Semakin kesini semakin Doyoung sadar bahwa tidak ada lagi jalan keluar untuknya. Mungkin terjebak dengan Jeongwoo bukan pilihan yang buruk, selain saat Doyoung melakukan kesalahan, sikap Jeongwoo padanya begitu baik.
Hari-hari menuju pernikahan dan pemilihan walikota tinggal menunggu hari. Tapi pernikahan ini tidak menganggu Jihoon sama sekali, malah sebuah keuntungan karena mendapatkan Park Jeongwoo sebagai menantu nya, membuat posisi Jihoon cukup aman di kursi walikota.
Sama hal nya dengan Doyoung, jika yang lainnya akan sibuk wara-wiri mempersiapkan pernak-pernik pernikahan, Doyoung justru bisa bersantai karena semua Jeongwoo yang mengurusi. Ini sudah yang paling benar mengingat Doyoung juga tidak bisa berkontribusi banyak. Ia cukup mempersiapkan dirinya untuk momen yang kata orang sangat sakral itu.
"Kemarin yang Lo lempar ke Haruto apa?" Tanya Doyoung karena menurutnya Jeongwoo sudah bisa diajak bicara daripada kemarin.
Mereka sedang dalam perjalanan menuju kampus Doyoung. Jeongwoo tidak bisa membiarkan Jeongwoo terus membolos dengan alasan mengurusi pernikahan.
"Undangan pernikahan." Jawab Jeongwoo singkat. Ia fokus pada jalanan yang agak padat hari ini.
"Loh udah jadi?" Tanya Doyoung setengah terkejut. Ia pikir akan lebih lama mencetak undangan yang jumlahnya entah ada berapa. Bagian tamu siapa yang mengurusi saja Doyoung tidak tahu.
Mobil berhenti ketika berada di perempatan lampu merah. Jeongwoo membuka dashboard mobil dan mengambil benda persegi yang lumayan tebal. Memberikannya kepada Doyoung dengan sebuah nama yang tercetak dengan tinta emas.
"Kasih ke temen mu." Kata Jeongwoo.
Doyoung melihat satu undangan pernikahan yang ditujukan untuk Mashiho. Hanya satu memang, karena Doyoung juga tidak yakin mengundang banyak teman-temannya. Begini lebih baik.
"Bilang sama temen mu undangannya jangan lupa dibawa. Kalau engga ntar dia nggak bisa masuk.
Doyoung melirik sebentar, lalu mengangguk.
"Kalau Mashiho mau bawa temen gimana? Maksudnya gebetan dia? Kalau sendirian kasihan, mau ngobrol sama siapa dia nanti?" Mengingat sepak terjang Mashiho yang tidak bisa diam, Doyoung harus memastikan Mashiho memiliki teman bicara untuk mengusir jenuh.
"Kalau gitu, ambil satu lagi." Balas Jeongwoo sembari melajukan mobilnya kembali setelah lampu merah berganti hijau.
Tak terasa kini mereka telah sampai di kampus Doyoung. Seperti biasa, Doyoung turun tanpa menunggu Jeongwoo repot-repot membukakan pintu mobil, tidak ada harapan lagi untuk membuat Jeongwoo sedikit lebih romantis. Yang penting uang nya mengalir.
Namun kali ini setelah Doyoung turun, Jeongwoo ternyata juga ikut keluar. Ia mendekati Doyoung yang bingung sebelum tiba-tiba mengecup kening Doyoung dengan cepat. Ini benar-benar tiba-tiba, Doyoung dibuat membeku untuk beberapa saat dengan mata yang membulat.
"Maksud Lo apa?" Doyoung mendadak gugup, wajahnya memerah otomatis.
Sedangkan Jeongwoo seperti biasa, lelaki itu pandai mengontrol ekspresi wajahnya.
"Saya nyari di internet katanya orang-orang sering cium kening pasangan. Saya jadi penasaran." Jawab Jeongwoo dengan sudut bibir nya yang tertarik, ia kembali ke dalam mobil tanpa tahu bahwa setiap tindakan tiba-tiba dari Jeongwoo membuat Doyoung seribu kali lebih bingung dalam menyikapi hubungan mereka sebenarnya.
***
Doyoung berjalan linglung sepanjang koridor tanpa tahu keanehan-keanehan yang mengelilinginya. Disaat dirinya tak memperhatikan sekitar, sebuah tarikan membuatnya otomatis mengikuti kemana si pelaku pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEIGN || JEONGBBY
FanficSemenjak pertemuannya dengan Park Jeongwoo, hidup Doyoung seakan berada dalam tahanan. Dan Doyoung sekali lagi membenci fakta bahwa dia tak bisa lari dari sosok yang selalu ia benci itu. WARN! BXB area!