🦭2. Siswi Pertukaran Pelajar

41 7 9
                                    

Tandai jika ada typo. Happy reading! 🦭

 Happy reading! 🦭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





🦭🦭🦭

Setelah meneraktir teman saya yang banyak maunya itu, kami lalu kembali ke kelas saat bel tanda berakhirnya istirahat berbunyi. Lalu ... apakah kami bertiga langsung masuk ke kelas? Oh, tentunya tidak semudah itu! Rizal dan Mario bersikeras menggoda saya untuk tak masuk, kata mereka lebih baik ke kamar mandi dan berdiam diri di bilik toilet sambil bermain game online. Tentu saja mereka seperti itu karena malas dengan pelajaran seni. Melukis bukanlah kesukaan mereka, katanya itu membosankan dan membuat cepat mengantuk.

"Ayolah, Nio. Bolos sekali doang nggak bikin image lo jadi siswa berprestasi jadi jelek, kok. Semua orang di penjuru sekolah kenal siapa Antonio Azriel. Bahkan, gue rasa semut merah yang berbaris di dinding menatapku curiga ...." Lah? Mario malah keterusan sampai bernyanyi.

Rizal yang geram menampil pelan Mario. "Malah nyanyi si gobl*k!" Rizal dengan kesabarannya yang setipis tisu itu menghadapi lawakan Mario merupakan uji kesabaran baginya. Saya hanya tertawa pelan melihat dua teman saya yang aneh tapi nyata ini.

"Saya ke kelas ajalah. Kalian kalau mau bolos, gapapa, nanti saya absenin bilang kalau kalian sakit perut," tawar saya pada mereka. Saya bukan tak ingin image jelek, melainkan sudah terbiasa belajar mana bisa kalau disuruh bolos.

Mereka berdua saling lihat-lihatan, seperti tak percaya dengan saya. "Bener lo, ya, awas aja kalo lo cepuin," ancam Rizal yang membuat saya tertawa. "Ya, udah, Mar. Gass mabar!" Rizal merangkul lengan pundak Mario lalu mereka berdua berjalan menuju toilet. Kami berpisah di koridor. Ada-ada saja tingkah dua anak manusia itu.

Tanpa ingin berlama-lama di sini, saya bergegas menuju kelas. Ternyata saya perhatikan dari jendela luar, sudah ada guru yang masuk. Beliau berdiri di depan dengan seorang anak perempuan berseragam putih abu-abu biasa dengan rambut bondol itu. Iya, itu adalah gadis yang saya lihat di ruang guru tadi. Ah, jadi dia murid baru?

"Permisi, Pak." Saya mengetuk pelan pintu kelas yang terbuka, membuat semua pandangan tertuju pada saya.

"Iya, Nio, silakan masuk," ucap Pak Joko pada saya. Saya kemudian masuk dan langsung duduk di bangku saya yang berada di depan paling pinggir sebelah kiri.

"Dua prajuritnya mana, nih? Kok sendirian doang?" teriak Kevin yang ada di bangku paling belakang. Candaannya itu membuat seluruh kelas menertawai saya.

"Hahaha ...." gemuruh gelak tawa mereka. Saya hanya diam dan tak mempedulikan sikap iseng Kevin. Toh, dia akan bosan dan berhenti menggangu saya nantinya.

Never Mine, Antonio [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang