chapter 2

40.7K 1.9K 42
                                    

Happy reading...

Utamakan pencet vote sebelum membaca ⚠️!!

•••••

Pukul 08.45
Elara terbangun mengucek matanya. ia mulai duduk dan meregangkan otot nya yang terasa kaku.

"Aku lapar." Celoteh elara yang tengah bengong sehabis berucap seperti itu.

5 menit kemudian.

"Aku harus segera mandi. astaga, tubuh ku lengket sekali." Ucap elara kemudian beranjak bergegas untuk membersihkan diri.

Elara hanya menggenakan pakaian simple, rok pendek dengan kaos yang di masukkan ke dalam rok.

Setelah selesai, elara turun. ia melihat semua maid yang tengah melakukan pekerjaan nya masing-masing. elara mulai menghampiri mereka.

"Selamat pagi nyonya" sapa Aira dan maid lainnya.

"Pagi juga. Oh iya aira apa kau tahu Erland dimana?." Tanya elara.

"Tuan sedang ada di kamar nya nyonya."jelas Aira.

Elara mengangguk mengerti. "Aira, apakah kau bisa siapkan roti dan susu hangat?."

"Tentu saja bisa nyonya." Balas Aira.

"Baiklah Terimakasih, setelah selesai antarkan ke kamar Erland." Ucap elara kemudian berjalan menuju kamar Erland.

Jujur saja letta tak pernah terlibat asmara dengan pria, ia berpikir kalau berpacaran itu membuang-buang waktu nya. Jadi setelah berada di posisi ini tentu saja letta bingung. Tapi mengikuti feeling boleh saja kan?

Tok tok tok

Elara mengetuk pintu kayu mencoba memberanikan dirinya, tapi setelah di pikir-pikir untuk apa elara takut, bahkan Erland sendiri pun takut kepada elara. Takut amukan nya maksudnya....

Pintu tersebut terbuka. Memperlihatkan Erland dengan rambut yang basah. Seperti nya pria ini habis mandi.

"Elara menghampiri ku? Apakah ini mimpi." Batin Erland menjerit.

Tapi Erland tidak ingin memperlihatkan sifat aslinya dan tetap mempertahankan wajah datar dan dingin nya.

"Ada apa?" Dingin Erland.

"Tidak ada, aku hanya ingin membahas sesuatu bersama mu." Ucap elara.

"Apa itu perceraian?." Ucap Erland sembari terkekeh.

Ciut sudah nyali elara, ternyata Erland lebih seram dari jiwa asli elara. Tapi elara tetap menutupi kegugupannya.

"Nanti saja deh, ayo sarapan dulu. Kau belum sarapan bukan??" Tanya elara lalu menarik Erland masuk kedalam kamarnya, tak peduli jika Elara di cap sebagai istri yang sesukanya. Memang nya ia peduli.

Wangi maskulin menyeruak di hidung elara.

"Harum dan tenang." Batin elara.

Di tangan elara sudah memegang sebuah nampan berisi dua potong roti dan dua gelas susu hangat.

"Aku tau kau lelah, makanya aku mengajak mu sarapan di dalam kamar, tapi jika kau tak nyama-

"Tidak, aku tak masalah sama sekali." Balas Erland memotong ucapan elara.

Elara tersenyum menanggapi ucapan Erland, mereka mulai makan dengan tenang diiringi dengan suara elara yang tak henti-henti nya mengajak Erland mengobrol.

Hati Erland sudah seperti di sirami oleh bunga-bunga yang bermekaran, walau ekspresi dan sifatnya bertolak belakang tapi sejujurnya ia sangat bahagia bisa sarapan bersama elara. Yang Bahkan momen seperti ini hanya ada di mimpinya.

Changing Antagonis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang