Doyoung tak percaya akhirnya ia sampai di rumah besar ini. Bersama Jeongwoo dengan tujuan membahas pernikahan. Kali ini Doyoung tak se berisik biasanya, ia hanya memandang lurus ke depan sampai tidak sadar kini mereka sampai di halaman rumah yang luas itu.
"Ini rumah Lo?" Tanya Doyoung. Sebenernya basa-basi karena Jeongwoo kalau didiami juga akan diam. Jadi selama perjalanan mereka hanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Menurut mu?" Jeongwoo menaikkan sebelah alisnya, dan Doyoung menghela napas lelah karena percuma saja berbasa-basi dengan orang yang selalu to the poin seperti Jeongwoo. Mengajak menikah saja tidak ada kata-kata cinta atau pujian selayaknya orang melamar.
Doyoung tersentak ketika ia merasakan tangan Jeongwoo meraih tangannya, ia mengerutkan keningnya saat merasakan dingin menyelimuti jari manisnya hingga akhirnya Doyoung dapat melihat sebuah cincin disana. Jeongwoo menyematkannya tanpa aba-aba membuat Doyoung mengangkat tangannya untuk melihat sebuah benda yang kini tersemat di jemari nya.
"Apa ini?" Tanya Doyoung.
"Emang yang kamu lihat apa?"
Doyoung berdecak, lama-lama ia tidak suka berbicara dengan Jeongwoo.
"Bisa nggak Lo jelasin kenapa tiba-tiba ngasih cincin? Bisa pas lagi di jari Gue." Doyoung mengerutkan keningnya curiga, tapi Jeongwoo justru terlihat tenang sembari masangkan cincin yang serupa di jemari nya sendiri.
"Biar kayak orang-orang." Balas Jeongwoo singkat, ia juga tersenyum tipis yang jarang sekali Doyoung lihat.
"Ayo."
Jeongwoo menyudahi kegiatan menggelikan itu dengan mengajak Doyoung masuk ke dalam rumah. Tapi saat sampai di pintu Jeongwoo mendadak berhenti, membuat kepala Doyoung terbentur punggung Jeongwoo karena tak siap.
"Aduh."
Keras sekali punggungnya, Doyoung sampai mengusap dahi nya yang sempat terasa ngilu beberapa saat.
Jeongwoo berbalik badan, melihat makhluk yang lebih kecil darinya itu dengan tatapan bingung. Namun sesaat kemudian ia kembali berbicara setelah ingat untuk memberikan wejangan apa saja yang harus Doyoung lakukan di dalam sana selagi mereka membahas tentang pernikahan.
"Kamu harus inget kontrak kamu sama saya. Kalau kamu bertingkah yang ngebuat Ayah saya batalin pernikahan kita, saya bakal bikin kamu menderita." Jeongwoo berkata dengan nada serius, tapi Doyoung menanggapinya dengan kekehan yang lama-kelamaan menjadi sebuah tawa.
"Doyoung."
Doyoung menghentikan tawa nya. Ia mengangguk dengan hormat seolah mengerti perintah Jeongwoo walaupun mulutnya masih mencoba menahan tawa.
Mengerikan sekali ancamannya. Doyoung jadi takut.
Tapi melihat Jeongwoo mengatakan hal itu dengan raut serius entah kenapa membuat Doyoung geli. Sepertinya seseram apapun orang, pasti memiliki sisi lucu. Hanya belum nampak saja.
Doyoung dibuat terpana sejak pintu utama dibuka. Ya seperti tipikal rumah orang kaya. Semuanya berpadu antara modern dan vintage, suasana rumah terkesan hangat tanpa Doyoung ketahui sebabnya.
Lalu pandangannya jatuh kepada ruang tamu yang telah berisi empat orang. Jihoon, Haruto, dan dua orang lagi yang Doyoung yakini sebagai orang tua Jeongwoo.
Haruto versi anak rumahan kenapa tampan sekali. Andai saja yang mengajak menikah adalah Haruto.
"Ayah." Panggil Doyoung ke arah Jihoon. Doyoung mendahului Jeongwoo untuk duduk di sebelah sang Ayah yang menyambutnya hangat. Memang sialan si Jeongwoo, Doyoung bahkan tidak bisa membuat sang Ayah pulang saat sibuk, tapi lelaki itu dengan mudah membawa Jihoon kemari hanya untuk pembahasan yang menurut Doyoung agak tidak berguna.
Doyoung juga sudah setuju, masalah bagaimana pernikahan mereka, kapan tanggalnya, berapa biaya nya, semuanya harusnya Jeongwoo yang memikirkan. Doyoung sih maunya terima jadi. Enak saja dia yang dipaksa menikah, dia yang harus keluar biaya.
"Ini putra saya, Pak Jaehyuk." Jihoon memperkenalkan Doyoung kepada Jaehyuk. Doyoung rasa ini adalah Ayah dari Jeongwoo. Ia pernah melihatnya di internet. Dan yang duduk diantara Haruto dan Jeongwoo pastilah Asahi.
Dan sejak kapan Doyoung sadar bahwa pandangan Haruto tak lepas darinya. Belum lagi tatapan Jeongwoo yang seakan terkunci padanya.
"Jadi nak, bener kamu mau nikah sama Jeongwoo?"
Tipikal Ayah konglomerat yang tegas dan galak mendadak buyar setelah melihat Jaehyuk. Lelaki paruh baya itu begitu hangat saat bertanya pada Doyoung. Seolah ia memastikan bahwa Doyoung tidak terpaksa menerima semua ini. Tatapannya tulus, kalau boleh Doyoung ingin menikah dengan Jaehyuk saja.
Jadi yang kedua tidak masalah.
Tapi Doyoung menggeleng menepis pemikiran yang aneh itu. Ia memang tidak tahan jika melihat yang tampan-tampan.
Ingin rasanya Doyoung menggeleng sekarang juga dan mengatakan bahwa ia tidak mau jika harus menghabiskan seumur hidup dengan Jeongwoo. Tapi begitu Doyoung akan menjawab, tatapannya tak sengaja bertemu dengan Jeongwoo yang seakan memperingatkan bahwa Doyoung tidak boleh main-main lagi sekarang.
"I-iya Om——"
"BOHONG!"
Semua mata tertuju pada pelaku yang berperan sebagai oposisi, sangat menentang pernikahan ini padahal status nya tidak jelas. Anak jaman sekarang memang begitu.
"Lo bilang dipaksa kan? Nggak perlu takut Doy, Gue juga kaya. Gue bakal lindungin Lo——Aduhh." Asahi terpaksa memukul kepala Haruto karena anak itu banyak omong. Padahal tadi niatnya Asahi ingin mengurung Haruto di kamar, atau mengungsikannya agar pembahasan ini berjalan lancar.
"Saya ada maksa kamu?"
Kini semua atensi tertuju pada Jeongwoo. Dia terlihat tenang saat bertanya namun wajahnya seakan menegaskan untuk Doyoung agar memberikan jawaban yang Jeongwoo mau. Atau mungkin setelah ini Jeongwoo benar-benar akan membuat Doyoung menjadi gelandangan.
"Doyoung mau nikah sama Jeongwoo om. Ini kemauan Doyoung sendiri." Kata Doyoung, sudah sejak lama ia tidak berkata dengan nada manis seperti ini. Ayah nya saja terkejut. Tapi tak urung senyuman menghiasi wajah Jihoon, ia mengusap kepala putranya dengan senyuman yang mengembang.
Entah apa maksudnya, tapi Jihoon begitu bangga seolah Doyoung telah melakukan hal yang besar dan membanggakan.
Jeongwoo merasa puas walaupun dirinya tetap sama. Tapi sepertinya si bawang merah tidak juga puas dengan jawaban Doyoung. Lihat saja bagaimana Haruto mencoba kembali mengutarakan opininya andai tidak ditahan Asahi.
"Kamu serius nak?" Tanya Jaehyuk sekali lagi. Ia tahu betul pernikahan ini hanya akan berhasil membawa Jeongwoo meraih ambisi, namun isi pernikahan yang sebenarnya, Jaehyuk mengkhawatirkan itu. Bagaimana nanti dengan Doyoung?
Doyoung mengangguk.
"Saya rasa, Jeongwoo dapat membimbing saya dengan baik."
"Doyoung, jujur aja——"
"Haruto!"
Jeongwoo lama-lama tidak suka dengan Haruto, walaupun sejak dulu ia tidak pernah menganggap Haruto sebagai saudaranya. Tapi rasa tidak suka nya semakin besar setelah Haruto menentang pernikahannya.
"Kalau saya maksa Doyoung, dia nggak mungkin nerima lamaran saya." Jeongwoo menunjukkan jemari nya yang telah tersemat cincin. Kini semua pandangan tertuju pada jemari Doyoung yang memakai benda serupa.
Doyoung diam-diam menggerutu, dasar licik memang si Jeongwoo. Ternyata begini tujuannya memberi Doyoung cincin.
Jaehyuk menghela napas, ia sempat terdiam untuk menimang keputusan apa yang akan ia ambil kali ini. Lalu pandangannya jatuh kepada seseorang yang baru-baru ini dikenalkan Jeongwoo sebagai calon pasangannya.
"Kalau begitu, om minta tolong kamu buat temenin Jeongwoo terus ya nak, om restuin kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
FEIGN || JEONGBBY
FanfictionSemenjak pertemuannya dengan Park Jeongwoo, hidup Doyoung seakan berada dalam tahanan. Dan Doyoung sekali lagi membenci fakta bahwa dia tak bisa lari dari sosok yang selalu ia benci itu. WARN! BXB area!