🦭🦭🦭
"Khem, siapa, tuh? Akrab amat keliatannya."
Selepas kepergian gadis bernama Clara tadi, Nara tiba-tiba muncul sendirian, tidak bersama Gladis. "Ah, itu ... cuma numpang duduk karena nungguin temennya," jawab saya. Nara kemudian duduk di samping saya. "Mau saya ambilin minum?" tawar saya padanya.
"Nggak usah, bisa ambil sendiri," jawab Nara dengan nada sinis. Dia kenapa, ya? Ah, mungkin sedang kesal dengan sikap teman-teman yang baru ia temui tadi. Ya, sudah akhirnya saya berdiri dan mengambil satu minuman untuk saya sendiri.
Saya mengambil satu gelas minuman berwarna putih yang entah ini rasa apa, lalu kembali duduk di sofa yang tadi. Nara masih diam dan tidak menyapa saya. "Mau?" tawar saya sembari mengangkat gelas minuman.
Nara menoleh pada saya, kemudian merebut minuman yang saya tawarkan tadi. Ck, tadi katanya tidak mau, pas diberi langsung diambil, tuh. Nara lalu meminumnya sampai habis. "Pelan-pelan minumnya, nanti tersedak," ucap saya memberi tahunya. Dia malah semakin cepat meminum air itu sampai habis. Dasar, gadis keras kepala.
"Hei, Bro?!" Suara dari seseorang itu membuat saya menoleh. Aldo ternyata, dia berdiri di depan saya dan Nara. Melihat itu, membuat saya langsung berdiri.
"Hai, Al, selamat ulang tahun, ya." Saya memeluknya, kemudian memberikan kado yang saya bawa.
"Selamat ulang tahun, Al." Nara tersenyum menyalami Aldo dan memberikan kadonya.
"Makasih, Nio, Nara. Eh, duduk dulu, ya. Bentar lagi acaranya dimulai. Gue ke sana dulu, ya. Makasih kadonya!" Aldo terlihat senang lalu ia meninggalkan kami.
Nara yang semula tersenyum itu, langsung memasang wajah cemberut lagi ketika saya menoleh padanya. Aneh, dia kenapa, sih? Oh, jangan-jangan ia ingin segera pulang. Karena tadi ia bilang kalau tidak nyaman pakai pakaian yang seperti itu.
Acara inti pun dimulai, kamu berkumpul dan melingarin Aldo, dia terlihat sangat senang dikelilingi oleh para tamu yang bernyanyi lagu ulang tahun untuknya.
"Potongan kue pertama gue kasih buat ...." Aldo melihat sekelilingnya, seakan mencari orang yang ingin dia beri potongan kue yang pertama. "Buat lo, Dis." Aldo memberikan kue itu ke Gladis yang berada lumayan jauh dari jaraknya berdiri. Gladis malah terlihat bingung, begitu pun saya, apalagi Mario yang terlibat sangat terheran-heran. "Makasih udah mau jadi sahabat gue," lanjutnya pada Gladis.
"Makasih, Al." Gladis pun menerima piring datar berisi sepotong kue ulang tahun pemberian Aldo. Mario terlihat hanya diam, menatap Aldo dengan tatapan dingin. Eum ... mungkin dia cemburu?
Acara utama pun selesai. Saya dan Nara memutuskan pamit pada Aldo untuk pulang terlebih dulu, karena Nara terlihat sudah tidak nyaman sedari tadi. "Al, sekali lagi selamat ulang tahun, ya. Saya izin mau pamit pulang ke asrama dulu," ucap saya pada Aldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Mine, Antonio [END]
Teen Fiction[STORY 6] GENRE: TEENFICTION - SUPRANATURAL ~ PREKUEL BEFORE SUNSET ~ °°°°°°° Siapa sangka jika malam ulang tahun temannya adalah awal bencana bagi anak pengusaha terkenal yang selalu mendapat prestasi gemilang di sekolah? Iya, hanya karena satu vi...