29. Hadiah Terakhir

105 13 0
                                    

*Wijaya's House, 01:22 wib

Dirga terbangun dari tidurnya karena merasa tenggorokannya kering. Ia bangkit dan bergegas pergi menuju dapur untuk mengambil air putih. Setelah selesai membasahi kerongkongannya, Dirga ingin kembali ke kamarnya. Hingga langkahnya terhenti di depan kamar Darren yang terbuka lebar.

Darren terlihat duduk di bibir pembaringan sembari menghadap jendela, angin malam yang dingin pun masuk dan menerpa wajahnya. Tatapannya kosong, rambutnya berantakan. Dirga mendekati sang adik, ikut duduk di sampingnya.

  "Ren, lo kenapa?" tanyanya lembut.

  "Ga, bentar lagi gua mati"

Mendengar perkataan barusan, Dirga menoleh.

  "lo ngomong apa anjir?!"

  "barusan gua muntah darah"

  "h-hah?!" Dirga tercengang.

Darren mengalihkan pandangannya, menatap wajah kakaknya yang terlihat khawatir. Sekali lagi, Darren menganggukkan kepala.

 "gua titip Della, jag-"

  "lo gak boleh ngomong gitu, Ren!" tekan Dirga.

Darren menatap lekat wajah Dirga dengan tatapan sayu.

  "nanti gua anter lo ke dokter Riana, ada cara lain yamg masih bisa dilakukan. lo gak boleh pasrah gitu aja, lo ketua geng, inget keberhasilan temen-temen lo juga!"

Lelehan air mata kini sudah tak dapat Darren bendung lagi. Lelaki dengan sifatnya yang egois, angkuh, dan bengis bisa berubah menjadi begitu rapuh. Dirga memeluk tubuh adiknya, menepuk pundaknya, tanpa ia sadari perlahan air matanya pun jatuh.

  "lo harus berjuang buat Della, buat temen-temen lo, mereka semua butuh lo"

09:00 wib

Dokter Riana masih sibuk memeriksa keadaan Darren, sedangkan Dirga menunggu dokter dengan perasaan harap-harap cemas. Selepas menjalani serangkaian tes, dokter membawa kedua pemuda tersebut ke ruangannya. Memberikan hasil tes yang Darren telah jalani.

  "jadi, apa mas Dirga dan mas Darren setuju jika kami menjalankan kemoterapi ini?" ujar dokter Riana.

  "kami setuju dok" balas Darren.

  "jadi mulai besok, mas Darren bisa tetap berada di rumah sakit ya. dan selama kemoterapi berlangsung, perlu diketahui juga bahwa ada beberapa efek samping yang akan dialami" jelas dokter Riana. 

Setelah dirasa cukup berkonsultasi, kakak beradik itu pun mengundurkan diri berpamitan kepada dokter muda tersebut.

Di perjalanan. Dirga menyarankan Darren untuk menghubungi Della.

  "Ren, lebih baik lo telpon Della deh, biar dia juga tau kondisi lo" saran Dirga

  "gua belum bisa ngomong ke dia, kalo gua ngidap penyakit ini. apalagi besok gua udah mulai kemoterapi dan gak balik ke rumah beberapa minggu kedepan. gua takut dia nyariin gua"

  "maka dari itu, lo telpon dia sekarang"

Akibat paksaan dari Dirga, akhirnya Darren pun menelepon nomor Della.

  "babe? kamu dimana?"

Dirga yang masih fokus menyetir mobil, hanya mendengarkan obrolan mereka berdua lewat telepon.

  "aku mau ngasih tau kalo aku besok harus pergi keluar kota beberapa minggu kedepan"

Dirga menoleh, menatap Darren serius. Rupanya Darren masih bersikeras untuk menutupi semuanya dari kekasihnya itu. Darren hanya melirik sekilas dan membalas tatapan serius Dirga dengan ekspresi biasa saja.

DARREN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang