Bagian 3 : Penindasan

731 120 11
                                    

"Masuk."

Doyoung berdiri di depan sebuah mobil hitam yang asing, di kursi kemudi, Jeongwoo telah duduk dengan jendela terbuka, menunggu Doyoung untuk masuk ke dalam mobil tersebut.

"Nggak makasih, Gue punya mobil sendiri."

Tanpa menunggu jawaban Jeongwoo, Doyoung berjalan menuju garasi rumah tempat mobil kesayangannya berada. Dan Jeongwoo masih di tempat, melihat kembali jam tangannya dan sesaat kemudian ia menggumam kecil.

"Tiga...dua...sa——"

"PARK JEONGWOO SIALAN, MOBIL GUE DIMANA?"

Jeongwoo turun dari mobilnya, ia nyaris terkekeh ketika melihat Doyoung berjalan dengan marah dan wajah yang memerah ke arah nya. Tangannya mengepal.

"Lo kemanain mobil Gue?" Tanya Doyoung. Sudah dipastikan wajah menjengkelkan Jeongwoo merupakan dalang dibalik semua ini. Doyoung sudah dikonfirmasi sama tukang kebun yang kebetulan tadi lewat bahwa dia melihat Jeongwoo mengendarai mobil kuning Doyoung pagi-pagi sekali.

"Mobil kuning jelek itu?" Tanya Jeongwoo sembari menaikkan sebelah alisnya.

Sudahlah bersalah, menghina pula.

"Heh! Lo nggak makan setahun juga belum tentu kebeli itu mobil. Enak aja ngata-ngatain mobil Gue."

Anak siapa ini? Suaranya cempreng. Jeongwoo lama-lama sakit telinga dibuatnya.

"Lo kemanain mobil Gue?" Tanya Doyoung lagi dengan tidak sabaran. Beberapa jam mengenal Jeongwoo mengapa sudah menyusahkan seperti ini, Ya tuhan, dosa apa yang Doyoung lakukan di masa lalu?

"Saya jual."

Sialan!

Apalagi kata-kata umpatan? Doyoung rasanya ingin menyemburkan sebanyak mungkin kata umpatan untuk orang di depannya.

Jeongwoo mengambil sebuah amplop yang sepertinya sudah terisi.

"Nih, cuma laku sepuluh juta, saya juga bisa beli."

Doyoung memandang amplop tersebut, dan Jeongwoo memaksa tangan Doyoung untuk mengambil nya. Entah bagaimana Doyoung harus berkata-kata lagi, ia menatap Jeongwoo dengan murka, namun mulutnya masih terdiam seolah tak bisa melontarkan kalimat lagi.

"Cepetan masuk, atau saya angkat lagi kayak tadi?"

Doyoung menggerakkan gigi nya lalu berjalan masuk ke jok belakang. Ia membanting pintu mobil dengan keras tak peduli ini mobil siapa. Yang jelas, suasana hati nya benar-benar buruk, Doyoung akan marah dalam beberapa jam ke depan.

***

"Tumben diantar supir?" Doyoung menoleh setelah merapikan buku-bukunya ke dalam tas. Hari ini terasa lebih melelahkan dari biasanya. Energi Doyoung seakan terserap habis.

"Nggak tau Mashi, Gue jangan diajak bicara. Lagi emosi."

Lelaki dengan mata bulat bernama Mashiho itu mengerjapkan matanya dua kali. Sesaat kemudian ia tak lagi melontarkan kalimat.

Namun bunyi notifikasi mengalihkan perhatian Doyoung. Ia mengerutkan keningnya ketika melihat siapa yang memberinya pesan.

MASHI UTANG 10K

Tumben diantar supir?

Dia menoleh kepada Mashiho yang juga tengah menatapnya seolah menunggu jawaban.

"Kenapa ngechat?"

Tinggg.

MASHI UTANG 10K

FEIGN || JEONGBBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang