🦭28. Bertemu Seseorang

2 1 0
                                    

🦭🦭🦭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦭🦭🦭

Saya mengetik pintu kamar Mama. Saya bisa saja langsung masuk, tetapi tidak enak dengan Nara. Nanti dia tambah mengira kalau saya anak manja. "Mama ...," panggil saya. Dari dalam memang ada suara Mama dan Nara yang sepertinya sedang berbincang. "Ma ...!" Karena tidak ada yang menyahut, saya keraskan saja suara saya.

"Iya, bentar!" teriak Mama. Saya pun berhenti memanggilnya, karena Mama sudah menyahut. Tak lama kemudian, Mama keluar bersama Nara.

Mata saya tak berhenti menatap Nara, saat ia yang tadinya memakai kaos kebesaran yang sering dipakainya, kini berganti dengan dress motif bunga-bunga kecil berwarna hitam juga memakai riasan make-up. Sangat ... cantik. "Khem, kedip!" ucap Mama yang membuat saya berhenti memandang gadis itu dan menoleh ke arah lain.

"Ah, jadi gini, Ma, Nio mau izin diajakin Mario ke acara papanya Rizal di pantai. Bukan acara aneh-aneh, kok, Ma. Mungkin pembukaan restoran baru. Boleh, ya, Ma? Perginya rame-rame, kok. Nara juga ikut," tanya saya ke Mama.

"Boleh, tapi jagain Nara baik-baik, loh, ya."

"Oke, Nio siap-siap dulu. Mungkin habis ini mereka dateng." Saya melirik ke Nara yang sedang menyelipkan anak-anak rambutnya yang terurai itu. Saya mempercepat langkah saya dan segera menjauh dari mereka.

Di kamar, malah saya bingung mau pakai baju yang mana. Di lemari tidak ada jas ataupun kemeja. Hanya ada tiga kaos longgar. Ya, masa saya ke acara orang pakai kaos, sih? Nara saja pakai dress yang bagus begitu. Mau bagaimana lagi, saya tidak mungkin pulang ke asrama dulu untuk mengambil jas atau kemeja. Tidak mungkin juga minta tolong Mario dan Rizal untuk membawakan salah satu kemeja yang ada di asrama, kemungkinan mereka sudah sampai di jalan. Pinjam jas atau kemeja Papa pun, saya rasa kebesaran untuk ukuran saya.

Ya, sudahlah. Daripada saya tidak ganti baju, nanti malah dikira tidak mandi oleh mereka. Saya segera mandi dan  memutuskan memakai kaos hitam dan celana levis cream selutut. Menyemprotkan parfum ke seluruh badan agar wangi.

Setelah selesai, saya keluar kamar. Di ruang tamu sudah ada Rizal, Mario, dan Gladis yang duduk di sofa. Mereka disuguhi beberapa cemilan dan es jeruk oleh Bu Yati. "Loh? Nara mana? Tadi katanya mau pergi sama lo, Nio. Kok, nggak ada?" tanya Gladis bingung. Itu pun membuat saya celingukan, mencari Nara yang belum juga keluar dari kamar.

"Ada, kok. Tadi Nara di kamar mama saya. Mungkin sedang didandani oleh Mama. Makan dulu cemilannya, saya panggil mereka sebentar." Saya lalu meninggalkan mereka bertiga dan segera naik ke lantai dua, lalu menuju kamar Mama.

"Mama! Nara-nya mana? Sudah ditunggu Mario sama Rizal di depan!" teriak saya sembari mengetuk pintu kamar Mama.

Mama lalu membuka pintu, ia keluar bersama Nara. Namun, yang membuat saya terkejut adalah Nara kembali memakai kaos-nya yang tadi siang. Loh? Gadis aneh ini, harusnya dia tetap memakai dress yang membuatnya terlihat cantik tadi. Disuruh anggun satu detik saja tak bisa.

Never Mine, Antonio [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang