9. Ketua OSIS

171 14 0
                                    

*07:38 wib, 3 days after

  "jadi pemilihan ketua OSIS baru, dimulai besok?"

Dirga mengangguk, "gua juga udah nemuin calonnya" ucapnya lagi

Devano manggut-manggut saja.

  "siapapun kandidatnya, gua yakin pilihan lo pasti yang terbaik, Ga" ujarnya

  "gua yakin 100 persen dia calon ketos yang baik, selain itu dia juga pinter"

  "btw, adek lo kemana aja sih? kok gua gak liat dia sama sekali akhir-akhir ini?"

Dirga mengangkat sebelah alisnya

  "Darren maksud lo?" Devano mengangguk pelan

  "temen-temennya abis nelpon gua, katanya Darren ditembak sama orang random pas kemaren mereka ke Bandung" balas Dirga dengan santai

  "ditembak?! gila, kasian bet cok"

Dirga hanya diam tak merespon ucapan Devano.

  "semoga aja keadaannya semakin membaik"

___________________________

Della merebahkan tubuhnya di kursi ruang tamu rumahnya. Sepi, hari-harinya selalu saja begini. Di tengah-tengah Della yang termenung, tiba-tiba pintu terdengar diketok seseorang.

Tok! Tok! Tok!

Gadis itu membuka pintu, nampak seorang cowok tinggi berdiri di depan pintu.

Darren menatap Della dengan tatapan kosong, cowok itu hanya berdiri diam di tempat sembari memegangi perut bagian kanan.

  "Darren? k-kok kamu disini? bukannya kamu sakit?"

  "gua, kabur dari RS" ucapan Darren barusan seketika membuat Della terkejut.

  "Della, gua minta maaf"

BRUKK!!

Della terperanjat kaget melihat Darren yang jatuh pingsan secara mendadak. Gadis itu semakin dibuat panik saat cairan merah perlahan merembes membasahi kemeja putih yang dikenakan Darren. Della berjongkok di samping cowok tadi lalu berusaha membawanya masuk ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, ia membaringkan tubuh Darren di kasur. Melihat darah yang masih keluar, Della memutuskan untuk menyingkap sedikit kemeja putih Darren untuk mengecek luka pada perutnya.

  "tinggal dibersihkan dan diperban saja" gumamnya

Tangan Della bergerak menyentuh kening Darren, terasa hangat, selain itu, keringat dingin juga terus-menerus mengalir.

Sebentar, Della pergi ke dapur untuk menyiapkan air hangat dan air dingin serta perban untuk luka Darren. Gadis itu kembali ke kamar, mengompres kening Darren, membersihkan luka Darren lalu menutupinya dengan perban yang dibawanya.

  "kok aku takut lukanya makin besar, ya? apa aku harus nelpon kak Dirga supaya dia tau keadaan Darren?" kini tangannya beralih meraih ponsel yang tergeletak dia atas meja.

  "jangan kasih tau Dirga"

Tangan Darren menggenggam erat jari-jemari Della, menahannya untuk memberi kabar tentang dirinya kepada Dirga.

  "gua gak apa-apa" ujar Darren, lagi.

  "tapi badanmu hangat, kalo lukamu makin besar gimana?"

  "gua gak apa-apa, Della.. lo gak usah panik"

DARREN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang