Happy reading.
•••••••
1 tahun kemudian.
Erland masih belum menemukan keberadaan elara, seolah semesta memang tak merestui nya bertemu. Ia bahkan tak tertidur membuat matanya seperti panda. tubuhnya juga tak sebugar dahulu, ia selalu melewatkan waktu makan. Karna sejujurnya erland sangat merindukan masakan istrinya. Mata nya selalu terjaga setiap malam memikirkan elara dan anaknya saat ini.
Setiap waktu Erland selalu merutuki kebodohan nya yang lemah saat itu. Andai ia jujur mengatakan semuanya kepada elara dan tak mudah di peralat oleh Bianca semua ini tak akan terjadi. Erland tahu elara pergi karna dirinya. ia pernah melihat foto-foto nya dan Bianca berada di dalam laci kamar mereka.
"Erland." Panggil Marco.
"Hm?."
"Makan lah. Lu makan jarang-jarang sekali." Marco mendekati Erland sembari menyodorkan sepiring nasi.
"Aku hanya ingin masakan elara." Balasnya.
Marco menghembuskan nafasnya kasar. "Tunggu sampai elara ketemu, lu ga malu ketemu elara dalam bentuk kaya kelelawar gini? Badan kering mata pandan." ucap Marco kasar. Hey untuk saat ini ia tak takut kepada Erland karna di bandingkan badan Erland masih mending badannya, sekali menendang langsung loyo.
"Hm."
Setelah memakan hanya dua suap saja ia langsung fokus kembali dengan laptop nya, karna menurut nya bekerja akan membuatnya sedikit melupakan masalah yang terjadi. Tak ayal Marco selalu berada di samping nya layaknya seperti ayah untuk Erland. Tak apa yang penting gaji lancar, batin Marco.
Tok tok tok
"Masuk." Seru Erland.
terlihat dua pria berbadan kekar memasuki ruangan. Mereka adalah mata-mata Erland yang di tugaskan untuk mencari keberadaan elara. Erland sengaja menepatkan mereka untuk mencari elara tak peduli sudah berapa banyak uang yang ia keluarkan.
"Jika informasi mu tidak jelas lagi maka peluru ini akan langsung bersarang di kepalamu." Ucap Erland tanpa menatap keduanya. Ia tak mau berharap untuk kesekian kalinya.
"T-tidak tuan, kami sudah menemukan lokasi nyonya elara tuan."
Erland terdiam kaku. Elara sudah ketemu, benarkah itu?. "Dimana, dimana lokasinya?." Tanya Erland lirih.
"Di London tuan, kemungkinan nyonya elara tinggal di ibukota." balasnya.
"Bener kagak ini informasi nya." Seru Marco yang masih berdiri di samping Erland menyimak pembicaraan mereka.
"Tentu tuan, kami menemukan titik nyonya elara di kota itu."
"Hey bagaima-
"Marco!! aku yang akan bergerak sekarang. Kau temani lah aku, sekalian kita berkunjung ke salah satu perusahaan ku disana." Mata Erland tak seredup tadi seolah sudah ada sedikit nyawa yang hinggap di tubuhnya. Ia akan menjemput cahaya hidupnya malam ini.
"Sudah kuduga." Batin Marco.
"Ini bonus untuk kalian, ambilah." Erland melempar kan segepok uang merah kepada dua mata-mata nya.
pria itu menerimanya kemudian membungkuk kan tubuhnya. "Terimakasih tuan." Mereka berdua pergi meninggalkan Erland dan Marco.
"Sayang, aku akan menjemputmu." Batin Erland menatap bingkai foto elara yang berada di atas meja kerjanya.
•••••••••
"Mommy, Al cudah menghabiskan cucuu na." Seru seorang anak lelaki sembari menyodorkan gelas kosong kepada ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Changing Antagonis (END)
FanfictionLetta adalah seorang gadis yang berusia 20 tahun. Membaca novel adalah hobinya. namun, bagaimana jika diusia yang masih begitu muda jiwa nya bertransmigrasi. Sulit di percaya bukan? Dan sialnya lagi dirinya terbangun di tubuh sang antagonis novel ya...