Liburan semester selalu menyenangkan bagi Doyoung. Setidaknya ia bisa menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang sampai lupa pulang. Biasanya banyak sekali agenda dari pergi ke gunung sampai ke pantai. Banyak sekali yang mengajaknya kesana-kemari.
Tapi sekarang keadaannya berbeda. Liburan Doyoung terasa jenuh padahal baru dua hari dari semenjak libur semester. Sejak kemarin Doyoung hanya berdiam diri di rumah, berpindah dari kamar menuju ruang televisi, lalu ke dapur mengambil makan, kemudian ke depan menyapa tanaman-tanaman saking stres nya Doyoung di rumah.
Sebenarnya banyak sekali rencana yang menghampirinya, kemanapun itu. Biasanya Doyoung hanya mengiyakan karena ia juga akan bersenang-senang. Tapi semenjak Park Jeongwoo menyerang, keuangan Doyoung benar-benar tidak stabil. Bahkan kurang dari cukup.
Sepuluh juta itu kurang!
Belum lagi Doyoung merasa bosan dengan pakaian-pakaiannya saat ini, ingin rasanya keluar. Menghabiskan uang sebelum harus mencari uang sendiri.
Doyoung jenuh.
Jeongwoo entah kemana, Doyoung pun tak peduli. Sedangkan sang ayah sedang gencar-gencarnya kampanye. Entah dimana sang ayah sekarang, yang jelas pria paruh baya itu terlalu sibuk untuk sekedar duduk menonton siaran berita di televisi.
Berbagai posisi duduk sudah Doyoung coba, berbagai siaran dari drama sampai kartun tak membuat bosannya hilang. Akhir-akhir ini seakan Doyoung tak merasa punya teman sama sekali.
Bagaimana mau punya teman, kuliah diantar, pulang dijemput, pergi diawasi. Doyoung nyaris tak punya waktu untuk bersosialisasi dan bermain. Seperti terisolasi karena adanya Park Jeongwoo.
Doyoung mendesah bosan. Di posisinya yang sedang terbalik diatas sofa——kepalanya dibawah, sedangkan kaki nya dinaikkan pada sandaran sofa——dia benar-benar pada batas yang tidak wajar. Ia sudah kenyang, tapi berkali-kali membuka kulkas karena bosan.
Seakan tak ada apapun yang bisa Doyoung kerjakan.
Beberapa saat pada posisi yang membuatnya pusing, Doyoung kembali pada posisi normal. Kali ini berpangku tangan dengan siaran Kartun di televisi.
Pandangannya teralih ketika mendengar langkah kaki yang kian lama kian mendekat.
Itu Jeongwoo. Tanpa jas, hanya kemeja yang dilipat bagian lengannya. Tapi bukan itu yang menjadi fokusnya. Lelaki itu tengah membawa buntalan di tangan kiri nya. Digendong selayaknya bayi yang membuat Doyoung seakan menemukan hal baru.
"Dapet kucing darimana?" Tanya Doyoung walaupun Jeongwoo belum duduk.
Jeongwoo mengambil tempat di samping Doyoung. Tangan satu nya mengelus buntalan bulu itu pelan-pelan. Doyoung jadi reflek mengikuti kegiatan Jeongwoo.
"Dari jalan. Hampir ketabrak sama saya tadi. Pas saya mau jalan lagi, dia ngikutin dari belakang. Yaudah saya bawa." Balas Jeongwoo. Lelaki itu agak terkejut ketika Doyoung mendadak mengambil kucing itu karena tidak leluasa memainkannya.
Doyoung mendadak tersenyum karena sang kucing yang dapat beradaptasi dengannya. Yang ini tidak tantrum karena kucingnya putih.
"Hati-hati, kuku nya panjang-panjang, ntar kamu kena cakar." Jeongwoo menjauhkan tangan kucing yang akan menyentuh wajah Doyoung. Tapi Doyoung tak peduli, ia tetap bermain dengan kucing yang hanya bisa mengeluarkan satu kata itu.
"Suka kucing?" Tanya Jeongwoo lagi setelah sekian detik.
Doyoung menggeleng.
"Nggak, tapi kalo dilihat-lihat lucu juga. Buat Gue ya Je?"
Jeongwoo mengangguk.
"Emang bisa ngerawatnya?"
Doyoung lagi-lagi menggeleng.
