chapter 22

8.8K 482 39
                                    

Happy reading.

••••••

Elara berjalan mondar-mandir menunggu kepulangan suaminya. Jam sudah menunjukkan pukul 1 malam tapi Erland belum juga kembali membuatnya risau. Pikiran nya menjadi kalut memikirkan pesan tadi.

"Kenapa dadaku terasa sesak." Gumam elara lirih.

"Erland sebenarnya kau dimana?." Elara menatap jam dinding itu, sudah berkali-kali juga ia menelpon Erland namun tak satupun di angkat olehnya.

Saat sedang berdebat dengan pikirannya, elara mendengar suara mesin mobil yang memasuki pekarangan mansion. Hal itu membuat elara senang ia yakin suara itu adalah mobil Erland.

"Daddy pulang baby, kita kasih kejutan bagaimana?." Tanya elara sambil mengelus perut buncitnya.

dug dug

Tendangan itu berasal dari perut nya. elara bahkan sempat ngefreze. Bayinya menendang? benarkah itu. Rasanya elara ingin menangis merasakan kebahagiaan ini.

"Anak mommy sudah mulai aktif ya." Ucap elara berbicara dengan calon anaknya.

"Menendang mommy berarti setuju." elara begitu antusias berjalan pelan ke samping pintu menunggu Erland masuk.

Ceklek

"Doorr." Elara mengagetkan Erland yang hanya menatapnya datar. Kenapa pria itu tidak kaget sih.

"tidak usah teriak malam-malam." ucap erland.

"Sudah jam 1 malam, tapi kamu belum tidur hm?." Lanjut nya.

"Aku menunggu mu." Ucap elara menunduk.

Erland menghembuskan nafas panjangnya kemudian memeluk elara. "Maafkan aku sayang, pekerjaan kantor ku begitu banyak sehingga aku harus meninggalkan mu dan membuat mu jadi tak tidur cepat." Jelasnya.

Elara membalas pelukan erland. "Tidak masalah sayang. Oh iya aku mempunyai kabar bahagia." Serunya.

"Apa itu?."

"Baby lion tadi menendang. Ahh, aku sangat bahagia sekali."

"Oh aku kira apa." Balasan Erland membuat elara melepaskan pelukannya. Hanya itu jawabannya? Hilang sudah mood elara.

"Aku akan menyiapkan air hangat untukmu." Elara berjalan pergi meninggalkan Erland yang mematung.

Sesampainya di kamar elara segara menyiapkan air hangat untuk suaminya agar tak membuatnya menunggu lama.

"Aku merasa sifat Erland semakin berbeda, sebaiknya aku harus mencari tahu." Batin elara sambil menunggu air di bathup penuh.

setelah di rasa air itu sudah penuh. elara memutuskan untuk memanggil Erland. ia malah melihat Erland yang sedang bertelanjang dada dan hanya menyisakan celana kantornya saja.

"Sayang, air hangat nya sudah selesai." ucap elara menghampiri suaminya yang tengah memainkan handphone nya.

"Terimakasih." Balasnya singkat kemudian beranjak masuk kekamar mandi.

Changing Antagonis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang