*RS Mayapada, Jakarta Selatan
Disinilah Della berada saat ini, rumah sakit Mayapada. Rumah sakit besar ini masih terlihat ramai, banyak suster, dokter ataupun keluarga pasien yang berlalu lalang. Della masih menyimpan jejak tangisnya dibalik telapak tangan, hingga satu suara membuatnya harus menoleh cepat.
Dirga berlari menuju dirinya dengan napas tak beraturan, keringat membasahi keningnya. Di depan ruangan unit gawat darurat keduanya bertatapan, berusaha saling menguatkan. Tatapan Dirga seakan menyiratkan rasa khawatirnya. Tak ada percakapan yang terdengar dari mulut Della ataupun Dirga.
Dirga menatap kosong pintu UGD yang tertutup rapat, membiarkan Della menuntaskan seluruh tangisannya. Ketika pintu UGD mulai terbuka, dokter Riana keluar dengan wajah pasrah. Melihat dokter keluar, Dirga dan Della langsung mendekatinya.
"mas Dirga, ada yang perlu saya bicarakan"
"apa dok?" tanya Dirga dengan wajah paniknya.
"mari ikut ke ruangan saya"
Dirga menoleh ke arah Della, gadis itu terlihat mengangguk pasti. Akhirnya Dirga mengikuti langkah dokter berusia sekitar 35 tahun tersebut. Sementara Dirga pergi menuju ruangan dokter Riana, Della mendekati pintu UGD yang kembali tertutup, mengintip dari balik jendela kecil di pintu.
Di sisi lain. Dirga dipersilahkan duduk oleh dokter Riana, cowok itu pun duduk di sebuah kursi kosong dan mulai mendengarkan penjelasan dokter.
"mas Dirga, meski berat tapi saya harus tetap memberitahukan ini kepada mas sebagai wali dari mas Darren sendiri. jadi begini, sisa hidup yang dimiliki mas Darren tinggal 50 persen, kanker darah yang diidapkan sudah mulai menggerogoti organ-organ penting termasuk jantung" jelas dokter Riana.
"jadi saya sarankan mas Darren menjalani kemoterapi, untuk sebagai pengobatan untuk menghilangkan sedikit efek dari kanker ini" ucap dokter, lagi.
Dirga menghapus bulir air mata yang hendak kembali jatuh.
"tolong lakukan apa saja untuk adik saya dok, saya akan membayar berapapun. tapi tolong selamatkan adik saya, tolong dokter"
"meskipun harapan untuk mas Darren bisa sembuh itu cukup kecil, tapi kami akan tetap berusaha sebisa mungkin. perbanyak berdoa kepada Tuhan ya, mas"
__________________________
"Nadya masih di rumah sakit, ma"
Della menerima panggilan dari mamanya yang memberitahukan bahwa Zergan bertamu dan ingin bertemu dirinya. Della menolak dan mengeluarkan berbagai alasan, mengatakan bahwa ia di rumah sakit untuk menunggui kekasihnya merupakan hal yang mustahil ia beritahukan kepada sang mama.
Mama masih bersikeras menyuruh putrinya pulang. Della menghela napas, ia masih ingin disini, setidaknya sampai Darren sadar dari pingsannya. Namun nyatanya, berdebat dengan mamanya juga tak ada manfaatnya, Della pun mengalah.
Setelah mematikan telepon. Dirga pun kembali ke tempat Della berada.
"kakak, aku izin pulang dulu ya, masih ada sesuatu yang harus diselesaikan. kalo nanti Darren sudah siuman, telpon aku" ujar Della.
Mendengarnya, Dirga pun mengangguk dan menyilahkan Della untuk pulang. Ia merasa kasihan apabila gadis itu harus pulang larut, sementara dirinya juga masih menunggui Darren di rumah sakit dan tak mungkin mengantar Della pulang.
"iya, sorry gua gak bisa anter lo balik"
"gak apa-apa kok, kak. aku permisi"
Della pun pamit dan berjalan keluar dari rumah sakit. Meninggalkan kekasihnya yang masih pingsan dengan berat hati.
16:23 wib
Baru saja Della menginjakkan kakinya di lantai rumah, suara seorang cowok membuatnya menatap pemilik suara tajam.
"cewek kok jalan sendirian, mana cowok lo?" celetuk suara tersebut.
Della hanya diam dan tak mempedulikan ucapan Zergan. Gadis itu terus masuk dan ingin menaiki tangga menuju kamarnya. Tetapi ketika Della melewati Zergan, tiba-tiba pergelangan tangannya dicekal oleh Zergan. Della tertarik ke belakang lalu menoleh melirik Zergan dengan sinis.
"lo mau ngapain sih, kesini lagi?" kesal Della.
"gua cuma mau berkunjung ke rumah calon istri gua" balas Zergan.
Della menyeringai, "hah? calon istri lo? nikah sana kucing gua"
"Nadya, Nadya. lo bodoh kalo lebih milih Darren jadi cowok lo, dia ketua geng yang lemah!" tekan Zergan sambil menatap mata Della.
"jangan pernah ngomong kek gitu lagi, atau hidup lo gak akan tenang!" ancam Della, jari telunjuknya menunjuk wajah Zergan.
"kalian berdua ngapain?"
Della dan Zergan menoleh bersamaan. Elang muncul dari balik pintu ruangan milik ayah mereka. Seketika Zergan melepaskan cekalan tangannya pada pergelangan Della. Della dengan cepat membuang napasnya lalu berjalan menaiki tangga. Gadis itu rupanya masuk ke dalam kamar sambil membanting pintu kamarnya dengan keras.
Tersisa Elang dan Zergan di ruang tamu yang luas ini. Elang menatap Zergan dengan tatapan penuh kebencian. Melihat tatapan tak mengenakkan dari kakak Della itu, Zergan tersenyum sinis dan mendekati Elang.
"lo masih mau batalin perjodohan itu?" tanya Zergan.
"sure, why not?" jawab Elang.
"lo masih gak percaya kalo adik lo itu pacaran ama ketua geng kek gua?"
"gua percaya, dan gua juga udah ketemu ama dia. tapi lo ama dia beda, gua malah lebih setuju kalo Nadya pacaran ama ketua geng kek dia daripada lo!"
Zergan berdecak kesal, "kakak adik sama aja" gumamnya.
"kenapa? lo tersinggung karena gua lebih milih cowok adik gua daripada lo?"
Seperti bisa membaca pikiran Zergan, Elang tertawa sinis.
"mending lo angkat kaki dari rumah gua, dan silahkan pergi tuan Zergan. gua dan keluarga gua gak akan pernah anggap lo sebagai anggota keluarga, inget itu!" Elang menunjuk Zergan.
Dengan amarah yang meluap, Zergan akhirnya keluar dari rumah mewah itu dan masuk ke dalam mobil sport miliknya. Elang menatap kepergian Zergan dengan wajah dingin. Hingga mobil yang dikendarai oleh Zergan tak terlihat oleh mata lagi.
'gua rasa tu orang bakal merencanakan sesuatu' batin Elang.
![](https://img.wattpad.com/cover/339274990-288-k240908.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DARREN✔
Fiksi Remaja(WAJIB VOTE SEBELUM MEMBACA!!) Della, gadis cantik, polos nan lugu yang menyukai seorang cowok nakal yang populer di sekolahnya. Ketua geng DARK SKY, Darren Azriel Wijaya. Di sisi lain, Dirga Argatsha Wijaya, seorang ketua OSIS dan kakak kandung Da...