16 - BERUBAH

149 112 148
                                    

Setelah beberapa hari liburan sekolah, akhirnya tahun pelajaran baru pun dimulai. Enita, Dendra dan Shienna juga pergi ke sekolah mereka masing-masing. Kini Enita dan Dendra kembali berada di sekolah yang sama yaitu SMA Pradita Dirgantara yang posisi sekolahnya tidak jauh dari arah rumah mereka sedangkan Shienna masih berada di sekolah SMP-Nya menyelesaikan tahun pelajaran terakhirnya.

Sedangkan Aldino berada di sekolahan berbada yaitu Rajawali. Sekolahan Rajawali dikenal sebagai lawan atau rival tanding dalam bentuk apapun itu bagi sekolahan Pradita. Maka dari itu Enita dan juga Dino berhati-hati dalam hal pertemuan. Dino yang masih berpacaran dengan Enita, membuatnya terasa terancam jika anak-anak berandal dari sekolahan Rajawali melihat mereka berduaan. Lagi pula selama beberapa bulan ini hubungan mereka juga sudah tidak baik-baik saja.

Enita sering kali dijadikan samsak kekesalan Dino saat dirinya kalah taruhan balapan. Dendra yang melihat Enita selalu mendapatkan luka memar membuatnya bertanya-tanya siapa yang melakukan hal itu. Apalagi kini Enita memutuskan hubungan dengan Dendra dan kini mereka tidak ada komunikasi sedikit pun.

Orang tua dari Enita sendiri juga tidak perduli jika anaknya itu mendapatkan luka-luka itu. Enita merasa dirinya tak berdaya lagi. Dirinya hanya bisa pasrah dengan keadaan yang sekarang.

Namun, sekilas juga Enita sering kali merindukan Dendra, merindukan kenangan saat mereka masih bersama. Dirinya menangis tiap kali melihat Dendra di balik jendela kamarnya. Seakan terbayang bahwa di sana terdapat sosok Devan dan juga Dendra yang tengah bercanda.

Tiada yang tahu satu pun Enita menangis menanggung semua beban yang ada. Dirinya juga tidak mengerti mengapa Aldino yang dulunya seakan ingin memperjuangkannya dan lembut padanya kini berubah seakan mereka dua orang yang berbeda. Bersikap kasar lalu menyesali perbuatannya dan terus berulang-ulang saja seperti yang dirinya pernah dengar saat Dino masih berpacaran dengan mendiang Alana.

Bahkan tiap kali Enita sudah dijadikan samsak kekesalan Dino. Enita sering kali melontarkan kata putus kepadanya namun, Dino menolak hal itu dan berkata dirinya itu menyayanginya dan mencintainya.

"Lo itu cuman cewek yang gue jadiin sebagai rasa balas dendam gue! Karena lo, dan karena keluarga itu Devan jadi menderita!" bentak Dino kepada Enita.

Enita terus menerus ditendang, dipukul serta hampir sekali dirinya dicekik beberapa kali olehnya. Enita merasa kalau dirinya tidak akan ada lagi yang bisa membantunya. Dendra? Dendra pun sudah membencinya, karena perkataannya.

"Apa salah aku, Van? Kenapa aku yang harus mengalami ini semua, Van? Aku capek, Van!" Tangisan Enita didalam guyuran hujan dengan wajah tak tahu harus berbuat apa.

Di balik Jendela kamarnya pun Enita sering kali melihat Dendra dipukuli dan diomeli habis-habisan oleh kedua orang tuanya karena ketahuan bermain basket.

Den, ternyata lu masih mau ngejar impian abang lo itu, ya? dalam hati Enita bertanya-tanya dengan air mata yang mengalir dipipinya.

Van, hilangnya lo, perginya lo dari kita semua membuat hubungan kita rusak, Van. Gue, Dendra malah jadi asing seperti ini. Bahkan Dino yang gue pikir baik ternyata dirinya cuman mau jadiin gue sebagai bahan balas dendamnya. Dan hubungan gue sama Shienna pun semakin menjauh karena ayah dan ibu semakin memperlihatkan kepeduliannya didepan gue dan membedakan semua aktivitas gue dengan Shienna, membuat gue semakin memandangnya dengan rasa benci. Dendra juga malah lebih takut jika Shienna terluka karena jika Shienna terluka gue selalu menerima hukuman.