"Kan ada Lo." Kata Doyoung disertai kekehan di akhir kalimat.
Jeongwoo mendengus.
"Ngerawat kucing bukan bagian dari tugas saya." Balas Jeongwoo. Jeongwoo mengambil kembali kucing itu dari dekapan Doyoung, membuat sang empu tentu saja protes.
"Mau saya lepasin lagi, kalau sama kamu besok pasti mati." Kata Jeongwoo sembari mengusap pelan kucing itu.
Doyoung berdecak, karena memang keadaan hati nya sedang buruk, ia bersadar ke sandaran sofa dengan membuang napas kasar.
"Kenapa kamu?"
Tak ada jawaban dari Doyoung membuat Jeongwoo berasumsi bahwa lelaki itu tengah merajuk.
"Mau kemana?" Doyoung reflek bertanya ketika Jeongwoo bangkit dari sofa. Lelaki itu sempat berbalik badan melihat Doyoung.
"Pet Shop, kucing ini butuh kandang sama makan kalau dirawat."
Senyuman cerah terbit dari wajah Doyoung.
"Ikut."
"Nggak usah."
"Sepuluh menit, Gue ganti baju."
"Nggak usah Doyoung. Di rumah aja."
"GUE IKUTTT."
"AWAS AJA LO NINGGAL GUE, GUE BARETIN MOBIL LO!"
Teriakan itu berasal dari ujung tangga, Jeongwoo hanya memperhatikan sambil tersenyum kecil.
***
Keputusan membawa Doyoung serta ternyata tidak membantu sama sekali. Lelaki itu setiap melangkah selalu lapar mata. Entah mengambil apa yang menurutnya lucu.
"Ini lucu Jeongwoo,beliin ya?" Doyoung memperlihatkan mangkuk makan kucing berwarna biru pastel.
Jeongwoo mengambil sesuatu dari keranjang, mengangkatnya di depan mata Doyoung untuk menunjukkan bahwa beberapa detik yang lalu Doyoung telah memilih mangkuk makan yang katanya juga lucu.
"Jadi yang itu apa yang ini?" Tanya Jeongwoo.
Senyuman Doyoung luntur. Kenapa barang-barang kucing ini semua lucu-lucu. Tadi Doyoung melihat baju-baju mini yang ingin ia beli semua, tapi keburu ditarik oleh Jeongwoo. Katanya beli saja yang perlu.
"Beli dua dong. Piring Gue di rumah aja banyak, masa kucing Gue cuma punya satu? Apa kata orang?"
Jeongwoo memutar bola matanya malas. "Pilih satu aja. Ntar kalau rusak beli lagi." Katanya.
"Dua dong. Ntar kalau kucing Gue ngajak temen-temennya main gimana?"
"Astaga." Jeongwoo membuang napas kasar.
"Dia ini kucing Doyoung. Mereka sharing juga nggak saling jijik. Beda sama kamu." Kata Jeongwoo mencoba memberi pengertian lagi kepada manusia setengah matang di depannya ini.
"Tapi kucing komplek elit-elit tauk, masa kucing Gue kayak gembel. Baju aja nggak punya."
Jeongwoo menimang sebentar.Daripada meributkan hal yang itu-itu saja, akhirnya Jeongwoo mengangguk. Membuat Doyoung bersorak karena berhasil memenangkan perdebatan sekaligus membuat kucingnya memiliki dua tempat makan.
"Dua aja, oke? Yang belum dibeli masih banyak." Kata Jeongwoo dijawab anggukan cepat oleh Doyoung.
Setelah meletakkan di keranjang, Doyoung lanjut berjalan. Namun belum genap dua langkah, Doyoung kembali berhenti. Matanya membulat seakan menemukan sesuatu yang benar-benar membuatnya tercengang.
"JEONGWOO, TEMPAT MAKANNYA BELI 3 YA?"
Terserah!
***
Bener-bener ya, kalian!!!
Ini mah jatohnya update tiap hari😭 Next 100 vote Hahaha, aku mau hibernasi🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
FEIGN || JEONGBBY
FanfictionSemenjak pertemuannya dengan Park Jeongwoo, hidup Doyoung seakan berada dalam tahanan. Dan Doyoung sekali lagi membenci fakta bahwa dia tak bisa lari dari sosok yang selalu ia benci itu. WARN! BXB area!