*15 of June
Malam ini, sekolah Bima Sakti mengadakan acara tahunan mereka. Istilah sederhananya adalah acara sebelum perpisahan bersama kelas 12 yang sebentar lagi akan lulus.
Della tampak sibuk mengurusi acara ini, keningnya kini telah basah akibat keringat serta badannya juga terasa begitu pegal.
"Della, mending lo istirahat dulu" tawar Celine, sekertaris OSIS yang terlihat khawatir melihat Della begitu bekerja keras.
"udah, gak apa-apa kok. sebentar lagi acaranya juga hampir selesai, tinggal pengumuman dan pembagian hadiah buat siswa berprestasi kan?" balas Della sambil tersenyum.
Akhirnya, Celine memilih mengalah. Mau bagaimana pun kelancaran acara ini juga tanggung jawab ketua OSIS sendiri. Jika ia menjadi Della, mungkin ia juga akan melakukan hal yang sama.
"yaudah, kalo lo mau minum atau laper, diatas meja ada air putih ama kue donat. ambil aja, itu bekal gua kok"
Della mengangguk sambil mengucapkan terima kasih. Setelahnya, Celine pergi untuk mengurusi hal lain. Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di penghujung acara. Bapak kepala sekolah nampak menaiki podium ditemani mikrofon yang siap digunakan.
"jadi untuk siswa berprestasi tahun ini memang berbeda dari sebelumnya, jika tahun-tahun kemarin penghargaan siswa berprestasi selalu diraih oleh kelas 12, tetapi tahun ini penghargaan siswa berprestasi diraih oleh siswi dari kelas 11" ucap bapak kepala sekolah.
Para hadirin seketika heboh, ada yang saling berbisik-bisik berusaha menebak siapa siswi tersebut.
"untuk ananda Anandya Della Arkanatha dari kelas 11-IPS 2, silahkan naik ke atas podium" dan kini, semua orang bertepuk tangan meriah.
Della yang mendengar namanya disebut, seketika dibuat terdiam di tempat. Ia baru kembali sadar setelah beberapa temannya menepuk-nepuk pundak Della memberi ucapan selamat.
"buruan naik ke panggung Del! kok lo malah bengong sih?!" gemas, Celine meneriaki gadis itu.
Della berjalan menuju panggung dimana bapak kepala sekolah berdiri sambil tersenyum, menunggu Della menerima penghargaan.
"selamat untuk ananda Della" ujar bapak kepala sekolah sembari menyerahkan piagam dan piala kepada Della.
Tepukan tangan dari seluruh penonton terdengar memenuhi seisi aula SMA Bima Sakti. Della tersenyum lebar, dari jauh seseorang nampak memperhatikan gadis itu diiringi seulas senyuman manis yang menghiasi wajah tampannya.
"she's perfect"
____________________________
*Wijaya's House
Darren meletakkan jaketnya di atas meja ruang keluarga. Dengan segera, cowok itu merebahkan tubuh pada sofa empuk. Ia mengeluarkan ponsel dari saku celana jeans miliknya dan mulai fokus kembali.
Dirga yang juga baru sampai, terlihat memperhatikan perilaku Darren. Perlahan, Dirga juga ikut duduk di samping adiknya. Tatapan tajam dilayangkan oleh Dirga padanya.
"Ren, gua mau ngomong" seru Dirga memulai pembicaraan
"napa?" balas Darren dengan mata yang masih tertuju pada ponselnya.
"lo, anak geng?"
Darren menoleh pelan, bibirnya tersenyum sinis.
"akhirnya lo tau juga" gumam Darren
"siapa yang ngasih tau lo?"
Dirga masih menatap cowok berusia 17 tahun di hadapannya ini. Ia tak habis pikir, bagaimana bisa Darren tetap terlihat santai padahal dia jelas-jelas telah tertangkap basah?
"lo gak perlu tau siapa orangnya"
"oke, biar gua tebak" balas Darren sambil berpura-pura berpikir serius.
"wait, Shelma!" Darren terkekeh
Darren masih terkekeh sinis sembari menggeleng-gelengkan kepala. Melihatnya, Dirga semakin muak.
"lo gak usah mengulur-ulur waktu, Ren. yang gua tanyain sekarang cuma cukup dibalas antara ya dan enggak"
"iya, jawabannya iya" sergah Darren, cepat.
"apa alasan lo masuk geng itu? pantes selama ini gua perhatiin sifat lo jadi berubah drastis"
Darren memutar bola mata. Malas rasanya harus mengungkit masa lalu, tapi Dirga yang mulai terlebih dahulu.
"lo gak usah sok merhatiin gua, Ga"
Dirga mengangkat sebelah alisnya.
"maksud lo?" tanyanya, heran.
"dari kecil, papa dan mama selalu ngebanggain lo sebagai anak pertama, sampe mereka sendiri lupa kalo mereka masih punya anak kedua yang kurang kasih sayang. dalam segi, prestasi, sifat dan lain-lain lo selalu lebih unggul di atas gua. bukannya gua iri atau gimana, gua cuma kecewa aja sama kalian, kenapa disaat gua pengen berubah jadi lebih baik gak ada satupun dari kalian yang ngehargain perjuangan gua?!"
DEG!
Dirga termenung. Apakah hal tersebut yang membuat Darren berubah lalu memutuskan untuk masuk ke geng tadi?
"mama bahkan pernah bilang, gua bukan anak yang diinginkan buat lahir ke dunia. ketika gua pengen cerita ke lo, lo malah ikut-ikutan nolak gua. seakan gua ini bukan bagian dari keluarga kalian!"
Dirga semakin menundukkan kepala.
"sekarang lo udah tau alasannya kan? jadi, buat apa lagi gua berjuang mati-matian ngerubah seluruh sifat buruk gua kalo pada akhirnya gak akan ada yang ngeliat perjuangan gua?"
"mulai hari ini, jangan pernah ngurusin hidup gua, urusin aja hidup lo"
Darren bangkit meninggalkan Dirga sendirian di ruang keluarga. Memberinya waktu untuk berpikir lebih panjang.
Sampai dimana Dirga mulai membuka hatinya. Di keheningan malam, ia berusaha mengintropeksi dirinya sendiri. Sebentar, matanya melirik foto keluarga yang tergantung pada dinding. Foto itu memperlihatkan ia ketika kecil serta kedua orangtuanya tengah tersenyum lebar ke arah kamera, berbeda dengan Darren kecil yang hanya tersenyum tipis, berdiri sendiri di ujung kamera.
Hatinya kembali berdenyut sakit, mengapa baru hari ini ia menyadari hal ini? Perlahan, matanya menjalar pada jaket hitam milik Darren yang diletakkan di atas meja. Dirga meraih jaket tersebut, terlihat lambang geng yang katanya diketuai oleh adiknya.
"Dark Sky?"
____________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
DARREN✔
Teen Fiction(WAJIB VOTE SEBELUM MEMBACA!!) Della, gadis cantik, polos nan lugu yang menyukai seorang cowok nakal yang populer di sekolahnya. Ketua geng DARK SKY, Darren Azriel Wijaya. Di sisi lain, Dirga Argatsha Wijaya, seorang ketua OSIS dan kakak kandung Da...