Perasaan keluh kesah yang di keluarkan dalam hati seolah memberitahu Devan yang sudah berada di sana. Membuatnya menangis sejadi-jadinya.

"Van, aku mau kamu balik, Van ...!"

*****

Saat hari di mana sekolah sedang malakukan pembagian klub. Dendra yang merencanakan untuk masuk klub Basket pun berulang kali dicegah oleh Enita.

"Den, gue minta sama lu jangan masuk klub basket!" pinta Enita padanya.

"Gue mau masuk atau enggak juga gak ada urusannya sama lo!" kesal Dendra.

Bahkan Enita sudah sering kali mengacaukan rencananya untuk masuk klub basket.

Setelah hari di mana Dendra mencoba untuk menghindari setiap kali berbicara dengan Enita. Akhirnya Enita mencoba menguatkan dirinya sekali lagi untuk menegor Dendra yang ingin keluar dari kelas itu untuk pulang karena jam pelajaran sudah selesai.

"Den, lu dah milih klub?" tanya Enita kepada Dendra.

"Udahlah, emang kenapa?"

Dengan wajah yang penuh kecurigaan terhadap Dendra dia bilang kepadanya,"Lu gak milih klub basket, 'kan?"

"Basket. Kenapa emang?"

"Lu itukan dilarang sama orang tua lu buat main basket lagi!" sontak Enita meninggikan suaranya kepada Dendra

"Urusannya sama lu apa?! Dahlah berisik! Yang nentuin hidup itu gue bukan mereka!" cetus Dendra.

"Tapikan-" Dendra pun kembali menghindar dari Enita dan menarik Rey keluar menjauh dari Enita. (Rey adalah teman sekelas Dendra dan Enita yang muncul di cerita RAIKA!! Love Story at School).

"Lu kenapa dah sama si Enita?" tanya Rey.

"Udah gue bilang. Dia mah ngurusin hidup gue mulu, jadi gue males sama dia!"

"Tapikan gak gitu jugalah, Bro."

"Udahlah Rey, lu gak tau apa-apa."
"Yaudah gue balik duluan, ya," pamit Dendra.

"Yaudah hati-hati."

Rey bingung dengan sikap mereka berdua kenapa mereka gak begitu akrab. Padahal ada yang bilang kalau mereka berdua itu teman sejak kecil.

"Aneh, bukannya mereka teman kecil, ya?" gumam Rey.
"Audah bodo amat!" Rey segera pulang ke rumah dan melihat sekeliling untuk memastikan bahwa si cewek OSIS itu juga sudah pulang ke rumahnya. (Cewek OSIS yang di maksud adalah Aika).

*****

Setelah percakapan itu Enita sepanjang jalan khawatir jika kedua orang tuanya mengetahui Dendra masuk klub basket.

Di sepanjang jalan ternyata di depannya Enita itu adalah Dendra. Yap, mereka pulang bersama namun, disepanjang jalan itu juga mereka sama sekali tidak berkomunikasi.

Sampai tapat di depan rumah mereka masing-masing. Arah rumah mereka yang berhadapan membuat Enita berbalik melihat Dendra yang memastikannya bahwa dirinya tidak akan dimarahi oleh sang ibu. Namun, kecemasan itu reda seketika saat Dendra melontarkan beberapa kata. Yang katanya,"Lo gak usah khawatir sama gue, apapun masalah gue, gue bakal selesaikan ini sendiri! Gue cuman mau bilang sama lo, seharusnya gue gak ngomong gini sama lo ..., tapi, perasaan gue gak tenang saat lo pergi sama Dino jadi ... jauhin Dino mulai sekarang dan kalau emang lo ada masalah dengan hubungan lo, gue siap jadi pendengar buat lo!"

Enita tersenyum dan menangis tanpa suara mendengarkan ucapan Dendra yang selama ini tidak pernah lagi didengar olehnya. Dirinya merasa terharu karena selama ini juga Dendra masih memikirkan keadaannya.

"Emm ... terima kasih!" Hanya kata itu yang dapat diucapkan oleh Enita saat itu. Enita dan juga Dendra pun masuk ke dalam rumah mereka masing-masing.

VAGAMSYAH (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang