sedikit membentak.
"Aku minta maaf, tapi aku penasaran!" Enita yang kekeh akan rasa penasarannya itupun mengatakan satu hal lagi pada Dino. "Aku penasaran sama hubungan kamu sama dia! Katanya dia berharga buat kamu, bahkan sampai sekarang? Kamu gak mau cerita tentang dia ke aku, atau emang ada hal yang gak bisa kamu ceritain, No! Dan ... satu hal teman kamu chat kamu untuk pergi ke markas buat pergi bersama ke pemakaman Alana!"
Tiba-tiba Dino melemparkan botol minum yang dipegangnya dari tadi ke arah Enita membuat Enita sedikit takut dan juga terkejut.
"Udah?"
Enita hanya dapat terdiam membisu tanpa membalas satu katapun dari Dino karena dirinya yang takut akan sikap kali ini Dino padanya.
"Stop! Gue bilang stop, ya stop! Lo itu orang baru, gak ada urusannya sama orang lama! Lo juga gak berhak tahu soal dia! Ngerti?!" bentak Dino dengan seraya menunjuk-nunjuk Enita. Enita sempat ingin menangis akan perlakuan Dino hari ini padanya. Dia merasa kenapa Dino tidak pernah menunjukkan sikapnya yang ini saat mereka masih dekat, atau memang ini cuman hanya dirinya yang membuat Dino hari itu merasa kesal saja.
"Aku minta maaf, No! Aku minta maaf!"
"Arghhh! Gue udah malas, kita balik pulang aja!" ajak Dino dengan mengacak-acak rambutnya kesal. Enita hanya dapat terdiam dan menganggukkan kepalanya mengiyakan perkataan Dino padanya.
Sepanjang perjalanan di motor mereka saling diam satu sama lain. Setelah sampai di depan rumah Enita, Dino kembali ke semula yaitu menjadi cowok lembut.
"Maaf, gue udah bentak lu tadi," ucap Dino seraya mengelus lembut rambut Enita.
"Emm ... aku ngerti, aku juga minta maaf!"
"Yaudah sana masuk!"
"Iya, kamu hati-hati, ya di jalannya!" Dino hanya memberikan simbol jempol pada anak itu dan pergi meninggalkannya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
VAGAMSYAH (HIATUS)
Roman pour AdolescentsSingkat saja, kisah ini menceritakan tentang ikatan antara persahabatan, keluarga, ataupun perasaan. Kisah yang menceritakan kilas balik Dendra dan Devan sang kakak panutannya. #part akan direvisi setelah bab selesai. ♡30 September 2023♡