30 - TRAUMA YANG BALIK

116 60 49
                                    

Setelah insiden di dalam pertandingan itu Dino mencoba menenangkan dirinya di dalam kamarnya. Lagi-lagi dirinya mengingat semua kejadian yang terjadi pada abangnya itu.

"Bang Devan ... kenapa kejadian itu terjadi lagi?" monolognya seraya menonjok tembok dengan tangannya.

Seno yang mengerti akan perasaan temannya itupun mencoba untuk tidak mengganggunya terlebih dahulu dan membiarkan anak itu di dalam kamarnya.

Disisi lain mereka yang berada di rumah sakit itupun masih terjaga hingga operasi yang dilakukan dokter terhadap Rey selesai dilakukan.

Sekitaran 2 jam melakukan operasi kini dokter tersebut keluar dari ruangan itu dan memberitahukan kepada keluarga korban bahwa operasinya telah berjalan dengan lancar.

"Saya sudah melakukan operasi sebaik mungkin, tapi ...." Seluruh mata menatap satu sama lain menyiratkan kekhawatiran kepada sosok yang tengah berada di dalam ruang rawat.

"Gimana, Dok? Gimana dengan anak saya?" tanya ibu Rey.

"Kemungkinan anak ibu akan mengalami amnesia karena benturan keras yang diterimanya. Tapi, seiiring jalannya waktu pasti ingatannya akan kembali," jelas Dokter tersebut kepada mereka semua. Sebagian rasa khawatir mereda namun sebagian lagi mereka merasa sedih apa ini jalannya? Bagaimana jika Rey melupakan mereka semua? Itulah yang kini dipikirkan mereka saat ini. Begitu juga perempuan yang kini tengah berdiri menahan rasa sakit mendengarkan berita itu yap, itu Aika.

"Rey...."

Setelah beberapa menitan mereka berada diluar Ibu Rey meminta teman-temannya untuk pergi pulang saja karena hari juga sudah mulai gelap.

"Kalian pulang saja, terima kasih banyak sudah mengantarkan Rey ke rumah sakit. Ibu akan menjaganya!" pinta sang ibu kepada teman-teman Rey.

"Gak apa-apa, Bu. Saya akan diam di sini!" ucap Dendra. Enita yang mendengarkan perkataannya Dendra, segera membantahnya.

"Jangan, Den! Kita harus pulang! Om sama tante pasti khawatir kalau lu gak pulang!" ucap Enita pada Dendra.

"Lo pulang aja! Orang tua lo juga pasti bakalan ngomel kalau lo gak balik," balas Dendra. Lagi-lagi Enita membantahnya dengan tatapan tajam mengarah ke arah Dendra dan perasaan menahan tangis.

"Gak mau! Mereka juga gak akan peduli sama gue! Mau gue mati sekalipun gak akan buat mereka peduli sedikitpun sama gue!" bentak Enita. Dendra yang mendengar perkataan anak itu kini hatinya menjadi luluh dan mengelus lembut rambut anak itu dan tersenyum tipis kearahnya."Oke, ayo kita pulang!" ajak Dendra. Enita yang melihat sikap Dendra itupun menjadi senang dan membalas senyuman itu.

Teman-temannya yang melihat suasana itupun menjadi ikut tenang dan mereka semua memutuskan untuk pulang.

"Yaudah, Tan. Kita izin pulang, ya!" pamit Jefran pada ibu Rey.

"Iya, hati-hati!" balas ibu Rey.

"Lo masih mau di sini, Ka?" tanya Siska yang melihat kondisi Aika yang jelas sekali dirinya masih khawatir dengan kondisi Rey. Ibu Rey yang melihat Aika seperti itupun berdiri di depan anak itu seraya memegang kedua pundak anak itu membuat dirinya mendongakan kepalanya untuk melihat wajah ibu itu.

"Kamu pulang aja. Kamu besok ke sini lagi juga boleh! Kami bakalan senang kalau Nak Aika datang apalagi Rey! Kamu juga harus menjaga kesehatan kamu. Rey pasti sedih kalau lihat kamu kayak gini," jelas ibu Rey dengan senyuman yang menyertainya.

"Baiklah, saya titip Rey," pinta Aika pada ibu Rey.

"Tentu saja! Rey, kan anak ibu, hehe!" jawab ibunda Rey seraya mengeluarkan tawa kecil membuat rasa khawatir di diri Aika sedikit mereda. Akhirnya mereka semua pergi untuk pulang bersama.

VAGAMSYAH (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang