🦭19. Nara Ribet!

9 2 0
                                    

🦭🦭🦭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦭🦭🦭


"Ini, ya, Mbak, hadiahnya karena kalian telah memenangkan event kami." Seorang laki-laki yang merupakan pramusaji itu mengantarkan dua porsi makanan dan minuman pada saya dan Nara yang duduk di dalam restoran.

"Ini gratis, kan, Mas?" tanya Nara begitu saja. Astaga, kenapa ia sangat membuat saya malu, tetapi yang dia tanyakan itu ada benarnya juga, kami sedari tadi hanya duduk dan belum memesan. Tiba-tiba saja sudah datang seporsi makanan.

"Gratis, Mbak. Ini voucher makan malamnya. Hanya untuk nanti malam, ya," ucap si pramusaji sembari memberikan Nara sebuah kertas yang ia sebut voucher tadi. "Saya permisi dulu, Mbak dan Mas." Ia lalu pergi meninggalkan kami.

"Woah! Mimpi apa gue semalem, sampe dapet rezeki sebanyak ini!" Nara terlihat sangat senang sambil menggigit ayam kentucky dengan lahap. Tak lupa satu kakinya naik ke atas kursi. Kalau sudah kebiasaan memang susah.

"Stttt! Kakinya!" Saya berbisik dan memelototi Nara yang sedang makan dengan lahap itu. Dia hanya memutar bola mata, lalu menurunkan kakinya yang semula ia naikkan itu. Heran, perempuan kalau makan duduknya, kok, seperti itu. Gadis yang sangat jauh dari kriteria perempuan idaman saya.

"Nih, buat lo." Nara memberikan sambal cabainya pada saya. Ah, iya, saya sampai lupa kalau dia punya sakit asam lambung. "Lo nggak mau makan, nih? Mumpung gratis, loh!" Nara lalu lanjut makan. Padahal, melihat gadis ini makan saja sudah membuat saya kenyang.

"Saya nggak pernah makan gratisan gini," jawab saya. Memang benar, saya, kan, selalu bayar kalau makan di luar.

"Buset, gaya lo selangit! Kalo nggak mau, sini, buat gue aja!" Dia menarik piring saya, tetapi segera saya tahan. "Laper aja belagu lo!" ucapnya.

Saya lalu memakan ayam milik saya. Ternyata makanan di restoran ini sangat enak. Saya malah baru tahu ada restoran ini di sini. Tiba-tiba saja dia sudah selesai makan. Cepat sekali, saya saja baru menghabiskan setengahnya.

"Nio, fotoin gue, dong!" teriaknya tiba-tiba. Saya yang masih makan sontak kaget. Tumben ia minta difoto.

"Buat apa?" tanya saya heran. Gadis ini sangat random menurut saya.

"Buat di-posting di story lo-lah! Gue, kan, pacar lo, masa jarang di-posting, sih?" jawabnya. Masa iya saya harus mempostingnya fotonya juga. Lagipula, kami hanya pura-pura.

"Kan, biasanya saya cuma repost postingan kamu," jawab saya.

Nara terlihat menarik napas malasnya itu. Mungkin, baginya menjelaskan hal yang tengah jadi trend ke saya adalah hal yang membosankan. Siapa suruh mau dijadikan pacar pura-pura. "Ya nggak gue aja, dong, yang harus posting, lo juga harus. Udah, cepet keluarin handphone lo, terus fotoin gue," ucapnya begitu bersikeras menyuruh saya memotretnya.

Malas berdebat, akhirnya saya pun mengalah. Bukannya laki-laki itu memang kodratnya mengalah terus, ya? "Siap, satu, dua, tiga!" Saya asal memencet tombol itu, ternyata wajah Nara terlihat belum siap. Bahkan, terlihat matanya terpejam dalam foto itu.

"Lah? Gue belum siap, Anjir! Coba liat!" Nara tiba-tiba merebut handphone saya tanpa aba-aba. Wajahnya terlihat shock melihat apa yang ada di dalam handphone. "Apa-apaan, nih? Ulang, nggak mau tahu pokoknya ulang! Apaan banget gue merem begini?" ocehnya panjang lebar. Bukan terlihat seram, ia malah terlihat lucu.

"Ya, udah sini handphone saya." Sambil sedikit tertawa saya meminta handphone itu kembali. "Padahal ini bagus buat nakut-nakutin hantu," ucap saya lirih.

"Apa lo bilang?!" teriaknya yang membuat saya kaget.

"Nggak ada. Cepet senyum!" titah saya. Nara menata rambutnya, juga baju yang ia pakai. Ia langsung tersenyum, tetapi tidak melihat ke arah kamera. "Satu, dua, tiga!" Saya memencet tombol putih yang berada di tengah itu.

"Coba liat!" ucap Nara. Dengan malas saya memperlihatkan layar handphone padanya. "Nah, itu bagus. Sini gue pinjem. Mau gue post!" Lagi, dia tiba-tiba merebut handphone saya. Saya hanya lanjut makan, dan membiarkan gadis ini menguasainya handphone saya itu.

Tak beberapa lama kemudian, dia mengembalikan handphone saya dengan posisi layar masih menyala dan menampilkan status WhatsApp yang barusan dibuat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak beberapa lama kemudian, dia mengembalikan handphone saya dengan posisi layar masih menyala dan menampilkan status WhatsApp yang barusan dibuat.

Tak beberapa lama kemudian, dia mengembalikan handphone saya dengan posisi layar masih menyala dan menampilkan status WhatsApp yang barusan dibuat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saya hanya bisa tersenyum melihat tingkah gadis ini. Pasti Mama, Papa.  Mario, dan Rizal sedang tertawa saat ini melihat status WhatsApp saya. Selesai makan, kami beranjak pulang. "Jangan lupa ntar malem, ya," ucap Nara tiba-tiba. Itu membuat saya menoleh padanya. Nanti malam ngapain maksudnya?

"Nanti malam ngapain?" tanya saya bingung.

Nara berhenti berjalan dan menatap pada saya. "Lah? Lo lupa? Kita baru aja dapet voucher dinner, loh. Ya, kali mau lo sia-siain. Rugilah!" jawabnya.

"Oh, itu ... oke." Saya mengangguk dan tersenyum.

🦭🦭🦭

🦭🦭🦭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Never Mine, Antonio [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang