Hari-hari menuju ujian penilaian akhir menjadi masa paling sibuk. Seolah semua tugas datang bagai cicilan bulanan. Banyak dan bikin pusing. Sebenarnya Doyoung bisa saja menyewa orang mengerjakan tugas-tugasnya. Tapi itu dulu. Saat ia masih kaya.
Sekarang kan semuanya terbatas. Entah harus bersyukur atau mengeluh. Doyoung jadinya harus mengerjakan tugas-tugasnya sendiri walaupun lewat dari deadline yang ditentukan.
"Di cafe punya Papa Gue gimana?" Itu Raewon, teman sekelas Doyoung yang kebetulan satu kelompok dengan Doyoung dan Mashiho. Mereka ada lima orang sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh dosen.
"Boleh."
Setelah semuanya setuju, mereka bersiap untuk segera mengerjakan proyek kelompok agar cepat selesai.
"Lo nggak bilang dulu sama om Jeongwoo?" Doyoung menggeleng kecil mendengar pertanyaan Mashiho. Mengapa harus bilang dengan Jeongwoo? Lagipula seharian ini Jeongwoo itu sibuk.
Lagipula Doyoung itu belum terikat sepenuhnya dengan Jeongwoo. Doyoung rasa tidak perlu. Nanti saja kalau ditanya Jeongwoo baru Doyoung bilang.
Kali ini Doyoung bersama Mashiho di dalam mobil Mashiho. Nasib mobil nya dijual, jadi menumpang begini di mobil orang. Doyoung jadi rindu mobil kuningnya itu.
Hari yang cerah seakan memberi pertanda pada Doyoung bahwa semua pekerjaan kelompok hari ini tidak dapat ditunda dengan alasan cuaca. Doyoung sebenernya tidak terlalu berkontribusi, paling bagian iya-iya saja.
Setelah berkendara beberapa menit, mobil Mashiho yang semula mengikuti mobil-mobil di depannya itu berhenti di sebuah cafe. Gaya modern dengan kursi-kursi yang terletak pada eksterior, dilengkapi payung untuk menghalau terik. Barangkali tempat ini cukup populer mengingat banyak sekali orang-orang yang menghabiskan waktu mereka disini.
Doyoung turun dari mobil bersama dengan yang lainnya. Dipimpin Raewon sebagai anak dari pemilik cafe ini, mereka memasuki cafe dengan berurutan.
"Mbak, aku dah pesan meja tadi." Raewon berkata pada pegawai yang berjaga. Karena sudah mengenal, penjaga tersebut mengantarkan mereka pada meja paling ujung. Terdapat satu kursi tambahan karena mereka lima orang.
Di atas meja telah tersaji beberapa kue dan minuman sebagai bentuk jamuan sang tuan rumah. Doyoung tanpa basa-basi langsung duduk. Bukan karena tidak sopan, tapi netra nya tak sengaja menangkap presensi yang begitu ia kenali sehingga cukup menarik minatnya untuk memilih tempat duduk yang strategis. Matanya menatap lurus, memastikan apa yang ia lihat benar adanya.
"Doy, itu bukannya om Jeongwoo."
Doyoung membelalakkan mata karena Mashiho berkata dengan cukup keras. Menunjuk-nunjuk pula. Doyoung menarik paksa tangan Mashiho untuk diam. Mengisyaratkan bahwa sebenarnya Doyoung telah mengetahui Jeongwoo ada disini.
Menikmati kopi dengan laptop menyala.
Dan seorang wanita?
Doyoung memicingkan pandangan, memastikan bahwa Jeongwoo memang benar-benar duduk berhadapan dengan seorang wanita yang tengah berbicara panjang. Sedangkan Jeongwoo menyimak sembari mengangguk-angguk sesekali.
"Kenapa Doy?" Tanya Raewon.
Doyoung menggeleng kecil. Menjawab pertanyaan Raewon dan kembali kepada tugas kelompok yang menjadi tujuan utama Doyoung datang kemari.
"Om Jeongwoo sama siapa?" Doyoung merasakan bisik-bisik dari sebelah kanannya dan menemukan Mashiho menatapnya penuh tanya.
Doyoung mengedikkan bahu nya sebagai respon. Ia juga bingung terkait dengan siapa Jeongwoo berbincang di cafe yang sebenarnya cukup populer di kalangan anak muda. Terutama untuk tempat berkencan, terlihat dari banyaknya pasangan-pasangan di dalam cafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEIGN || JEONGBBY
FanfictionSemenjak pertemuannya dengan Park Jeongwoo, hidup Doyoung seakan berada dalam tahanan. Dan Doyoung sekali lagi membenci fakta bahwa dia tak bisa lari dari sosok yang selalu ia benci itu. WARN! BXB area!