Setelah kejadian itu Enita masih mengingat momen di jalanan dengan Dendra, tanpa disadar setelah dia sampai rumahnya dan dirinya kini mendapati bahwa Shienna tengah berada di kamarnya.
"Wah, Shienna!" teriak Enita yang terkejut melihat adiknya yang tertidur di meja belajarnya. Shienna yang mendengar suara sang kakak segera bangun dari tidurnya dan memeluk sang kakak dengan erat seolah dirinya rindu akan sosok itu.
"Kakak!"
"Haha, Na, lo kenapa, dah? Sakit lu? Tiba-tiba meluk gue kayak gitu?" ledek Enita pada adiknya itu. Shienna hanya tersenyum kearah kakaknya itu dan berkata padanya,"Hari ini ayah sama ibu pergi ke luar kota, di rumah cuman ada kita berdua. Jadi ... dari tadi aku, tuh nungguin Kakak pulang! Gimana Kak Dendra menang, kan?" tanya Shienna.
Enita hanya terdiam akan pertanyaan sang adik namun, setelahnya dia tersenyum manis mengarah tepat ke Shienna seraya mengelus lembut rambut anak itu.
"Menang dong! Yakali kalah, hihi!" jawab Enita dengan wajah yang menyeringai.
"Asik! Ayo panggil Kak Dendra kita rayain kemenangannya di sini!" ajak Shienna dengan wajah penuh semangat yang ditunjukkan.
"Tapi ...." Tiba-tiba Enita merasakan sesuatu hal yang berbeda dari penampilan Shienna hari ini. Ya, hari ini Shienna mencoba untuk mengubah gaya rambutnya menjadi seperti sang kakak yang dikepang dua.
"Wah, apaan ini! Lo mau ikutan gaya gue?" goda Enita.
"Hehe, cocok, gak?" tanya Shienna seraya menunjukan rambutnya itu ke Enita.
"Cocok! Cuman ... lo mirip banget sama gue," kata Enita yang mengkomentari Shienna.
"Ya, kan, aku adik, Kak Nita! Ya, miriplah!" gerutu Shienna. Enita yang mendengarnya hanya dapat tertawa saja. Lalu mereka kembali ketopik awal.
"Soal makanan kita buat aja, Kak! Gimana? Ayo, pas, banget ayah sama ibu juga gak ada di rumah, kan?!" ajak Shienna sekali lagi.
Enita yang melihat adiknya yang penuh semangat itu tidak bisa menolaknya dan hanya mengiyakan keinginan sang adik.
"Yaudah iya, ayo!" jawab Enita.
Mereka pergi ke dapur untuk melihat persediaan makanan mereka di dalam kulkas ternyata masih tersimpan banyak sekali. Mereka mulai masak bersama, terlihat sekali mereka berdua sangat bahagia dan semangat dalam hal ini. Setelah ingin mencampuri beberapa bumbu ternyata kecap asin mereka habis.
"Na, di dalam lemari, apa ada kecap asin lagi?" tanya Enita pada adiknya. Setelah dilihat oleh Shienna ternyata benar tidak stok persedian lagi di lemari mau tidak mau salah satu dari mereka harus beli keluar, karena tidak mungkin kalau mereka berdua yang pergi, siapa yang akan menjaga kompornya?
"Yaudah, Kak! Aku gak ngerti masaknya takut salah. Jadi, aku aja yang beli, ya!" pinta Shienna pada kakaknya itu.
"Tapi, ini udah malam, loh!" tolak Enita.
"Gak apa-apa! Lagi juga gak akan kenapa-kenapa juga, kok, Kakak! Di luar jalan raya juga pasti masih ramai, kok!" pinta Shienna sekali lagi. Enita merasakan hal yang tidak enak, ada hal yang mengganjal hatinya jika adiknya yang pergi. Namun, Shienna selalu meyakinkan sang kakak bahwa semuanya akan baik-baik saja. Akhirnya, Enita pun mengizinkan Shienna untuk pergi keluar membeli kecap asin tersebut.
"Yaudah iya! Ingat habis itu langsung pulang! Jangan macam-macam di jalan! Nyebrang jalannya lihat kanan-kiri!" pesan sang kakak pada adiknya itu. Shienna senang mendengarkan pesan dari kakaknya itu dan tersenyum seraya berkata,"Siap, Bu Bos!"
*****
Shienna yang sudah mendapatkan barang yang diinginkan itupun dirinya langsung pergi untuk kembali ke rumahnya seperti pesan sang kakak padanya. Namun, ditengah jalan yang sepi itu tiba-tiba ada yang sengaja menabrakan motornya ke arah anak itu untungnya Shienna hanya jatuh dan lecet sedikit saja.
Shienna terduduk di jalanan itupun di kelilingi oleh beberapa motor yang memutarinya. Shienna yang ketakutan itupun hanya bisa terdiam melihat semua ini dan mencoba teriak minta pertolongan. Namun, sayangnya salah satu dari mereka turun tanpa membuka helm miliknya dan berkata padanya,"Diam! Kalau lo gak mau terluka!"
"Lepaskan aku!" teriak Shienna.
"Diam! Kalau gue bunuh lo di sini gak akan seru! Karena permainannya belum dimulai!"
"Apa yang kamu maksud! Lepasin, aku sama sekali gak kenal kalian semua!" ucap Shienna sekali lagi.
"Memang! Tapi, pacarmu pasti kenal dengan kami, Enita Alviany Adhika! Sebentar lagi Dino akan merasakan hal yang sama seperti kami. Kehilangan hal yang berharga baginya!"
Shienna terdiam saat nama sang kakak disebutkan oleh orang itu. Ternyata target sebenarnya adalah Enita. Namun, karena Shienna yang keluar dengan mengikuti gaya sang kakak jadi mereka semua berpikir bahwa Shienna itu adalah Enita orang yang dicarinya.
Ada apa ini? Kenapa nama kakak disebutkan? Apa kakak kenal sama orang-orang ini?, dalam hati Shienna.
"Lepaskan! Apa yang kalian mau!" teriak Shienna.
"Gue hanya ingin Dino menderita dengan membuat lo mati ditangan kita!" Orang itu membungkam mulut Shienna yang sudah diberikan obat tidur agar anak itu pingsan saat menciumnya.
"Selamat tidur tuan putri, permainannya akan kami mulai di kastil Dark Blood nanti! Akan banyak pesta kejutan untuk pangeran nanti yang akan menjemputmu dalam keadaan sudah menjadi mayat nanti!"
Enita yang berada di rumah menunggu kepulangan Shienna makin merasa khawatir saat jam sudah menunjukan satu jam dari Shienna berangkat tadi. Dirinya berlari ke luar dan tepat sekali Dendra yang tengah santai di depan rumahnya itu melihat Enita yang tengah kebingungan.
"Nit, kenapa?" tanya Dendra.
"Den, lu lihat Shienna, gak?" tanya Enita dengan wajah yang terlihat sekali paniknya.
"Kenapa? Shienna kenapa? Gue gak lihat," jawab Dendra.
"Shienna hilang, Den! Dia tadi beli kecap asin di supermarket depan jalanan dari tadi tapi belum balik juga sampai sekarang! Den, gue takut Shienna kenapa-kenapa di jalan! Padahal gue udah bilangkan kagak usah! Dari tadi perasaan gue juga udah gak enak!" jelas Enita pada Dendra yang tanpa disadarnya air mata jatuh di pipi anak itu.
"Lu tenang dulu, ya! Gue bakal bantu cariin, kok! Ayo kita ke sana! Siapa tahu Shienna masih di sana!" ajak Dendra.
"Gimana, gimana kalau dia gak ada di sana, Den!? Gimana, kalau ayah sama ibu tahu soal ini! Gue takut, Den!" ungkap anak itu. Dendra yang melihatnya seperti itupun memeluknya dengan erat untuk menenangkan anak itu perlahan pun Enita kembali tenang dan disitulah Dendra berkata padanya,"Gue yakin Shienna gak kenapa-kenapa! Gue bakal bantu lu!"
*****
Disisi lain Aldino atau Dino yang masih mengurung dirinya di kamarnya itupun tiba-tiba mendapatkan pesan dari nomor yang tidak dikenal olehnya. Pesan itu berisikan ancaman buat Dino.
Setelah melihat pesan tersebut tentunya Dino langsung pergi sesuai dengan apa yang bilang oleh orang itu dipesannya. Namun, ditengah perjalanan menggunakan motornya dari arah belakang orang yang tengah menggunakan mobil itupun sengaja menabrakan ke arah motor Dino hingga anak itu terjungkal.
Bruk!
Seseorang keluar dari mobil tersebut dengan menggunakan masker dan juga topi. Dino yang melihatnya segera melawannya namun, tak lama orang dari arah belakangnya memukul bagian lehernya dan membuat anak laki-laki itu jatuh pingsan.
"Pangerannya akan segera datang tuan putri! Permainan akan segera dimulai! Haha, gue sangat menantikannya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
VAGAMSYAH (HIATUS)
Teen FictionSingkat saja, kisah ini menceritakan tentang ikatan antara persahabatan, keluarga, ataupun perasaan. Kisah yang menceritakan kilas balik Dendra dan Devan sang kakak panutannya. #part akan direvisi setelah bab selesai. ♡30 September 2023♡