40 - Julia's Note

12 2 1
                                    

Geng Ganesha hanya termangu saat Ika berceloteh tentang bulu-bulu di wajah Evi. Mereka mencoba menelaah apa yang sebenarnya terjadi dengan manager karbitan yang dikenal sangat tegas itu. 

"Apa mungkin dia ada alergi kalau marah?" Guman Linda. 

Mereka serantak memandang Linda. "Maksud kamu?" Tanya Ika. 

"Maksudku, mungkin aja dia tipe orang yang nggak boleh marah karena bisa kena alergi." Kata Linda asal saja. Dia tak punya penjelasan lain di dalam otaknya yang tak kreatif itu. 

Dahi Ika berkerut. Dia merasa ucapan Linda terdengar tak asing di telinganya. Ia pernah mendengar cerita dongeng soal gadis cantik yang berubah menjadi monster saat marah. Tiba-tiba Ika tersentak dari lamunannya. 

"Aku tau!" Teriak Ika. 

"Kalian jaga Cindy. Aku mau ketemu orang dulu." Ujar Ika bergegas meninggalkan kamar. 

Ika melaju motornya dengan kecepatan seorang emak-emak. Tidak seperti Evi yang lihai dalam mengendara motor, Ika masih grogi dengan lalu lintas Jakarta yang seperti kebun binatang. Sebelum meninggalkan rumah, dia sempat mengirimkan pesan ke Alice. 

"Kita harus ketemu. Urgent. Jangan kasih tau Evi. Ika"

Alice yang saat itu bersama Evi dan Jonathan segera menyingkir dari keduanya, membalas pesan itu dengan kening berkerut. Ini pertama kalinya dia mendapatkan pesan dari janda muda itu yang giat bekerja itu.

Keduanya bertemu di sebuah kafe yang sudah Alice tentukan. Sebuah kafe murah yang banyak di kunjungi oleh kaum seusia mereka. Ika tiba di kafe lebih dulu dan begitu melihat kedatangan  Alice, Ika langsung menyambutnya dengan raut serius.

"Ada apa Ka?" Tanya Alice.

"Alice, kamu pasti nggak percaya kalau aku ceritain ini." Kata Ika dengan antusias. Kemudian dia menceritakan pertengkaran Evi dengan Cindy dan soal perubahan dalam tubuh Evi. 

Alice menatap Ika tak berkedip. Selama ini dia selalu bertanya-tanya tentang kaitan sepupunya dengan semua kisah Charlotte dikehidupan masa lalu. Namun dia masih belum menemukannya sama sekali. Sama halnya dengan Eddy dan Jonathan, dia sempat mencuriga Evi adalah titisan Thomas. Namun kecurigaan mereka tak terlalu kuat, Evi sendiri tak pernah tahu kaitannya dengan semua kisah Charlotte. Dia hanya mendapatkan sebagian penglihatan dari kisah yang terjadi dimasa lalu.

Alice menghela nafasnya. Tidak sia-sia dia memberi buku ke geng Ganesha. Entah kenapa dia berinisiatif untuk membagikan buku yang di tulis oleh Eddy di abad ke enam belas, yang konon sosok Cinderella adalah seorang penyihir yang baik hati. Sejak ia terlibat dengan penelusuran kisah Isabella dan Lorenzo, instingnya mengatakan kalau semua ini akan menguntungkan dirinya dimasa yang akan datang.

Tanpa menunggu lama, Alice segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon Jonathan dan Eddy untuk datang ke kafe. Kata kunci INI DARURAT selalu bekerja dengan baik jika ingin menyuruh seseorang untuk segera datang dan benar saja keduanya melesat bak kereta ekspres. 

Eddy dan Jonathan saling berpandangan begitu mendengarkan Ika dan Alice selesai bercerita. Mereka berempat seakan memikirkan hal yang sama namun tak ada satupun yang berani mengucapkannya. 

"Kamu yakin itu yang kamu liat Ka?" Tanya Eddy seraya menatap Ika ragu. 

Ika merasa tersinggung dengan pertanyaan lelaki tampan yang cocok jadi pemain film drakula itu.

"Saya masih waras mas. Saya tau khayalan sama kenyataan." Gerutunya. 

Eddy masih menatapnya tak percaya. Dia tak ingin gadis di depannya yang terlihat polos itu ternyata lebih pintar dari dirinya. Eddy menghela nafasnya lalu beranjak dari kursi. 

CINDYEMRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang