04 - FLASHBACK PART 4

135 101 136
                                    

Devan yang melihat kedatangan Dendra dan Shienna itupun menyambut mereka dengan senyuman. Begitu juga Enita yang melihat Dendra kini segera tersenyum kearahnya.

"Gue kira lu bakal lupa sama gue, Den!" celetuk Enita.

"Gimana gue bisa lupa sama lu! Sedangkan lu selalu ada di dalam pikiran gue!" gerutu Dendra dalam hatinya.

"Ada apa, Den?" tanya Devan.

"Ah enggak!"
"Yaudah kalau udah balik itu coba sarapan dulu jangan maksain diri! Sok kuat banget si lo!" oceh Dendra pada Enita.

"Berisik lo! Tahu apa lo tentang gue!?"

"Tahu! Gue tahu semuanya! Makanya lo kalau ada apa-apa bilang! Jangan maksain diri lu kayak gini, ngerti?!" balas Dendra.

"Ya, ngerti! Gitu aja emosi! Dasar emosional!" ledek Enita. Dendra pun mencubit pipi milik Enita membuat dirinya mengaduh kesakitan. "Lu itu kalau dibilang bener-bener, ya! Malah ngeledek orang lagi!" katanya Dendra.

"Duh! Yaudah si!"

Devan yang melihat mereka berdua hanya bisa tersenyum dan ikut tertawa melihat pasangan satu ini yang apa-apa selalu ribut.

"Yaudah, Nit! Lu siap-siap aja dibantu sama Dendra sama Shienna biar gue yang urus surat-surat pulangnya!" katanya Devan.

"Bang! Aku ikut Bang Devan aja! Aku juga sekalian mau beli minuman di luar!" ucap Shienna.

"Oke ayo! Den, lu bantu Nita beberes tasnya!" pinta Devan pada Dendra adiknya.

"Oke siap bos!"

Devan dan juga Shienna keluar dari ruangan rawat Enita dan di luar sana Shienna berjalan setara dengan Devan. Devan yang membuka percakapan mereka duluan membuat Shienna harus sedikit mendongakan wajahnya untuk melihat lawan bicaranya itu.

"Na, aku tahu gimana perasaan Nita di sana! Tapi, kamu bisa jagaian dia, kan?" tanya Devan.

Selalu aja Kak Nita yang diomongin!, dalam hati Shienna. Shienna pun hanya bisa menunjukkan senyumannya dan tertunduk. Dirinya berhenti dengan beralasan kalau dirinya ingin membeli minuman.

"Tempat minumannya udah ada di sana aku pergi ke sana dulu, ya,  Bang!" ujar Shienna seraya menunujuk ke arah mesin minuman.

"Yaudah! Kalau udah kamu duluan aja ke ruangan Enita pasti dia juga nungguin kamu!" balas Devan dengan senyuman menuju arah Shienna. Shienna membalas senyuman itu dengan senyuman manis balik darinya dan berkata,"Ya, aku ke sana, kok kalau udah selesai, tenang aja!" katanya Shienna.

"Anak pintar! Yaudah gue duluan!" Shienna hanya mengangguk mengiyakan perkataan Devan.

Dirinya berjalan menuju mesin minuman dan membelinya. Dia terduduk di bangku dekat sana seraya meminum minuman yang tadi dibelinya. Seketika dia kembali meneteskan air matanya sesaat ketika mengingat kembali setiap kali berjalan dengan Devan selalu saja Enita kakaknyalah yang dibicarakan.

"Kenapa harus Kak Nita yang Bang Devan suka, sih ...!" Dendra yang keluar untuk membeli minuman juga melihat Shienna yang tengah terduduk menutup tangannya. Tiba-tiba Dendra mendekatkan dirinya ke arah Shienna. Saat perempuan itu membuka matanya pun terdapat Dendra yang berada di depannya.

"Dendra?"

"Kenapa lu di sini? Gue kira lu ikut Devan?" tanya Dendra. Dendra pun berjongkok untuk menyetarakan tingginya dengan perempuan yang tengah terduduk di depannya itu.

"Bang Devan ...."

"Enita? Pasti dia ngomong pasal Enita?" tebak Dendra.

Shienna terdiam mendengar tebakan Dendra itu yang memang benar adanya.

VAGAMSYAH (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang