Tandai jika ada typo 🦭
🦭🦭🦭
"Selamat datang Mbak, Mas, mari saya antar ke meja kalian." Seorang pramusaji yang sama seperti tadi siang tiba-tiba membukakan pintu saat saya baru saja akan membukanya.
"Yuk." Saya menggandeng tangan Nara dan mengikuti pramusaji itu ke dalam restoran. "Duluan, ya, kalian pesen aja. Nanti saya yang bayar," ucap saya pada Mario, Rizal, dan Gladis sebelum pergi meninggalkan mereka.
Pramusaji tadi membawa kami masuk terus ke dalam restoran, hingga ada satu meja yang paling ujung di balkon. Tepatnya pada meja yang berhiaskan lampu kelap-kelip berwarna kuning itu. Disuguhi pemandangan kota yang penuh dengan gemerlap lampu-lampu malam. Indah sekali, Nara juga seperti sangat takjub. "Kedip!" tegur saya pada Nara.
"Apaan, sih!" Nara sepertinya tak terima, ia menyenggol lengan saya. Kami lalu berjalan dan segera duduk di tempat yang telah disediakan. "Tahu gini gue enggak pake kaos doang."
"Makanya jangan ngeyel kalau dibilangin." Saya menertawainya yang menyesal karena mengenakan kaos. Ya, lagian ada-ada saja. Dinner, kok, pakai kaos. Memangnya dia kira mau ke pasar?
"Ya, udah, sih, yang penting nyaman." Nara lalu tak berhenti menatap pemandangan kota dari atas sini. Dengan rambut yang digerai serta ditiup oleh angin itu membuatnya sangat cantik malam ini.
"Silakan, Mbak, Mas." Seorang pelayan perempuan beserta pelayan lainnya meletakkan dua buah piring dan minumannya di meja kami. Terlihat seperti sushi dan sashimi, juga ada minuman berwarna yang tidak saya ketahui itu varian rasa apa.
"Makasih," ucap saya. Lalu para pelayan itu pergi meninggalkan kami.
"Buset makanan apaan, nih?! Ikan mentah begini, emang gue kucing apa dikasih ikan mentah?!" Dia mengicau sambil melihat aneh ke sashimi yang ada di piringnya itu.
"Hahahah ....!" Saya tertawa puas melihat tingkah gadis ini yang menyebut dirinya kucing. "Ini namanya sashimi, Ra. Emang dari ikan mentah, tapi enak, kok, kalau udah dicelup ke sausnya. Nih, cobain." Saya mengambil satu potong sashimi itu dan mencelupkannya ke saus sashimi, lalu menyiapkan ikan itu ke Nara.
Ia akhirnya mau melahap satu suapan dari saya, meski tatapannya curiga. Saya pun melahap satu potong sashimi. "Huek!" Nara segera mengambil tisu dan membuang sashimi yang barusan ia makan, lalu membungkusnya ke selembar tisu. "Amis! Kayak ikan mentah rasanya!" ocehnya dengan memasang wajah tidak suka itu. Saya segera mengambilkannya salah satu minuman yang ada di meja.
"Ini, minum dulu," ucap saya sembari memberikannya minuman. Nara meminum minuman berwarna merah muda itu sampai habis.
"Tahu gini mending kita makan di warteg aja, Nio! Bisa muntah gue dikasih makan ikan mentah! Lagian kenapa ga dikasih ayam kentucky kayak tadi siang aja, sih?!" Dia mengomel kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Mine, Antonio [END]
Teen Fiction[STORY 6] GENRE: TEENFICTION - SUPRANATURAL ~ PREKUEL BEFORE SUNSET ~ °°°°°°° Siapa sangka jika malam ulang tahun temannya adalah awal bencana bagi anak pengusaha terkenal yang selalu mendapat prestasi gemilang di sekolah? Iya, hanya karena satu vi...