Bagian 6 : Lari pagi

851 161 9
                                    

Katanya mengawali pagi dengan cahaya matahari membuat hari-hari mu menjadi cerah. Andaikata kalimat itu benar, maka Doyoung akan bersyukur sebab cahaya matahari langsung menyorotnya ketika dirinya masih terlelap.

Hey! Hari ini kan tidak ada kelas!

Doyoung ingin tidur sampai siang, mengapa Jeongwoo sudah berisik dengan sibakan kasar gorden kamarnya. Dan selimut yang ditarik paksa.

Butuh beberapa saat sampai matanya menyesuaikan cahaya yang masuk. Masih hangat, Doyoung memperhatikan jarum jam yang masih berada di angka enam lebih lima menit.

"Mandi atau saya mandikan seperti kemarin?"

"Emangnya mau ngapain sih?" Omel Doyoung dengan malas mencoba turun dari ranjangnya.

"Olahraga. Kamu harus banyak gerak biar sehat."

Sejenak Doyoung menyadari bahwa hari ini dia tak disambut dengan Jeongwoo serta setelan jas nya yang membosankan. Alih-alih berpenampilan seperti budak korporat, Jeongwoo hari ini tampil dengan setelan santai. Sebuah kaus putih yang dibalut jaket abu-abu, juga celana pendek selutut. Seperti memang bersiap untuk lari pagi.

"Lo aja, Gue nggak mau." Kata Doyoung sembari kembali berbaring. Ternyata kantuknya lebih dominan.

"IYA IYAAA." Doyoung bergerak cepat ketika Jeongwoo mulai mendekat. Ia trauma diangkat-angkat, belum lagi kejadian di kamar mandi. Benar-benar memalukan.

Doyoung selesai mandi beberapa saat kemudian, namun ia tak melihat Jeongwoo di kamar nya. Melainkan sebuah Hoodie kuning dan juga celana olahraga panjang dan sepasang sepatu putih tertata rapi siap dikenakan.

Doyoung agak tidak percaya tapi mungkin saja memang Jeongwoo yang menyiapkannya. Alih-alih langsung memakai nya, Doyoung justru berjalan ke arah lemari, mengambil kaus tanpa lengan dengan celana pendek. Sangat cocok dengan cuaca yang sedang cerah-cerahnya.

Doyoung turun beberapa saat kemudian, berjalan dengan santai menuju ruang makan untuk sarapan. Sebenarnya Doyoung jarang sarapan ketika pagi, hanya saja ia malas jika nantinya Jeongwoo kembali memaksa nya untuk ini itu.

Kebetulan sekali lelaki tinggi itu tengah duduk di kursi makan, dengan segelas entah teh atau kopi di depannya. Piringnya belum terisi padahal makanan sudah tersaji rapi.

Pandangan Jeongwoo sepenuhnya terarah kepada Doyoung. Dan Doyoung diam-diam merasa seperti menenangkan sebuah permainan melihat bagaimana ekspresi tidak suka dari Jeongwoo.

"Kenapa nggak pakai baju yang saya siapin?" Tanya Jeongwoo tanpa basa-basi.

Dengan menarik kursi, Doyoung menimpali perkataan Jeongwoo.

"Emangnya wajib bagi saya?" Kata Doyoung menirukan cara bicara Jeongwoo. Lalu ia tersenyum puas, mengambil lauk dengan wajah masam Jeongwoo membuatnya senang.

"Ganti." Kata Jeongwoo tegas.

Doyoung justru santai memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Saya bilang ganti, Kim Doyoung!"

Doyoung menatap Jeongwoo sekilas. Wajahnya kembali sumringah.

"Kalau saya nggak mau?" Memang Doyoung spesialis mencari keributan. Ia tak segan-segan menunjukkan perlawanan meskipun ditatap Jeongwoo sedemikian tajam nya.

"Uang kamu bulan depan saya potong tiga perempat."

Brakkkk.

Doyoung menggebrak meja dengan kasar. Apa-apaan mainnya mengancam dengan uang jajan seperti itu. Dipotong tiga perempat artinya Doyoung hanya punya dua setengah juta untuk sebulan.

FEIGN || JEONGBBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang