18 - APA SALAHKU? PART 2

139 108 116
                                    

Setelah mengurus semua keperluan Shienna, Dendra pergi meninggalkan anak itu untuk mencari keberadaan Enita yang tak kunjung pulang selepas disuruh ibunya menjemput adiknya itu. Dirinya cemas akan keadaannya yang sekarang, entah apa yang Enita rasakan saat berada dijalan sekarang ini. Itulah yang dipikirkan oleh Dendra saat ini. Perasaannya kacau balau memikirkan semua itu.

"Enita lo di mana??"

Dendra mencari sekeliling menggunakan payung karena di luar juga masih dalam keadaan hujan deras. Sekilas dari jauh di sekitar taman terdapat tubuh seorang perempuan yang terkapar di jalanan dengan wajah tertutupi rambut. Dendra segera menganali siapa pemilik tubuh itu. Dia adalah wanita yang saat ini sedang dicarinya. Dendra segera mengahampirinya dan menggangkat sebagian tubuhnya ke dalam pelukan. Dendra menangis melihat kondisi anak itu saat ini.

"Nit, bangun, Nit! Maafin gue! Gue telat, gue selalu telat disaat lu butuh bantuan gue kayak gini, gue salalu telat disaat lu kesusahan begini! Maafin gue, maafin gue!" Air mata yang terus menetes di pipi anak laki-laki itu jatuh ke bawah mengenai pipi anak perempuan yang kini didekap pelukan olehnya. Anak perempuan itu seketika sadar dari pingsannya dan mengusap sisa-sisa air mata yang menetes dipipi Dendra.

"Den, dingin ...." Dendra segera sadar bahwa anak itu kini telah siuman dari pingsannya. Dirinya tersenyum kearahnya dan mencoba menggendongnya dari belakang.

"Sekarang kita pulang, ya! Gue bakal urus semuanya!" ucap Dendra.

"Gue takut, Den ... gue takut kalau gue pulang gak bawa Shienna ...."

"Shienna udah ada di rumah, jadi lu gak usah khawatir, sekarang yang lebih penting adalah lo. Gue gak mau lu kenapa-kenapa. Maaf!" Enita mengeratkan genggaman tangannya di leher Dendra seraya menaruh kepalanya ke punggung anak laki-laki itu.

"Dendra gak salah, lu selalu ada disaat gue kesulitan. Terima kasih, gue suka sama lo, Den!" Dendra sempat terkejut mendengar perkataan anak itu. "Seandainya gue bisa mengungkapkan semua ini dari dulu kalau gue suka sama lo, gue gak akan menyesali semua kenangan kita, awal pertemuan kita di tempat itu. Gue juga gak akan menyakiti orang-orang yang telah memberikan harapan lebih ke gue. Gue juga gak akan menderita dengan ini semua."

"Gue egois, gue gak mau persahabatan kita hancur, tapi gue juga gak mau kalau lu sampai dimiliki oleh orang lain. Sampai gue harus menggunakan orang lain sebagai sarana gue lupain semuanya. Tapi, ternyata orang itu sama aja, bahkan gue ngerasa dia lebih buruk daripada lo. Maafin gue, Den!" Dendra tersenyum menanggapi perkataan anak itu senyuman dan air mata jatuh dipipinya yang tidak diketahui anak perempuan yang kini digendongnya.

"Den, gue capek ... gue mau tidur boleh?" Dendra menangis tanpa suara mendengar anak itu bertanya seperti itu seolah dirinya ingin pergi saja.

"Hmm ... boleh, tapi janji, setelah bangun lu harus tersenyum di depan gue!"

"Mana bisa gitu ...."

"Bisa dong, karena cuman liat senyuman lu yang buat tenang." Enita kini menutup matanya untuk istirahat di punggung milik anak laki-laki itu. "Gue berharap lo bisa hidup bahagia, Nit! Gue akan buat lo jadi perempuan paling bahagia di dunia ini!" Dendra menengokan kepalanya kearah wajah Enita yang sekilas tertidur dan tersenyum melihat wajah anak itu. "Kayaknya gue curang dan gak gentle banget, ya ... ngomong gini disaat lu gak sadarkan diri, haha!"

Anak itu membawa Enita ke rumah sakit terdekat untuk diperiksa lebih lanjut. Setelah itu dokter keluar menemui Dendra untuk memberitahu kondisi anak itu sekarang.

"Anak itu tidak apa-apa hanya butuh istirahat dan sedikit demam, nanti kalau demamnya sudah turun diperbolehkan pulang," ucap sang dokter.

"Terima kasih, Dok!" balas Dendra.

VAGAMSYAH (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang