28. Dibatalkan

85 13 0
                                    

Dua hari setelah kejadian malam pesta di SMA Bima Sakti. Korban yang berjatuhan ternyata tak sedikit, banyak pula yang harus dilarikan ke rumah sakit. Gedung Bima Sakti yang biasa ramai dengan canda tawa, obrolan atau teriakan para siswanya kini terlihat bagaikan gedung terbengkalai. 

Polisi masih berlalu lalang disana, beberapa karangan bunga terlihat memenuhi pagar-pagar SMA elit tersebut. Della berdiri di depan sekolahnya, termenung sendirian. Matanya berkaca-kaca pertanda bahwa sang pemilik mata bening tengah bersedih, masih tergiang di telinga bagaimana teriakan histeris teman-temannya malam itu. Malam yang seharusnya membahagiakan malah harus menjadi malam dimana banyak jiwa yang terenggut untuk naik ke surga.

Sementara sekolah ditutup. Perasaan trauma masih membekas di hati mereka yang selamat, ada pula yang begitu terpukul karena tak bisa menolong teman-teman lainnya. Malam kelulusan yang begitu kelam pada sejarah SMA Bima Sakti.

Drrtt.. Drrtt..

Della menghapus air matanya dengan segera. Merogoh ponsel di tas selempang yang dibawanya dan mengangkat telepon itu.

  "iya, aku ke rumah kamu sekarang"

Singkat. Della terus berjalan meninggalkan sekolahnya menuju rumah Darren. Gadis itu menoleh ke kanan kiri, berusaha mencari taksi yang lewat. Ketika ia telah mendapatkannya, Della langsung masuk ke dalam taksi.

Sesampainya Della di rumah kekasihnya. Ia mengetok pintu, hingga Darren keluar membuka pintu untuk tamu yang ditunggunya. Sebuah senyuman merekah pada wajah Darren.

Della pun duduk di sofa ruang tamu, sedangkan Darren duduk di samping gadis itu. Tangannya menggenggam erat jemari Della, menatap mata Della dengan tatapan yang sulit diartikan.

  "kenapa, sayang?" tanya Della membalas tatapan Darren, dia hanya menggeleng.

  "aku kangen kamu" gumam Darren sambil memeluk Della. 

  "tumben pake aku kamu, biasanya juga gua lo" canda Della yang heran melihat tingkah laku kekasihnya.

  "lagi pengen aja" balas Darren.

Tak lama setelah mereka berpelukan. Darren menyuruh Della untuk tetap duduk disana, lalu cowok itu masuk ke kamarnya untuk mengambil gitar akustik miliknya. Della hanya melihat apa yang Darren lakukan, diiringi senyuman tipis.

  "kalo kemaren kamu udah nyanyiin aku, sekarang gantian aku" ucap Darren sembari mencoba gitar akustik itu.

  "emang kamu mau nyanyi lagu apa?" 

  "one that got away"

  "woah, english

Darren mulai memetik gitar akustik. Mencari nada yang cocok untuk lagu yang ingin dinyanyikannya, lalu menarik napas.

   In another life
   I would be your boy
   We keep all our promises
   Be us against the world

In another life
I would make you stay
So I don't have to say
You were the one that got away
The one that got away

Della menahan napasnya. Ada rasa sesak ketika mendengar Darren menyanyikan lagu tersebut, seperti ada semacam sugesti yang menyelusup hatinya. Apalagi Della sendiri paham arti dan makna dari lagu milik Katy Perry tersebut.

Della memberi tepuk tangan sebagai bentuk pujiannya. Matanya kini kembali berkaca-kaca. Suara Darren sangat bagus, deep voice yang dimiliki oleh rata-rata penyanyi profesional. Seperti James Arthur misalnya.

  "suaramu bagus banget" puji Della.

  "kamu nangis, babe?"sepertinya Darren menyadari mata Della yang mulai berkaca-kaca.

Della dengan cepat mengusap kedua matanya dan menggeleng pelan. Darren mengelus pucuk kepala Della sambil tersenyum manis ke arahnya.

  "tuan putri jangan nangis, nanti cantiknya hilang"

Mendengar ucapan Darren, Della tertawa kecil begitu pula dengan Darren yang telah tertawa lebar. Cowok itu meletakkan gitarnya di meja lalu merentangkan kedua tangannya, Della bergeser sedikit dan memeluk pinggang Darren yang langsung dibalas oleh tepukan pelan di punggungnya.

_____________________________

  "saya mewakili keluarga besar saya, datang kesini untuk membatalkan perjodohan antara putra anda dengan adik saya"

BRRAKK!!

  "apa maksud kamu?!" pak Reno menggebrak meja kerjanya, menatap tajam sosok tegap di hadapannya.

Elang melipat kedua tangannya di depan dada.

  "saya jelas tidak setuju apabila adik saya harus menikah dengan kriminal seperti putra anda!" tekan Elang sambil menunjuk ke arah pak Reno.

  "putra saya bukan kriminal, jaga omongan kamu!" 

  "harusnya anda sadar diri! berapa korban yang jatuh akibat putra anda dan anggota gengnya datang menyerang pesta di SMA Bima Sakti, huh?!" bentak Elang

Pak Reno terduduk lemas di kursinya.

  "tidak mungkin anda tak mengetahui kejadian dua hari lalu, dan adik saya hampir menjadi korbannya juga!" 

Tak ada balasan dari lelaki tua di hadapannya, Elang pun memilih keluar dari ruangan itu karena tugasnya sudah selesai. Elang terus berjalan menuju parkiran dan mengambil mobilnya yang terparkir disana.

_____________________________

DARREN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang