chapter 4

32K 1.4K 6
                                    

Happy reading....

Utamakan pencet vote sebelum membaca⚠️

••••••

"Erland, kau harus menandatangani surat kerja sama ini."Theo memberikan berkas itu sambil sesekali menatap Elara dengan tatapan yang dalam.

Sedangkan yang di tatap hanya menyembunyikan kepalanya di leher sang suami sembari menghirup wangi yang membuat nya menjadi mengantuk.

sebenarnya elara sadar sedang di perhatikan namun elara acuh karena tidak ingin Erland salah paham lagi dan berakhir hubungan mereka yang selama ini ia perbaiki jadi berantakan.

"Tidak usah menatap istriku theo." Erland menekan kata istriku. Erland mulai membaca berkas itu lalu segera menandatangani nya.

"Ah, baiklah maafkan aku, oh iya apakah kau dan elara akan datang di acaraku malam ini?."

"Hm."balas Erland.

"Baiklah aku menunggumu, dan boleh kah aku berbicara sebentar dengan Elara?."

"Aku tidak mengizinkan nya, pergilah bukan kah tujuan mu sudah selesai."

"Baiklah aku pergi." Setelah itu Theo pun beranjak dari duduk nya dan melangkah pergi sebelum itu, ia menatap Elara yang Masih di posisi yang sama hatinya sakit walau ia suka melontarkan kata-kata kasar untuk mengusir elara jika ia mendatangi rumah nya lalu bertingkah seolah pelakor ia kira elara masih menyusun rencana karna akhir-akhir ini elara tidak menggangu rumah tangga nya tapi ternyata ia sedang bermesraan dengan Erland.

"Mungkin kah elara dan Erland sudah berbaikan itu bagus tapi mengapa hati ku sakit." Batin Theo

Setelah Theo pergi, Erland pun melihat istrinya, pantas saja elara diam ternyata sedang tertidur. Erland terkekeh sembari mengelus punggung elara yang naik turun karna nafasnya, Ia mengangkat tubuh elara dengan hati-hati agar tidak membangunkan sang empu.

Erland berjalan menuju kamar pribadi nya yang ada di kantor. biasanya jika ia lelah Erland akan menginap di kantornya.

Erland meletakkan elara di atas kasur tak lupa ia menyelimutinya sampai batas leher lalu mengecup bibir elara dengan lembut setelah itu Erland meninggalkan elara yang sudah terlelap tanpa terganggu sedikit pun.

Erland berniat menyicil pekerjaan kantornya yang Masih banyak.

"Wah bos kau romantis sekali dengan elara haha." Marco tertawa melihat bos nya yang menatapnya tajam tapi dirinya sama sekali tidak takut.

"Diam lah Marco. Tolong pesankan makan siang bawa ke ruangan ku sekarang." Perintah Erland

"Tapi ada imbalan nya kan? kau tidak kasihan terhadap ku melihat mu bermesraan sedangkan aku belum punya calon."

"Salah mu sendiri tapi kau seperti ibu-ibu hamil yang mengoceh terus, nih ambil saja sisanya." Ucap Erland sambil menyodorkan uang kepada Marco.

"Astaga bos, tapi bagus rejeki." Marco pun meninggalkan Erland dan membeli makan siang di kantin kantor.

Erland jadi bingung, ia ingin sekali percaya dengan istrinya namun mengingat elara yang begitu licik dalam menjalankan rencananya ia jadi ragu tapi Erland merasa istrinya sekarang banyak berubah dan itu membuat nya semakin jatuh cinta lebih dalam lagi. ntah lah ia jadi bingung harus menuruti logika atau hatinya.

Beberapa menit kemudian.

Marco pun sudah datang sambil menenteng plastik yang berisi makanan, lalu menyerahkan ke arah Erland.

Changing Antagonis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang