chapter 14

12.9K 485 3
                                    

Happy reading

••••

Di pagi yang cerah ini, elara tak henti-henti nya untuk tersenyum melihat Erland yang sedang membereskan pakaian nya. Elara akan pulang karena kondisi nya yang sudah membaik, elara hanya menginap di rumah sakit itu 2 hari saja. akhirnya elara bisa pergi dari bau obat yang suka menyiksa nya. di rumah sakit elara akan selalu menghirup aroma Erland baru ia bisa tertidur.

"tidak ada yang tertinggal kan, sayang?." Tanya elara

"Seperti nya tidak, aku sudah membereskan semuanya, sayang." Balas Erland dan menghampiri elara yang sedang duduk di atas ranjang rumah sakit.

"Yasudah ayo pulang aku sudah rindu dengan kasur kita." Balas elara antusias.

Erland tersenyum manis "apapun untuk kesayangan ku." Tangan Erland mengelus rambut istrinya.

Mereka berjalan bergandengan tangan. Menuju parkiran di rumah sakit.

"Sayang, nanti mampir membeli bakso ya."ucap elara.

Erland mengangguk "kita akan mampir ke restoran untuk membeli bakso." Balas Erland.

Dengan cepat kepala elara menggeleng "tidak, tidak aku mau bakso yang di pinggir jalan itu."

"Itu tidak sehat." Balas Erland.

"ayolah sayang belikan bakso yang di pinggir jalan ya." Elara menggoyangkan lengan Erland dengan memajukan bibirnya seperti bebek.

"Ingin makan bakso atau tidak?." Tanya Erland.

"Kamu tak sayang lagi denganku?." Terlihat mata elara yang sudah berkaca-kaca ingin menangis.

Erland Menghela nafas kasar.

"Dengar sayang, aku tidak ingin terjadi sesuatu pada kesehatan mu, apalagi sekarang kamu sedang hamil El, jadi beli makanan yang sehat saja ya." Ucap Erland lembut.

"Tapi a-aku mau b-beli bakso yang di gerobak itu."

"Oke, ini yang terakhir hm." Pasrah Erland.

Mendengar itu Elara tersenyum manis mood nya kembali berubah.

"Terimakasih, Daddy." Elara berjinjit dan mencium pipi Erland.

pipi Erland memerah, Malu.

"pipi kamu kok merah sayang?." Goda elara.

"Diam El." Erland langsung menggendong istrinya ala bridal style dan membawa nya kedalam mobil lalu melajukan mobilnya diatas rata-rata.

Setelah beberapa menit, mereka akhirnya sampai di depan gerobak bakso. Tempat itu terlihat lumayan ramai.

"Wahh, ramainya, sudah lama aku tidak makan bakso." Ucap elara, dulu di dunia aslinya ia tidak pernah absen membeli bakso. Setiap hari pasti mampir ke gerobak seperti ini.

"Biar aku saja yang turun, kamu tunggu di sini ya, sayang." Erland membuka sablet mobilnya.

Elara mengangguk antusias "yang cepat ya Daddy, baby sudah tidak sabar."

Changing Antagonis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang